Bab 8: Bakti Sosial

125 66 270
                                    

"Kata-kata tipe gue bukan lo itu nggak bisa dijadikan alasan yang tepat untuk menolak seseorang, karna perasaan bisa tumbuh karena terbiasa."

- Cristian Aldo Wijaya -

Happy reading♡

Hari senin adalah hari yang paling membosankan diantara hari-hari lainya.
Gimana ga bosen coba? Udah banyak tugas di tambah harus berjemur di lapangan panas begini dengan waktu kurang lebih 1½ jam belum dengerin pidato dari pembina yang panjangnya melebihi panjang rel kereta api.
Seperti biasa hari ini nadiya datang sedikit telat ya kira-kira telat 15 menit lah.
Udah tau telat tapi nadiya tetap jalan dengan santainya melewati koridor kelas.

DI UMUMKAN KEPADA SELURUH SISWA DAN SISWI SMK TUNAS BANGSA UNTUK SEGERA BARIS DI LAPANGAN DI KARENAKAN UPACARA BENDERA AKAN SEGERA DI MULAI!

Suara pengumuman menggema di setiap sudut sekolah SMK Tunas Bangsa.

"Apaan sih pake upacara segala!" Grutunya dengan memutar bola mata kesal.

"Nadiya!" Triak seseorang dari belakang.

Dirinya berhenti dan memutarkan badanya menuju ke arah sumber suara.
Dia mendapati sosok aldo yang berjalan menghampirinya.

"Apa!" Jawabnya ketus.

"Hari ini ada upacara, ke lapangan bareng yuk." Ajak aldo.

Nadiya mengacuhkan ajakan aldo dan segera pergi dari hadapanya.

"Tega bener cewek satu ini, masa cowo seganteng gue di tinggalin begitu aja."

Upacara sudah di mulai, seluruh siswa dan siswi berbaris dengan sangat rapih dari mulai kelas X sampai dengan kelas XII dimana barisan awal di isi oleh para siswa laki-laki sedangkan barisan kedua di isi oleh siswi perempuan.

Setelah dua puluh menit berlalu sebagian siswa-siswi sudah seperti cacing kepanasan karena terik matahari yang begitu panas.
Ada yang jongkok, menunduk dan bahkan ada yang pingsan.
Kini tiba saatnya pembina upacara memberikan amanat dan momen inilah yang paling tidak di sukai semua siswa siswi pasalnya kepala sekolah akan berpidato sampai lupa waktu.

Setelah lima belas menit kepala sekolah menyampaikan pidato akhirnya upacara bendera selesai dan seluruh siswa siswi di bubarkan untuk melanjutkan pelajaran mereka masing-masing.
Nadiya, risky, aldi dan aldebaran pun memilih pergi ke kelasnya meninggalkan lapangan upacara.

"Huft selesai juga akhirnya." Ucap aldi.

"Eh tadi isi pidatonya apaan ya? Gue ga begitu dengerin soalnya." Ujar risky.

Pak ardi yang notabenya adalah wali kelas XII IPA 1 masuk ke dalam kelas untuk memberikan info dan arahan lebih lanjut soal pidato kepala sekolah.

"Pagi anak-anak, tadi sudah dengar pidato kepala sekolah?"  Sapa pak ardi.

"Pidato soal apa pak? Saya nggak begitu dengerin." Ucap risky mengangkat tanganya.

"Huuuuu makanya punya telinga tuh di pake." Sorak lainya.

Risky menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Sudah-sudah! Jadi gini, sekolah kita akan mengadakan bakti sosial ke orang yang membutuhkan.
Namun kali ini kelas kita yang di tugaskan untuk membagikan sembakonya, namun hanya beberapa anak saja yang mengikutinya.
Untuk sembakonya sudah di siapkan dari pihak sekolah kalian tinggal kesana dan bagikan saja."

Lost Father's Love💔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang