I

1.4K 132 3
                                    

"Jauh. Sulung-nya bapak jauh dibandingkan bapak" Ujar Malaikha sambil benerin antingnya.

Malam ini, malam sabtu. Biasanya Malaikha memang disuruh oleh bos besarnya. Bapak Bambang Nugroho Santoso yang terhormat untuk ikut dinner bareng beliau

Sebenarnya ini cuman kedok aja, yang terjadi sekarang adalah rapat mingguan terselubung buat mengetahui kinerja dari orang-orang yang diminta Bapak Bambang untuk diawasi oleh Malaikha.

Malaikha mah ngikut aja yah, namanya juga kacung.

"Dalam hal apa ?" Tanya Bambang sambil menikmati filet mignon-nya. Malam ini mereka dinner di salah satu steak house terkenal Jakarta.

Lumayan sih kalau kata Malaikha, kalau pakai uang sendiri mana mau dia makan beginian.

Mahal.

"Ambisi. Kalo dibanding bapak, Den Zach gak ada apa-apanya. Kayaknya itu deh yang harus diperbaiki. Mana bisa Den Zach menggantikan bapak, kalau sedikit-sedikit harus diarahkan? Sedangkan bapak, lampu merah pun kalau menurut bapak bisa di-gas ya bapak gas. Itu dia gak punya. Sense-ya bapak, dia gak punya."

"Tapi kamu marahin saya kalau gak ikut aba-aba" protes Bambang sambil menunjuk Malaikha dengan pisau steak-nya.

Malaikha ketawa sebagai respon awal.

"Soalnya bapak gak ngasih tahu saya! Kan saya panik"

Bambang hanya mendengus lalu memandangi Malaikha. Sang personal Assistan, lamat.

"Kenapa pak? Ada belek saya?" Celetuk Malaikha

"Ngawur! Gini saya mau bikin dealings sama kamu"

"Waduh, bapak mau mecat saya?"

"Gila kamu! Ya enggak lah!" Jawab Bambang cepat.

Dia agaknya capek ya ngomong sama Malaikha.

"Ya kali aja, saya kan mau siap-siap nyari tuan baru kalo bapak mecat saya"

"Kamu jangan bikin saya pusing." Ucap Bambang sambil berdecak membuat Malaikha tertawa.

"Gini-" Bambang mulai berbicara.

"Kamu tahu kan saya gak muda lagi,  saya udah terlalu tua untuk setiap hari ke kantor dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore. Saya maunya banyak di rumah."

"Nimang cucu?" Sambar Malaikha membuat sang bos mendengus.

"Saya gak punya cucu. Soalnya kamu gak mau jadi menantu saya sih"

"Gak ah pak, nanti saya dibilang aji mumpung. Saya cukup jadi PA bapak aja, hehehe" kata Malaikha sambil meringis.

Dia soalnya sering banget digosipin kalau berhubungan sama bos besarnya ini. Ada gosip dia itu istri simpanan bos nya, ada yang bilang dia itu dipake bos nya buat dealings sama rekan bisnis lah.

Banyak deh semuanya pokoknya bikin sakit hati. Jadinya dia gak mau yang macem-macem.

"Nah karena kamu nyinggung masalah PA-"

"Saya mau kamu bimbing Zachary. Persiapkan dia untuk ngambil alih jabatan saya. Saya yakin kalau kamu yang jadi mentor dia, dia bakal berhasil"

Malaikha diam.

Bingung juga mau balas ngomong apa sama si Bos. Soalnya nih ya, kalau Malaikha boleh berpendapat, si Zachary atau yang sering dia sebut sebagai Den Zach ini memang gak cocok untuk ngegantiin bapaknya.

Soalnya Zachary ini lempeng banget semacam gak ada self-driven gitu, beda sama bapaknya yang kalo bisa sehari itu ada 30 jam, dia bakal kerja 30 jam.

Lagian kalau mau maksa anak bos nya untuk kerja sama kayak bapaknya, kurang ajar gak sih jatohnya? Dia kan cuman PA.

Personal Assistant.

Walaupun sebenernya BAB sih.

Bukan Asisten Biasa.

Hehehe.

"Saya sih mau aja pak, cuman Den  Zach memang bersedia kalau saya jadi PA-nya? Lagian kalau saya dipindahin jadi Asisten Den Zach, bapak gimana ?"

