🍃13 : Wake up, please?

15 4 3
                                    

🕊️🕊️🕊️

"Nyatanya hal yang berharga bukan hanya soal harta, namun waktu. Kita dapat mencari harta, namun kita tidak dapat mencari kembali waktu yang telah terbuang dengan sia-sia"

- Perkumpulan Our Home, Keandra Bagaskara

🤍🤍🤍

Sama seperti di hari-hari sebelumnya, mau sejauh apapun seorang Keandra pergi, ujung-ujungnya ia akan tetap kembali ke tempat dimana sang ibu yang ia kasihi terbaring lemah dengan beberapa alat penunjang hidup yang sampai kini masih menemani tubuh ringkih itu.

Ruangan yang dilapisi oleh cat dinding berwarna putih gading itu sudah menemani Keandra dari lama. Dengan juga berbagai bau obat-obatan yang tersebar di mana-mana dan juga bunyi ribut dari sebuah alat EKG  yang sangat terdengar ribut di telinga.

Keandra masuk dengan perlahan lalu menutup pintu ruangan itu kembali. Meletakkan beberapa buah-buahan yang ia bawa di atas nakas, dan memilih untuk duduk di kursi yang berada di samping brangkar sang ibu.

Keandra tersenyum kecil, "Ibu.. Kean dateng lagi, hehe," ucapnya sembari tertawa kecil.

"Ibu nggak akan pernah bosen kan, kalau Kean yang selalu nunggu ibu di sini?" Keandra bertanya, seakan-akan sang ibu akan menjawab pertanyaannya itu, namun tentu saja. Sang ibu tidak akan bisa untuk menjawab pertanyaan dari sang Anak.

"Bu.. Ibu kapan mau bangun?"

"Kean masih, dan akan selalu tunggu kembalinya ibu ke dekapan Kean lagi." Ucapnya lirih sambil mati-matian menahan air matanya agar tidak merambas keluar.

Tangannya mengelus tangan sang ibu yang tidak ditusuk dengan jarum infus, ia usap perlahan tangan keriput itu. Tangan yang selalu membuat sebuah elusan lembut di kepala Keandra selama ia hidup.

"Bu, kalau ditanya apa Kean punya penyesalan terbesar sampai saat ini.. Rasanya Kean bakal jawab dengan lantang, kalau Kean punya penyesalan terbesar itu, bahkan sampai Kean udah sebesar ini." Keandra tertunduk, dengan tangan yang masih mengelus lembut tangan ibunya.

Berat hatinya ketika mengingat kembali memorinya dengan sang ibu yang harus nya ia gunakan dengan sebaik mungkin malah ia gunakan untuk menyia-nyiakan hadirnya raga sang ibu di sisinya.

"Bu, Kean tau kalau dulu Kean selalu menyia-nyiakan hadirnya ibu di sini,"

"Jadi, dengan begini.. Maksud ibu, ibu mau menghukum Kean?" suaranya mulai terasa sedikit serak. Saat ini ia dengan mati-matian berusaha menahan rembesan air matanya yang dirasa akan keluar setelah ini.

"Bu.. maaf kalau hadirnya Kean dulu selalu membuat ibu sakit hati... Kean menyesal sekarang bu.." Air matanya sudah tidak bisa lagi ia tahan, dengan deras air mata itu tumpah dari kedua mata Keandra.

Biarkan ia begini sebentar, ia hanya sedang merenungi setiap inci kesalahannya selama ini kepada sang ibu.

'Kean menyesal...'

"Seandainya kemarin Kean engga ninggalin ibu, pasti endingnya nggak bakal gini bu." Ucapnya.

-

-

-

Di rumah itu, di kediaman Keandra bersama sang Ibu dan mantan Ayahnya.

Alur sang Semesta || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang