Hampir dua jam rasanya Rio meyakinkan Kendrick dan Zilar agar dia bisa menginap di rumah Atlas bersama teman-temannya yang lain. Untungnya mereka masih bisa bersikap lunak dan akhirnya memberikan izin padanya.
Sekarang baru jam empat sore. Beberapa menit yang lalu Rhino dan Eval mengirimkan pesan via Textnote Chat pada Kenan kalau keduanya sudah on the way ke rumahnya.
Rio sendiri sedang berada di dapur, membuat pancake. Sudah lama ia tidak memakannya sejak masih berada di tubuh aslinya, jadi ia pun berinisiatif untuk membuatnya sendiri.
Ketika masih hidup di raga aslinya dia sering membantu bundanya memasak. Abel juga sering mengajarkan cara membuat beberapa menu simple yang ia kira mudah untuk anaknya itu.
Atlas berdiri di mulut pintu, memperhatikan Rio.
Saat akan menaburkan garam, tiba-tiba Rio berhenti dan bergumam. "Eh bentar, Atlas kalo pancake asin suka gak, ya? Aku sukanya yang asin, tapi kalo ternyata Atlas sukanya yang manis-"
"Buat aja sesuka lo, tetep akan gue makan," ucap Atlas tiba-tiba.
"Atlas? Sejak kapan disitu?" tanya Rio keheranan. Seingatnya tadi Atlas berada di ruang tamu, kenapa mendadak sudah ada di sana?
"Baru saja," jawab Atlas acuh tak acuh.
Dia menghampiri Rio dan berdiri di sebelahnya. Di atas meja pantry sudah ada wadah berisi adonan pancake.
"Biar gue bantu," ucap Atlas.
"Hem, oke. Tapi beneran gapapa kalo pancake asin? Soalnya aku gak terlalu suka yang manis."
Atlas hanya menjawab dengan anggukan.
Cowok semanis ini ternyata tidak suka pancake manis, melainkan pancake asin.
Saat adonan sudah sempurna Atlas mulai menyalakan kompor dan meletakkan teflon anti lengket di atasnya. Rio mengambil mentega, mengoleskannya pada permukaan teflon.
Ponsel Atlas berdering. Nama Eval langsung tertera di layar ketika ia menatap ponselnya.
"Apa?"
"....."
"Bentar."
Atlas mematikan ponsel dan menatap Rio.
"Gue ke depan dulu buat bukain pintu."
Tanpa menunggu jawaban dari Rio, Atlas sudah nyelonong pergi. Rio menggelengkan kepalanya lantas bergumam, "Ngapain izin ke aku? Ini kan rumah dia."
"Njir, aromanya enak banget. Buat apa nih, Ri?"
Eval yang baru saja memasuki dapur langsung bertanya ketika aroma sedap merasuki indra penciumannya.
"Pancake. Datengnya bareng Rhino apa sendiri-sendiri?"
"Barenglah, biar sekalian. Btw, ntar boleh minta pancake nya gak boss?"
Rio tertawa. "Boleh, tapi pancake asin, gapapa?"
Eval mengusap hidungnya dengan gaya bocah ingusan dan menjawab, "Walau pancake pahit sekalipun, asal buatan Dek Riri tercinta mah gapapa."
Ekspresi Rio seketika berubah. Dia mematikan kompor lalu mengangkat pancake terakhir yang telah matang dan meletakkannya di atas piring. Dia kemudian menatap serius pada Eval hingga membuat yang ditatap kebingungan.
"Eval, kamu suka cowok, ya?"
"Hah?!"
"Omongan kamu tadi ambigu soalnya."
Dengan panik Eval mengelak. Apa-apaan Rio bisa berpikiran seperti itu?
"Gue kadang emang suka flirting, tapi gak sampe tahap demen cowok, suer. Kalo lo gak nyaman gue nggak bakal flirting-flirting lagi sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghali Becomes Rio
Novela JuvenilGhali pemalu dan kurang interaksi dengan dunia luar. Dia anak tunggal dan hanya hidup bersama bundanya, karena ayahnya telah tiada. Nasib malang menimpa Ghali yang berniat menolong sahabatnya justru merenggut nyawanya. ~ Jerio Killian Damaston, put...