Bab 11

8 2 1
                                    

"KAILI!"

Kaili yang tengah menyapu teras rumah sembari bersenandung kecil terperanjat mendengar suara teriakan yang memanggil namanya membuat sapu yang  dipegang terjatuh ke lantai. Kaili menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Dara yang berjalan mendekat.

Kaili mengelus dada  yang terasa begitu berdebar kencang lantaran terkejut. Ia menatap sebal Dara. "Apa?" tanyanya dengan kedua tangan bersedekap di dada.

Dara tertawa kecil melihat ekspresi Kaili lalu menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa, cuman mau ke sini gak bolehkah, Li?"

"Boleh, tapi kalo datang gak usah teriak-teriak kaya gitu ngagetin tau, ini tuh bukan hutan, Ra. Lain kali biasakan pakai salam, ya," ujar Kaili sembari mengambil sapu yang tergeletak di lantai.

"Iya, Li. Maaf."

Kaili terkekeh geli melihat Dara yang menundukkan kepala. "Iya, Ra. Gak apa-apa, Lo duduk aja gue mau selesain ini dulu," ucapnya.

Dara mengangguk dan mendudukan tubuhnya di kursi yang ada di sana sembari memandangi Kaili.

"Li, gue bantu ya?" tawar Dara yang sudah hendak beranjak dari duduknya.

"Gak usah, Ra. Ini juga udah mau selesai, kamu duduk aja disitu aku mau bakar sampah dulu," tolak Kaili membuat Dara kembali duduk.

Selesai membakar sampah, Kaili menghampiri Dara dan mengajak gadis itu, untuk masuk ke dalam. Di ruang tengah terlihat Ibu Jupi yang sedang duduk sembari memasangkan baju pada anak kecil yang bernama Saka.

Dara mencium punggung tangan Ibu Jupi lalu ikut duduk dan mengobrol sementara Kaili masuk ke dalam kamarnya. Berselang beberapa menit, terdengar suara Kaili yang memanggilnya.

Gadis itu mengakhiri obrolannya dengan Ibu Jupi, lalu izin untuk masuk ke dalam kamar Kaili. Setelah masuk dan menutup pintu kamar tersebut. Dara membalikan badannya menghadap dan menatap Kaili seraya bertanya. "Kenapa, Li?"

Menghadap lemari yang terdapat cermin sambil membenarkan sisi hijab dan mengenakan bros pada bawah dagu seraya berkata. "Gue mau nganter Saka ke sekolahnya, terus ke pasar mau beli bahan-bahan buat gue jualan. Lo mau ikut atau mau pulang aja?"

"Kalo gue ikut boleh?" tanya Dara.

Kaili membalikkan badan dan menganggukkan kepala lalu menatap Dara yang  duduk di atas kasurnya. "Boleh dong, ayo keluar nanti Saka telat."

"Ayo."

Mereka berjalan keluar dari kamar menuju ruang tengah. Terlihat di ruangan itu hanya ada Saka sendirian yang tampak sibuk dengan mainannya.

"Ibu ke mana, Ka?" tanya  Kaili yang membuat Saka langsung mendongak dan  menatapnya.

"Di dapur," sahut anak kecil laki-laki tersebut.

"Oh, ayo kita samperin ibu dulu, baru setelah itu berangkat,"  tutur Kaili pada Dara dan Saka.

Dara dan Saka mengangguk bersamaan, Ketiganya beranjak menuju dapur. Di dapur tampak Ibu Jupi sedang mencuci piring kotor dan beberapa peralatan masak.

“Ibu,” panggil Kaili dengan lembut.

Wanita yang dipanggil itu segera menghentikan aktivitasnya. Dengan wajah teduh, ia menoleh dan tersenyum kecil kepada Kaili. “Iya, Li, ada apa?” tanyanya seraya menyapu tangan yang dipenuhi debu pada baju daster lusuh yang warnanya mulai memudar.

"Mau pamit, Bu. Mau antar Saka ke sekolah sekaligus ke pasar," jawab Kaili.

Gadis itu mengulurkan tangan, dan Ibu Jupi menyambutnya dengan hangat. Kaili mencium tangan sang ibu dengan penuh hormat, diikuti oleh Dara dan Saka yang melakukan hal yang sama.

Garis Mimpi (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang