Now we call Ghali as Rio.
•••
Sekarang sudah jam 11 siang. Rio duduk di atas pangkuan Kendrick dan mereka sedang menonton televisi di ruang tengah.
Walau masih merasa takut dan aneh, tapi dia tetap saja menurut apa yang Kendrick ucapkan.
Rio fokus menonton kartun di televisi, sedangkan tangan Kendrick terus saja mencubit, menekan, ataupun menampar kecil pipi sang adik. Nyaman tidak nyaman Rio hanya bisa pasrah.
Tangan Kendrick yang masih mengusili pipi Rio tiba-tiba di tahan oleh si empunya. Kendrick menaikkan sebelah alisnya dan mimik wajahnya terlihat tidak suka.
"L-lapar..." Cicit Rio sambil melepaskan tangannya dari telapak tangan Kendrick.
Senyuman aneh khas Kendrick Verth Damaston kembali menghiasi wajahnya. Lucu dan indah, itu kata yang ada di pikirannya saat ini melihat sosok di pangkuannya.
Rio mengatakan itu dengan suara pelan, wajah memerah yang menunduk dan tubuh sedikit tegang. Bagi Kendrick yang aneh- itu sesuatu hal yang baginya sangat lucu dan indah.
"Lapar?" Ulang Kendrick yang diangguki oleh Rio.
Dia sudah lapar sejak tadi namun terus saja menahan rasa laparnya karena segan dengan sosok tampan yang rupanya kakak si Rio yang asli, yang sekarang juga otomatis menjadi kakaknya.
Kendrick memanggil salah satu maid wanita yang sedang membersihkan guci. Tanpa menunggu lebih lama lagi dia langsung menghampiri tuan mudanya.
"Bawakan sepiring makanan kemari! Pastikan nasinya tidak begitu panas, lalu lauknya telur rebus, sayur brokoli, wortel, daging sapi, dan bawakan minumannya air putih hangat, cepat!"
Maid itu tampak terkejut tapi langsung mengangguk dan segera berlari ke dapur untuk memenumi permintaan sang tuan muda. Sebenarnya ia terkejut karena Kendirk berucap lebih panjang dari biasanya dan jelas sekali ucapan itu menekan pada perhatian yang tak boleh disepelekannya.
Setelah kepergian si maid Kendrick dengan posisi masih memangku Rio bergerak turun ke bawah kursi untuk duduk di karpet. Ia meraih meja kecil- yang entah apa gunanya di ruang tengah itu- lalu meletakkan di depan Rio.
"Tunggulah makanannya siap." Ucap Kendrick yang dijawab anggukan oleh Rio.
Sebenarnya Kendrick juga tak suka jika setiap pertanyaan atau pernyataannya hanya ditanggapi dengan isyarat. Tapi untuk kali ini dia akan menekan egonya karena adiknya itu masih takut padanya.
Ah, ya, jika kalian tanya kenapa Kendrick percaya begitu saja dengan kejadian aneh ini? Maka hanya dia sendiri yang tahu jawaban dan alasannya.
Sekian menit berlalu maid yang tadi kembali datang dengan membawa nampan berisi sepiring makanan dan segelas air putih, sesuai perintah Kendrick tadi. Tanpa menunggu disuruh dia sudah langsung pergi dari sana.
Dia mengambil sendok, hendak menyuapi Rio tetapi Rio menahannya.
"R-Rio bisa makan sendiri." Ucapnya.
Sekarang dia sudah harus terbiasa memanggil dirinya sendiri dengan nama "Rio".
"Tak ada penolakan!" Tegas Kendarick.
"Tapi Rio pengen makan pakai tangan," ucapnya lagi begitu pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Kendrick.
"Tunggu sebentar, dan jangan sentuh makanan ini!"
Kendrick berdiri lalu berlari ke lantai atas, entah mau kemana. Rio menurut untuk tidak menyentuh makanan itu meski sudah sangat lapar.
Tak lama kemudian Kendrick kembali dengan tangan yang basah dan tengah mengelapnya dengan tisu. Dia lalu duduk kembali di depan Rio sambil memegang piring.
Dia mengambil sedikit daging, brokoli, dan nasi, mengapitnya dengan keempat jemarinya lalu menyodorkan ke hadapan Rio. Sedangkan Rio malah terbengong.
Kendrick akan menyuapi Rio dengan tangannya sendiri.
"Ak-"
"Sekarang buka mulutmu hanya untuk makan, bukan untuk membantahku."
Lagi dan lagi Rio hanya bisa pasrah, membuka mulutnya menerima suapan dari Kendrick.
Kendrick bukanlah pemuda kaya yang menye-menye hanya karena harus makan menggunakan tangan langsung. Kecuali jika dia disuruh makan dengan sekop maka ia akan meminta orang yang menyuruhnya untuk memakan bom atom.
Kendrick terus menyuapinya hingga makanan habis tak tersisa. Selesai makan Kendrick pergi ke dapur untuk mengembalikan peralatan makan serta mencuci tangan.
Dia kembali ke ruang tamu dan langsung mengangkat kembali Rio ke gendongannya.
"Sekarang kau harus tidur siang."
Rio menurut. Kali bukan karena terpaksa, tapi karena ia memang mulai merasa mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghali Becomes Rio
Teen FictionGhali pemalu dan kurang interaksi dengan dunia luar. Dia anak tunggal dan hanya hidup bersama bundanya, karena ayahnya telah tiada. Nasib malang menimpa Ghali yang berniat menolong sahabatnya justru merenggut nyawanya. ~ Jerio Killian Damaston, put...