Bab 7: Perasaan Tumbuh Dengan Sendirinya

183 72 246
                                    

"Dunia ini penuh dengan kebetulan dan kebetulan yang paling aku syukuri adalah bertemu denganmu."

- Cristian Aldo Wijaya -

Happy reading♡

Mentari pagi telah bersinar dengan terangnya.
Terlihat awan putih yang menggantung indah di atas langit.
Burung-burung tak ketinggalan meramaikan pagi yang cerah ini.
Cuaca pagi hari ini sangatlah cerah.
Nadiya bangun dan membuka jendela kamarnya.
Ia menghirup udara luar dalam-dalam kemudian menghembuskanya secara perlahan lahan.

"Segar...." ucapnya tersenyum.

Kemudian nadiya merapikan kamarnya yang terlihat sedikit berantakan.
Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 05.35 dengan segera nadiya bergegas mandi.

Matanya berbinar cerah ketika melihat dirinya di depan cermin yang terlihat sangat cantik usai menata rambutnya.

Hari ini nadiya mengenakan seragam abu-abu dengan kemeja putih berlengan pendek dan rok berwarna abu-abu dengan panjang di atas lutut.
Setelah semuanya rapih, nadiya meraih tas ransel berukuran sedang berwarna hitam kemudian keluar dari kamarnya hendak menemui sang ayah.

Seketika langkahnya terhenti di depan kamar sang ayah ketika mendengar suara ayahnya sedang berbincang dengan seseorang lewat telepon.

"Kalau gue masuk kira-kira ganggu nggak yah?" Gumamnya.

Nadiya melangkah maju, tanganya mulai terangkat hendak mengetuk pintu kamar namun pintu terbuka sebelum nadiya mengetuknya.

"Nadiya? Sedang apa kamu berdiri di depan kamar ayah?" Ucap haidar bingung.

"Nadiya mau pamit berangkat ke sekolah yah, asalammualaikum." Ucap nadiya dengan meraih tangan kanan haidar dan menciumnya.

"Wa alaikummusalam."

****

Nadiya baru saja sampai di sekolah menggunakan angkutan umum.
Sudah menjadi rutinitas nadiya berangkat sekolah menggunakan angkutan umum semenjak motor kesayanganya itu disita oleh ayahnya.

"Haii nad." Sapa devano di belakang nadiya dan membuat langkah nadiya terhenti.

Nadiya memutar bola mata kesalnya. "Apa!"

"Jutek amat."

Nadiya menghembuskan nafasnya dengan kasar dan pergi meninggalkan devano.

"Nad!" Seseorang memanggil namanya, nadiya menoleh ke arah belakang mencari sumber suara.
Nadiya mendapati sosok sahabatnya risky.

"Balik sekolah nanti lo ada acara nggak?" Tanya risky saat sudah berada di samping nadiya.

"Gue mau ke makam nyokap."

"Ohh gitu, ke kantin yuk." Ajak risky.

"Nggak ah gue mau langsung ke kelas aja, by ky." Ucap nadiya berjalan meninggalkan risky dengan melambaikan tanganya.

Lost Father's Love💔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang