Sekarang Rio dan Kendrick sedang dalam perjalanan untuk pulang. Kendrick fokus menyetir sedangkan Rio duduk di kursi sebelahnya sambil bermain game di ponsel Kendrick.
"Mau mampir makan di resto atau makan di rumah?" tanya Kendrick sambil melirik Rio.
"Di rumah saja," jawab Rio dan diangguki Kendrick.
Akhirnya mereka sampai di rumah. Setelah keluar dari mobil keduanya berjalan beriringan dengan tangan Kendrick menggenggam erat tangan Rio.
Saat akan membuka pintu keduanya berpapasan dengan Henric yang lebih dulu membuka pintu dari dalam. Henric menatap Rio sekilas lalu pergi meninggalkan keduanya.
Kendrick berdecih lalu mengajak Rio masuk.
"BABY RIOOO!"
Baru saja masuk Rio sudah dikejutkan dengan suara teriakan Zilar yang membahana. Dia sudah bersiap untuk memeluk si bungsu andai saja Kendrick tidak tiba-tiba menjegal kakinya, akhirnya Zilar pun terjatuh.
Rio yang panik segera menolongnya berdiri.
"Kakak macam apa kau ini, hah?! Dasar setan!" teriak Zilar pada Kendrick yang tidak mendapatkan reaksi apapun.
"Kak Zi, gak papa?" tanya Rio dengan tatapan khawatir yang seketika menerbitkan senyuman ambigu Zilar.
"Dedek Riri sayang, kakakmu yang satu ini kan kuat nggak kayak si ono," ucapnya sambil menggerakkan matanya ke arah Kendrick. "Dia mah cuma jago jegal doang."
Lalu tanpa aba-aba Zilar segera memeluk Rio dengan erat, membuat yang dipeluk megap-megap karena nafasnya tertekan oleh pelukan erat Zilar.
Kendrick segera memisahkan mereka dan membawa Rio ke lantai atas. Sedangkan Zilar yang ditinggalkan langsung misuh-misuh.
Kendrick membawa Rio ke kamarnya sendiri dan berkata, "istirahatlah dan jangan membantah!"
Rio menganggukkan kepalanya lalu segera berbaring dan menutup mata. Dia juga sebenarnya masih lumayan mengantuk, ditambah ketika dia main game membuat matanya semakin lelah.
Lalu Kendrick keluar dari kamar Rio dan turun ke lantai bawah.
"Kapan tua bangka itu pulang?" Tanya Kendrick pada Zilar yang duduk di sofa menonton televisi.
"Dini hari tadi," jawabnya singkat.
"Oh," sahut Kendrick.
Dia duduk di sebelah Zilar dan ikut menonton televisi, walau ia tidak menyukai tayangannya karena yang ditonton oleh Zilar adalah kartun kuno.
"Shh, anjir masih sakit aja," ringis Zilar sembari memegang punggungnya.
"Kenapa?" Tanya Kendrick.
"Biasa, Bang, kayak yang gak tau aja kelakuan bapak ke gue." Jawab Zilar sambil menyengir.
Hubungan Kendrick dengan adik-adiknya memang tidak begitu erat karena dia yang lebih sibuk dengan urusannya sendiri. Tapi dia tetaplah saudara tertua yang menyayangi adik-adiknya.
Dia lalu menarik tubuh Zilar dan menyingkap kaosnya hingga tampaklah punggung putih Zilar yang memerah. Tatapan Kendrick berubah datar dan dia bertanya, "Kenapa?"
Zilar bukan orang yang suka menutupi sesuatu, jadi dia cerita saja apa adanya tentang Henric yang menyeretnya. Raut wajah Kendrick semakin tidak enak dilihat setelah mendengar cerita Zilar.
"Bang, gue tuh pengen digendong sama Daddy. Dari kecil gue belum pernah dia gendong. Paling-paling dulu pas kecil kalo gue minta gendong ya bodyguard yang nurutin atas perintah Daddy. Gue malu sama lu, Bang Aston dan Lauren, gue terlalu pengen dimanja sama Daddy, nggak bisa mandiri kayak kalian." Curhat Zilar.
Kendrick menghela nafas dan menerawang langit-langit. Hubungan keluarga ini begitu pelik.
Sementara itu Aston baru saja bangun. Dia segera mandi dan berganti piyama dengan pakaian santai berupa kaos dan celana pendek.
