Rasanya enggak enak ketika pulang dengan Hendery namun tengah dalam keadaan yang kaya begini. Kalau aja bukan karena paksaan dari Nano, agaknya lebih enak pulang seorang diri.Toh buat apa pulang kalau keadaanya justru saling diam satu sama lain?
Percuma juga, bahka enggak ada kata maaf yang Hendery lontarkan. Minimal menjelaskan pun, sama sekali enggak ada.
Minimal kalau salah ya ngomong maaf, atau enggak jelasin kenapa jalan sama perempuan lain. Kan Hendery bukan lajang atau bujangan. Dia punya kamu sebagai pasangan.
"Aku mau langsung balik," ucap Hendery begitu sampai di depan rumah kamu.
Padahal tahu enggak apa? Hendery se-sibuk apapun, se-capek apapun pasti bakalan mampir dulu ke rumah. Ngobrol sama para Abang yang lain.
Belum putus loh ini, kok sudah berasa asing?
"Enggak ada yang mau kamu jelasin gitu?" tanyamu.
"Jelasin apa lagi? Aku nurutin apa yang teman-teman kamu mau, terus apa lagi?"
"Tapi itu bukan kemauan aku. Minimal kamu minta maaf, Heng."
Hendery justru balik bertanya. "Kamu juga ada salah tuh sama aku. Apa ada kata maaf?"
Kamu menarik napas dengan berat. Keadaan mobil sudah terparkir rapih tepat di depan rumah. Mesin mobil pun enggak menyala. Secara mendadak dan gesit, tangan kananmu megambil kunci mobil Hendery. Lalu keluar begitu saja tanpa mau mendengar teriakan yang lelaki itu lontarkan.
Kalau enggak begini enggak akan Hendery mau keluar dari dalam mobil.
Di pekarangan rumah, Hendery menarik tangan kananmu sambil kembali berteriak. "Mau kamu apa sih?"
"Putus? Aku turutin. Apapun aku turutin. Begini balasan kamu? Jangan kaya anak kecil bisa?"
"Kamu yang kaya anak kecil, Hendery," balasmu. "Aku ada kurang, ada berbuat salah, ada masalah. Itu ngomong sama aku. Ngobrol sama aku. Bukan jalan sama perempuan lain."
"Kamu jelas-jelas salah, tapi enggak mau minta maaf. Jangankan itu, jelasin aja enggak. Aku butuh waktu buat kita ngobrol, buat dengerin keluh kesah kamu. Yang ada kamu justru curhat sama orang lain!"
"Yang sakit di sini itu aku, Hendery!"
Pintu rumah tiba-tiba terbuka. Sudah ada Haidar dan Bayu yang keluar. Ya Tuhan, ada rasa syukur kamu melihat keduanya yang ada di rumah. Enggak bisa membayangkan kalau Biya yang keluar. Hendery bisa-bisa bonyok seketika.
"Apa-apaan kalian?" tanya Haidar.
Bayu langsung menjadi penengah. "Jangan teriak-teriak di depan rumah. Mending masuk jangan di luar begini."
"Kalian tuh kenapa sih? Ada apa?"
Baik kamu dan Hendery enggak ada yang menjawab. Tapi bukan itu yang membuat kamu semakin marah. Tindakan Hendery yang berlalu begitu saja, memercikkan api kemarahan yang semakin menjadi-jadi.
"AHENG! AKU BELUM SELESAI NGOMONG!" bentakmu sambil menarik tangan Hendery agar kembali ke posisi semula.
"Kamu mau ke mana? Mau curhat lagi sama selingkuhan kamu, iya?"
"Selesaikan masalah ini dulu dong. Enggak begini caranya kamu bertanggung jawab."
Haidar dan Bayu seketika menatap Hendery ikut bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT Husband Series 💚 Hendery 💚
FanfictionGimana kalau kamu itu menjadi pelabuhan terakhir untuk seorang Hendery? Menjadi suamimu serta menjadi ayah dari anak-anakmu kelak nanti. Ini cerita tentang kamu dan suamimu Hendery. Cerita dari awal bagaimana kalian bertemu dan akhirnya saling jatu...