"Zach gak mungkin nolak. Lagian kamu gak sepenuhnya sama dia. Cuman saat lagi rapat aja yang gak ada saya. Nah, kamu yang temenin dia, selain itu kamu masih sama saya. Lagian dia punya dua asisten, cuman kalo saya lihat-lihat mereka itu kayak gak ada gunanya gituloh"

Julid, oh julid...

"Perasaan bapak aja kali, biasanya mereka gercep kerjanya"

"Kok kamu tahu ?"

"Ya nebak doang sih. Soalnya saya lihat kalo lagi rapat mereka kayaknya banyak banget yang dicatet"

"Biar kelihatan sibuk aja itu, padahal Zach sering keteteran"

Bergunjing memang asyik!

"Jadi gimana? Mau gak?" Tanya Bambang lagi.

Malaikha terlihat berpikir lalu menghela nafasnya. "Bapak tanya dulu deh sama Den Zach. Saya gak enak ganggu workflow dia. Lagian asisten itu cocok-cocokan, Pak"

"Zachary itu gampang, kamu ini yang susah. Jadi gimana? Mau gak kamu? Gaji kamu nanti jadi double"

"Double! Gila, boljug sih!" jerit Malaikha dalam hati.

Biasalah, nambah-nambahin buat bikin rumah.

Iya, Malaikha lagi nabung buat bikin rumah. Kecil aja sih, yang cukup buat dia sendiri.

Soalnya kalau Malaikha pikir-pikir biaya dia ngontrak kalau ditumpuk bisa bikin rumah. Jadi dia mulai nabung deh. Kalau gaji dia jadi double kan lumayan.

Walaupun habis itu dia kayaknya bakal kena typhus karena kerja kayak gak ketemu hari esok.

"Bener pak, double?"

"Iya, double. Lembur kamu juga double."

"Deal pak. Deal! Saya mau!"

"Giliran duit aja kamu cepet" kata Bambang membuat Malaikha meringis. Malu tahu, ketahuan banget kalau dia suka duit.

"Nambahin jajan pak, soalnya, kan saya lagi nabung buat bikin rumah." Jawab Malaikha cengegesan.

Kini giliran Bambang yang terdiam kala mendengar jawaban Malaikha. Emang sih, Malaikha cengengesan saat bilang itu cuman kok hati Bambang kayak ketusuk jarum ya? Ngilu.

"Mikha, kamu kalau bilang mau saya beliin rumah, hari ini saya beliin" kata Bambang setelah lama diam, Malaikhamenggeleng kuat.

"Apaan sih Pak Bos, saya udah nabung banyak jadi gak perlu dibeliin. Tinggal dikit lagi" balas Malaikha yang kini sudah menghabiskan makan malamnya.

"Berapa sisanya? Saya tambahin sisanya aja" kekeuh Bambang. Dia gak tega sama Malaikha.

"Ih Pak Bos, jangan. Kalo tahu kayak gini saya gak bilang tadi. Mending duitnya bapak simpan buat beliin ibu tas atau sepatu. Nah atau buat Den Zach. Kalo saya kan udah terima gaji"

Selalu begitu. Malaikha ini benar-benar mandiri dan gak mau dikasih sesuatu secara cuma-cuma. Sampai Bambang bingung sendiri.

"Bapak jangan khawatir. Kalau saya kepepet pasti saya bilang sama bapak. Nanti tinggal tunggu waktunya aja." Tambah Malaikha meyakinkan sang bos.

Walau mereka tahu itu tak mungkin terjadi.

Malaikha bukan semacam orang kayak gitu. Dia lebih memilih ngutang di bank daripada minta tolong bos-nya ini.

Ya Malaikha gak enak aja, kayak udah terlalu banyak kebaikan yang bosnya lakukan buat dia. Kalau dia nambah-nambahin pikiran bos nya kan kayak kasihan bosnya.

Malaikha, kan cuman anak mantan personal assistant-nya pak bos. Bukan siapa-siapa selain itu.

Ditolongin pak bos pun mungkin karena dia dulu sebatang kara dan masih anak-anak.

Karena itu Malaikha bertekad senaas apapun nasib nya dia gak akan minta tolong sama pak bos.

"Besok ke rumah ya, kita omongin workload kamu sama Zach"

"Oke siap pak!"

Head Over Heels (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang