Noufal sangat betah melumat bibir Riani. Ia menghisap bibir bagian bawah Riani dan sedikit menyedotnya, lalu beralih pada bibir bagian atas. Satu tangannya meremas buah dada. Satu tangan yang lain mulai mencongkel-congkel di dalam celana dalam Riani.
Riani menggeliat nikmat. Ia sangat menikmati permainan Noufal. Ini baru pemanasan. Noufal memang tipikal pria yang suka berlama-lama dalam pemanasan.
Setelah puas, Noufal memutar tubuh Riani, menarik kemeja putih itu dengan Kasar hingga tubuh indah dan mulus Riani terlihat. Ia juga dengan cepat menarik bra warna putih yang menutupi payudara Riani.
Noufal tersenyum menatap dua gundukan kenyal di depan matanya itu. Ia lalu membenamkan wajahnya di belahan itu dan kemudian menggila. Ia mengemutnya bergantian. Kiri dan kanan. Meremasnya, kadang juga menamparnya, lalu menghisapnya lagi.
"Aaah... Enak sekali sayang." Lirih Noufal.
Setelah puas bermain di area atas. Noufal perlahan turun kebawah. Lidahnya turun dari belahan dada hingga ke pusar dan ia kembali bermain di sana. Membuat Riani melenguh.
Noufal mencumbu perutnya dengan kedua tangan yang sibuk meremas pantat Riani.
Setelah puas, ia menatap Riani dengan mata penuh nafsu. Kembali berdiri sebentar untuk mencium bibirnya, lalu berlutut di hadapan Riani.
Noufal menurunkan celana dalam itu. Riani refleks menutupnya dengan tangan.
"Kenapa tiba-tiba aku ngerasa malu, ya?" Riani terkikik.
Noufal tersenyum dan segera menyingkirkan tangan Riani yang menghalangi. Nafsu kian memuncak. Noufal membenamkan wajahnya di sana.
Membuat Riani melenguh lebih keras.
"AAAAH...!!!"
"Aaah... Haaah .... Aaah."
Noufal memainkan lidahnya di dalam liang kenikmatan itu. Sesekali ia juga melirik Riani yang kini sudah lunglai dalam rasa nikmat. Riani meremas kepala kekasihnya itu, menarik rambutnya dan sesekali juga meremas bahu Noufal yang kekar.
"Ah... Haaah ....ahhhh."
Suara Riani membuat Noufal makin menegang. Bagian miliknya semakin mengeras dan terasa berdenyut lebih kuat.
Noufal memutar tubuh Riani, lalu mendorongnya hingga berjongkok di bawahnya. Noufal mengarahkan miliknya ke mulut Riani.
"Ayo sayaaang," bisik Noufal.
Riani mengocok batang itu sebentar, menjilatnya dari pangkal hingga ke ujung, lalu baru melahapnya.
Ukurannya yang cukup besar membuat Riani tersedak berkali-kali, tapi Noufal sama sekali tidak peduli. Dia malah menarik kepala Riani agar seluruh batang itu masuk.
Riani tersodok hingga matanya pun berair. Noufal terus maju mundur seraya menjambak rambut Riani di bawahnya.
Noufal selesai dengan pemanasannya. Ia menggeser tubuh Riani ke tepi ranjang, lalu mendorong kepala Riani hingga posisinya menungging.
Noufal memulai dengan pelan.
Masuk...
Keluar...
Masuk...
Keluar...
Ia melakukannya dengan senyum merekah. Nikmat sekali bisa menjamah tubuh nan muda dan segar itu.
Riani juga sangat menikmatinya. Matanya terbelalak nikmat.
Sekarang gerakannya mulai cepat.
Lalu semakin cepat.
"Ah... Hoaaah.... Ahhh...." Kali ini Noufal yang mendesah."
Ia menggerakkan pinggulnya lebih kencang.
Sangat kencang hingga tubuh Riani berguncang hebat. Dua bulatan kenyal miliknya pun juga ikut bergoyang. Sesekali Noufal menjangkau dan meremasnya.
Ia kemudian menarik tubuh Riani, membuat Riani menghadap padanya. Memasukkannya lagi dan kemudian mengangkat Riani di pangkuannya.
"Oh.. shit. Really good baby," bisik Riani diantara suara desahan napasnya.
"Enak, kan? Enak, kan sayang?" tanya Noufal.
Riani mengangguk dalam gempuran itu. "Enak Sayang... Enak sekali."
Noufal sangat menikmatinya.
Sementara Riani yang kini bergayut di leher sang kekasih itu hanya menatapnya sambil sesekali menggigit bibir setiap kali batang itu menghentaknya keras.
Kali ini mereka bercinta lebih lama dari biasanya.
Karena mereka sudah lama tidak melakukannya.
"Oh Sayang ... Aaaaah ...," Noufal merintih nikmat.
.
.
.
Bersambung...