X

588 110 21
                                    

Gue cuman mau bilang kata kasarnya ada banyak. So, read wisely ya guys!

...

Malaikha itu udah kayak solo player kalau di kantor. Walaupun kenyataannya dia emang sebatang kara sih.

Nah, di kantor, Malaikha gak punya banyak temen, ini terjadi karena schedule-nya tuh beda sama karyawan atau staff biasa yang kalau lagi istirahata bisa menentukan makan siang sendiri atau bareng sama staff lain. Dia biasanya harus ngelihat situasi dan kondisi dari Pak bos dulu. Pokoknya semua pergerakan dia tuh akan berpusat pada Pak bos jadi kemungkinan Malaikha dapat temen tuh kecil banget.

Tapi dia punya satu temen kok di kantor.

"Kok gak makan di kafetaria sih?"

"Gue lagi males aja" jawab Malaikha, dia lagi menyendiri makan di kubikelnya pas Marsha, temennya, mendatangi kubikelnya.

"Padahal menu kafetaria kesukaan lo" Ujar Marsha yang kini menarik kursi untuk duduk disebelah Malaikha.

Mereka berdua jadi deket bukan karena sekantor tapi karena satu kontrakan.

Jadinya dari situ mereka bisa temenan. Apalagi mulut Marsha gak rombeng dan julid, ngebuat Malaikha bisa berteman baik sama Marsha.

"Perasaan tadi pagi rambut lo gerai deh. Kok jadi dikuncir? Padahal cantik loh tadi pagi"

Marsha bahkan inget dia juga sempat memuji tampilan Malaikha tadi pagi sebelum mereka berangkat.

"...."

Melihat keterdiaman Malaikha ngebuat Marsha menghela nafas. Seakan tahu alasan Malaikha menguncir rambutnya.

"Ada yang ngomongin lo ya?"

"...."

"Mereka ngomongin apa? Gila ya orang pada suka ngomentarin hidup orang. Padahal hidupnya lebih berantakan!" Ujar Marsha.

Marsha kasian aja sama Malaikha. Malaikha tuh gak pernah macem-macem dalam hidupnya. Padahal opportunity untuk Malaikha bisa meraup lebih banyak tuh terbuka besar. Tapi Malaikha gak melakukannya seakan apa yang dia dapetin tuh sudah cukup.

Yang kayak sekarang aja Malaikha udah diomongin situ-sini, apalagi kalau Malaikha aji mumpung beneran. Makin menggila itu mulut-mulut manusia julid.

"Udah deh, gak usah bahas itu. Bikin mood jelek" balas Malaikha. Dia udah gak mau mengingat-ngingat omongan nyelekit para karyawan di toilet tadi pagi.

Ah, setelah dia undur diri dari ruang kerja Zachary, laki-laki itu gak ada meminta dirinya untuk apa-apa lagi. Jadinya Malaikha lebih banyak stay di kubikel-nya. Bahkan saat Malaikha menanyakan tentang menu makan siang, Zachary mengatakan kalau dia akan mesan sendiri makan siangnya. Malaikha nurut aja. Suasana hatinya lagi gak bisa dikompromi. Kalau bisa gak ngelihat Zachary untuk the rest of the day, maka Malaikha akan sangat bersyukur.

"Gimana lo sama Niko?" Tanya Marsha antusias. Sebagai teman, dia suka banget saat Malaikha mulai dekat lagi sama laki-laki. Malaikha tuh menurut Marsha terlalu mandiri. Jadinya pas Malaikha mulai mau membuka diri, malah Marsha yang seneng banget.

"Gak gimana-gimana sih. Yang penting gue dan dia sama-sama nyaman"

"Jadi belum ditembak lo?"

"Belum. Lagian zaman sekarang kayaknya gak perlu tembak-tembakan gak sih?"

"Perlu menurut gue"

"Kenapa?"

"Ya biar jelas aja. Lagian lo mau ngejalanin sesuatu yang gak jelas?"

Head Over Heels (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang