Ballroom megah milik perusahaan Damaston penuh sesak dengan orang-orang yang berpenampilan elegan dan berkelas. Mereka adalah para tamu undangan di acara makan malam yang diadakan perusahaan Damaston dalam rangka merayakan sah-nya kerja sama yang dirapatkan beberapa waktu lalu.
Perusahaan ini adalah milik Henric, tapi untuk acara makan malam ini sungguh sama sekali bukan idenya. Orang seperti dia tidak akan pernah sekalipun kepikiran untuk melakukannya.
Otak dari diadakannya acara ini adalah atas dasar pemikiran cemerlang dari Wisnu, asisten pribadi sekaligus teman sejak kecil Henric.
Mereka besar di lingkungan yang sama tetapi dengan nasib yang berbeda. Jika Henric sejak lahir pun keluarganya sudah kaya raya, maka kontras dengan Wisnu yang lahir di keluarga sederhana.
Meski telah menjabat sebagai asisten pribadi Henric sudah selama 10 tahun ini dan mendapat gaji besar per bulannya, tapi kehidupan Wisnu masih saja sederhana.
Rumah tinggalnya sejak kecil yang tidak begitu luas masih ia tinggali, ia hanya merenovasi bagian-bagian rumah yang paling diperlukan saja.
Sejak kecil hingga sekarang, Wisnu ini adalah satu-satunya teman Henric. Dia orang yang hyperactive, social butterfly, dan konyol. Dia berkali-kali mencarikan wanita untuk dijodohkan dengan si duda Henric hingga menbuatnya kerap emosi.
Sekarang ini, lagi-lagi Wisnu berulah dengan hal yang sama. Dia membawa seorang wanita yang sangat cantik ke hadapan Henric dan tersenyum sangat lebar seakan memdapat jackpot.
"Gue yakin kalian bakal cocok," ucap Wisnu percaya diri.
Wanita itu malu-malu hingga pipi dan lehernya memerah, sedangkan ekspresi datar Henric semakin menjadi-jadi.
Wisnu masih terus mengoceh perihal wanita itu dan Henric hingga sedikit keributan mengganggunya.
Beberapa pecahan gelas dan piring, serta tumpahan makanan dan minuman berserakan di lantai di tengah-tengah ruangan.
Memang di tengah ballroom ada meja besar yang berisi makanan dan minuman khusus. Melihat kekacauan itu ekspresi Wisnu berubah panik dan bergegas mendekati meja besar yang kini berantakan.
"Ya Tuhan, ada apa ini?" ucap Wisnu.
"Ada orang mabuk berulah," jawab salah seorang tamu.
Ya, memang penyebab kekacauan ini adalah salah satu tamu undangan yang mabuk dan dengan bodohnya menarik taplak meja hingga membuat apa-apa yang ada di meja spontan tertarik dan jatuh berserakan ke lantai.
Abel mengibaskan gaunnya yang terkena tumpahan wine dengan panik. Itu adalah gaun yang berharga baginya, karena itu adalah gaun hadiah ulang tahun dari Ghali.
"Nyonya, Anda baik-baik saja?" tanya Wisnu.
Abel tersenyum kecil dan mengangguk. "Ah, iya tidak apa-apa."
"Oh, gaun Anda basah? Kebetulan di lantai atas ada walk in closet, mungkin ada beberapa pakaian yang pas untuk Anda. Mari saya—"
Wisnu berhenti berbicara saat berbalik dan melihat Henric sedang menatap Abel. Pemikiran licik langsung melintas dengan lancar di otaknya.
"Nyonya, biar Tuan Henric yang mengantar Anda ke walk in closet. Saya rasa saya perlu membereskan kekacauan ini terlebih dahulu," lanjut Wisnu dengan manisnya.
Aura Henric semakin gelap saja, sedangkan Abel tercengang.
Wisnu menarik kerah kemeja Henric dan berbisik pelan. "Udah terima aja, siapa tau lo cocoknya sama wanita ini. Lagian cakep juga cuy."
Henric mendorong Wisnu dan menatap Abel sekilas lalu berbalik arah, "Ikuti saya."
"Nah, nyonya. Itu ikuti saja Tuan Henric, dia tidak akan menyesatkan Anda ke pintu keluar kok," ucap Wisnu sambil menyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghali Becomes Rio
Teen FictionGhali pemalu dan kurang interaksi dengan dunia luar. Dia anak tunggal dan hanya hidup bersama bundanya, karena ayahnya telah tiada. Nasib malang menimpa Ghali yang berniat menolong sahabatnya justru merenggut nyawanya. ~ Jerio Killian Damaston, put...