🍂 : selamat ulang tahun

8 5 2
                                    

halo, halo Haenna disini!
jadi, di chapter ini aku cuman mau buat kayak bonchap gitu, spesial...

ULANG TAHUN HUANG RENJUN 🥳🥳
saengil chukkae uri lonjwin!! be happy and always healty sayangg ‹3

oh iya, di chapter ini juga gaakan ada hubungannya dengan chapter sebelumnya ataupun chapter selanjutnya yaa! it just like bonus 🙌🏻

happy enjoy all! and don't forget to always vote and comment

see you later 🪄

🕊🕊🕊

"Selamat bertambah usia, sahabat seperjuangan milik kami. Semoga kedepannya kebahagiaan selalu menyertai alur kisahmu"

- From : Keandra Bagaskara, Haidar Putrajaya, Oktavio Narendra.
- To : Raevan Anarta

- Our Home

🤍🤍🤍

22 Maret

Raevan memandang sendu kalender yang terpampang jelas di dinding kamar nya, disana ia memandang sendu sebuah tanggal yang selalu akan ia lingkari setiap tahunnya untuk mengingatkan dirinya bahwa pada tanggal itu, seorang anak yang gemar sekali menyembunyikan tangis serta selalu memikul semua bebannya seorang diri telah dilahirkan kedunia.

23 Maret, adalah ulang tahun dirinya. Dan besok adalah hari ulang tahunnya.

Namun, Raevan tidak terlalu berharap untuk setiap ulang tahunnya. Karena pada akhirnya, semuanya akan selalu berjalan begitu-begitu saja.

Raevan hanya selalu berharap, semoga saja pada tanggal di hari itu semua dapat berjalan sebagaimana mestinya, hanya untuk satu hari itu saja.

Setidaknya, ia berharap agar bisa mengistirahat sejenak raga lelahnya.

Dirinya tersenyum nanar memandangi tanggal itu, dulu, mungkin hari ulangtahun nya akan selalu menjadi hari yang ia nanti-nanti kan, karena pada hari itu ia akan selalu mendapatkan kejutan spesial dari orang-orang yang ia sayangi.

Namun semakin jauh ia beranjak dewasa, semua itu seakan sirna. Semua kebahagiaan di ulangtahun itu seakan hilang tak bersisa, semua kehangatan itu, sontak menjadi dingin yang tak diharapkan.

"Besok, umur gue nambah setahun. Umur nya berubah, tapi kenapa takdir gue gini-gini aja ya?" Gumam nya seorang diri.

Raevan menggelengkan kepala nya perlahan, "Sudahlah, ga penting banget gue mikirin itu"

"Mau gimanapun gue berharap, keinginan itu gaakan pernah kembali terwujud"

"Mending gue berangkat sekolah sekarang" Finalnya sembari memilih melangkah keluar dari kamar miliknya.

Saat kakinya telah sempurna menginjak ke anak tangga paling akhir, ia lantas kembali memandang sendu dapur serta ruang makan dirumahnya.

Dulu, disana selalu ramai, diisi oleh omelan sang mama serta ocehan jahil dari sang papa. Namun kini semua itu telah sirna..

Raevan kembali teringat secercah ingatannya dahulu, sebelum pada akhirnya alurnya harus berakhir seperti ini.

Saat itu, persis sehari sebelum ulangtahun Raevan. Tepatnya beberapa tahun yang lalu, saat kehangatan  masih setia merengkuh raga mungilnya.

Alur sang semesta || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang