Ending yang mungkin kalian inginkan🤭
Becky POV
Apa yang kamu lakukan ketika kamu merasakan jatuh cinta pada target incaranmu? Apa kamu akan meneruskan cinta itu, atau menguburnya dalam dalam hingga tidak mampu terlihat lagi?
Aku memilih opsi yang kedua, menguburkan cintaku dalam dalam dan menganggap bahwa semua adalah angin lalu. Tapi, usahaku gagal, cinta itu malah semakin membesar tidak terkendali, dari sorot matanya aku menemukan ketulusan yang tidak pernah aku temukan dari orang lain selain dari ibuku.
Awalnya aku tidak menyangka bahwa akan menemukan ketulusan cinta dari sosok pembunuh bayaran ini. Tapi, setelah menjalani hari hari bersamanya, aku tau bahwa cintanya memang begitu besar terhadapku.
.
.
.
Satu minggu pertama aku tinggal bersama dia, tidak ada perubahan yang berarti dalam hidupku. Dia baik dan menyediakan semuanya untukku, ku pikir itu wajar karena aku pura pura buta didepannya. Tapi selama aku mengacau beberapa kali di apartemennya, ia tidak pernah menunjukan raut wajah marah. Ia hanya tersenyum dan seperti memaklumi keterbatasanku dalam melihat.
Pernah aku tidak sengaja memecahkan beberapa koleksi piring dan gelas langkanya, saat itu aku benar benar tidak sengaja sebab aku juga berlatih sambil menutup mataku.
Ku kira dia akan marah besar padaku. Tapi, dia hanya menyuruh asisten rumah tangganya untuk membereskan pecahan kaca yang berserakan. Dan satu hal yang tidak aku sangka adalah, dia menggendong diriku menjauh. Aku mampu melihat wajahnya dari dekat. Wajah tenang itu membuatku malah semakin merasa bersalah.
"Maaf" Hanya itu yang mampu aku katakan padanya. Sebab untuk mengganti kerugian sepertinya uang dalam tabunganku tidak akan cukup.
"A-aku memecahkan apa? Apa itu sangat berarti untukmu?" Tanyaku kembali dengan perasaan takut.
Dia menggeleng sambil tersenyum melihatku.
"Bukan apa apa Becky, itu hanya gelas dan piring yang tidak sengaja kamu senggol. Bibi sudah membereskannya untuk kita"
Aku yang sebenarnya tidak buta bisa melihat jelas ketulusan dalam tatapannya, tidak ada kemarahan sama sekali. Ia bahkan masih bisa mengusap rambutku pelan dan penuh perasaan.
Setelah itu ia pergi meninggalkanku, membawakan cemilan dan menyangka bahwa aku kelaparan.
"Apa kamu mau makan? Maaf aku tidak bertanya padamu sedari tadi"
Pada akhirnya Freen tidak lagi membahas koleksi piring dan gelasnya itu. Aku tau itu koleksi karena tidak pernah menemukan model dan corak yang terdapat pada piringnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari hari berlalu, aku masih saja berada di apartemen Freen sambil mengumpulkan data data yang ku perlukan untuk menangkap dan memenjarakannya di balik jeruji besi yang dingin.
Tidak jarang aku tau bahwa Freen selalu pergi tengah malam, entah dengan sembunyi sembunyi atau berbasa basi denganku.
Aku selalu berpura pura tidur jika sudah mendekati pukul 12 malam, dimana Freen malah bersiap dengan pakaian casualnya.
Terkadang ia berpamitan dengan berbisik halus, lalu mencium keningku. Aku tidak tahu alasannya apa dia melakukan itu, tapi semakin lama aku terbiasa akan hal itu dan sedikit aneh jika Freen tidak melakukan kebiasaannya itu.
Setelah Freen keluar dari apartemen, aku biasanya melihat dia dari balkon kamar. Memastikan apa dia bersama dengan rekannya atau berangkat seorang diri.
Dan dia selalu berangkat sendiri. Aku terdiam lalu mengambil ponselku, mencatat waktu Freen keluar beserta tanggal hari itu. Sudah banyak sekali catatan catatan kecil seperti ini. Tapi, ada beberapa hari yang memang Freen tidak keluar. Dia hanya tidur di hari itu.
Sekitar 2 jam berlalu sejak Freen keluar, ia akan kembali dengan raut wajah lelahnya. Ia bahkan akan menjadi sangat manja.
"Bec" Panggilnya pelan sambil menggoyangkan badanku. Aku yang memang belum tidur berpura pura bangun perlahan lalu duduk dan menyenderkan punggungku.
Freen akan mendekat dan memelukku dari samping, meletakan kepalanya didadaku. Seperti seorang kekasih yang meminta cuddle setiap malamnya.
"Bolehkan? Aku cape banget" Ujarnya memeluk pinggangku erat. Aku hanya bisa pasrah, lagi pula Freen tidak melakukan hal yang aneh selain memeluk dan menciumku.
Mencium? Iyaa bukan hal yang aneh jika Freen tiba tiba menciumku , bahkan tak jarang malah berakhir aku yang berada dibawahnya. Ia juga sebenarnya membayarku mahal setelah melakukan itu.
Terkadang membuatku seperti wanita murahan, tapi jujur dilubuk hatiku, aku memang memerlukan sentuhan sentuhan dari tangannya.
Tiba tiba, ia menarik daguku, menempelkan bibirnya yang manis itu diatas bibirku.
Pelan tapi pasti ia menciumku, melumatnya, menghisap pelan hingga aku terbuai oleh gaya bermainnya.
Untuk terusannya, aku simpen linknya di komen yaaa.
Kalo yang gamau ribet, bisa lewat chat wa. Kalian bisa main ke profilku dan ada link wa nyaa.
Terimakasihh
Tamat
Apakah ini ending cerita yang kalian inginkan?🤭
Menurut kalian ending yang mana yang lebih tepat untuk cerita i love u freen! ? Komen yaaa..
Terimakasih yang sudah membaca ceritanyaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Freen! - END
FanfictionTidak pernah aku sangka bahwa aku bisa mendapatkan cinta yang tulus dari seorang psikopat sepertimu. Tapi, apa ini adalah cinta? Atau... Kamu hanya merasa kasian terhadapku? Apapun itu. Freen, aku mencintaimu.