Setelah itu dia keluar kamar untuk ke lantai bawah, tapi dia mendadak berhenti di depan pintu kamar Rio yang sedikit terbuka. Dia jarang sekali melihat anak itu. Dia sama sekali tidak membenci Rio karena perasaannya yang terlalu lembut, namun dia hanya menghindarinya sebagaimana saudaranya yang lain, namun dia tak ada rasa benci.
Tangannya bergerak membuka pintu lebih lebar dan masuk ke dalam. Dilihatnya Rio yang tertidur pulas dan terlihat menggemaskan membuat pipi Aston memerah.
Dia mendekati ranjang dan berjongkok di sisinya menatap intens pada Rio. Jari telunjukknya bergerak menyentuh pipi Rio yang halus dan itu membuatnya tersenyum agak lebar.
"Adik kecil," gumamnya.
Rupanya tindakan Aston itu membangunkan Rio hingga membuat si empunya kaget karena melihat sosok asing.
"Jangan berteriak," ucap Aston yang membuat Rio menelan kembali apa yang ingin ia teriakkan.
"S-siapa?" tanya Rio.
"Saya Aston, kakakmu." Jawabnya.
Setelah kepulangannya dini hari tadi ia pergi ke kamar untuk tidur, namun dia tidak bisa. Lalu Zilar datang dan menceritakan kepadanya panjang lebar tentang apa yang terjadi terhadap Rio.
Sedikit terbersit rasa sedih di hatinya. Bagaimana pun Rio yang asli tetaplah saudaranya. Tapi apa yang terjadi ini pun diluar kehendak manusia.
"Siapa namamu?" tanya Aston.
"Ghali," jawab Rio.
Aston mengangguk lalu keluar dari kamar. Di lorong dia berpapasan dengan Henric.
"Daddy tidak mau melihatnya?"
Aston tahu malam tadi Henric menguping pembicaraannya dengan Zilar. Henric tidak menjawab dan langsung melewati Aston begitu saja.
Aston menggelengkan kepalanya lalu kembali berjalan untuk turun ke lantai bawah. Sementara itu Rio juga sudah tidak bisa tidur lagi, jadi ia keluar dari kamar dan berniat menghampiri Kendrick.
"Kakak," panggil Aston yang membuat Kendrick langsung menoleh padanya.
"Aston, kemari," ucap Kendrick.
Aston lalu duduk di sebelah Kendrick dan berkata, "Apa kabarmu?"
Kendrick menjawab, "Seperti yang kau lihat."
Aston mengangguk dan berkata lagi, "Adik kecil sangat lucu. Saya suka."
Kendrick menyeringai kecil mendengarnya. Sedangkan Zilar merinding melihat seringai Kendrick.
"Tapi...." Aston tak meneruskan perkataannya. "Rio adik kita."
Wajah Kendrick dan Zilar langsung berubah gelap.
"Dia anak wanita itu, tapi bukan darah daging Daddy. Dia adalah darah daging Frans."
Frans Damaston adalah saudara kandung Henric Damaston, yang artinya adalah paman mereka. Dia punya hubungan gelap dengan ibu mereka dan dari hubungan gelap itu lahirlah Rio.
"RIO RIO RIO! ABANG EVAL DATENG!!"
Suasana suram di antara tiga bersaudara itu seketika menguap saat terdengar suara cempreng di depan rumah.
Rio yang sudah tau itu siapa bergegas lari turun dari tangga dan membukakan pintu. Tak ia gubris tatapan Kendrick dan Zilar yang sudah seperti psikopat.
"Eval!" Seru Rio nampak senang.
Rhino mendekat dan langsung mencubit pipi Rio sedangkan Atlas hanya mengusap rambutnya.
"Mau masuk-"
Eval melongok ke dalam dan berteriak, "Woi cunguk, gue dan kawan-kawan bawa kabur Rio dulu ye, dahhh!"
"Belum sempat ketiganya berdiri Eval sudah menarik Rio pergi diikuti Rhino dan Atlas. Zilar sudah berdiri hendak mengejar mereka tetapi ditahan oleh Kendrick.
"Biarkan," ucapnya.
"Tapi, Bang, nanti-"
"Menurut padaku."
"Oke, oke, ngalah gue mah."
Kendrick menatap tajam pada pintu rumah yang masih terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghali Becomes Rio
Teen FictionGhali pemalu dan kurang interaksi dengan dunia luar. Dia anak tunggal dan hanya hidup bersama bundanya, karena ayahnya telah tiada. Nasib malang menimpa Ghali yang berniat menolong sahabatnya justru merenggut nyawanya. ~ Jerio Killian Damaston, put...