22 - Satu Syarat

1.1K 5 0
                                    

"Riani ... aku benar-benar minta maaf. Aku lepas kendali. A-aku sepertinya dirasuki oleh iblis. Sungguh, maafkan aku, Riani." Noufal bersujud memegangi kaki Riani yang hendak pergi dari apartementnya.

Riani menghela napas sesak. Matanya masih terlihat bengkak karena terlalu banyak menangis. Noufal telah melakukan sesuatu yang merusak mental dan juga fisiknya. Lelaki itu merudal paksa Riani yang tidak berdaya. Dia diikat dan tidak bisa bergerak. Riani harus mengalami penyiksaan selama kurang lebih dua jam hingga Noufal mencapai puncaknya. Lelaki itu memang sudah dirasuki oleh iblis. Riani sedang datang bulan, dia merasa nyeri dan tidak enak badan, tapi lelaki itu malah menyerangnya melalui belakang. Riani tidak pernah menginginkan anal sex, tapi lelaki itu sudah melakukannya. Dan kini Noufal berusaha meminta ampun dengan sejuta alasan dan bibir manisnya.

"Riani, please ... maafkan aku." pinta Noufal lagi.

"Apa yang kamu lakukan itu benar-benar sudah keterlaluan," ucap Riani lirih.

Noufal bangun, menatap Riani lekat-lekat dengan bola mata yang sudah berkaca-kaca. "Maafkan aku... aku benar-benar lepas kendali. Jujur saja ... aku merasa sakit hati dengan perkataan kamu semalam.Kamu bahkan mengatakan aku kelainan dan ...."

"KAMU MEMANG SEPERTI ITU!" bentak Riani.

"Riani aku mohon... maafkan aku! aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Aku janji! kamu boleh marah. Kamu boleh menampar aku. Kamu boleh memukul aku sampai kamu merasa puas."

"Aku hanya ingin pergi dari sini!"

Riani bergerak menuju pintu, tai Vazp lekas menghalangi dan merentangkan tangannya di sana.

"JANGAN ...!" pekik Noufal. "Kamu tidak boleh pergi!"

Riani menatap Noufal lekat-lekat. "Yang sudah kamu lakukam itu tak ubahnya dengan pemerkosaan!"

"Aku tahu ... karena itulah aku menyesal. Aku.... " kalimat Noufal terhenti. Lelaki itu menutupi matanya dengan telapak tangan, lalu kemudian terisak.

Deg.

Riani sedikit terkejut melihatnya. Lelaki itu menangis. Raut wajah Riani yang tadi dipenuhi oleh sorot kebencian itu pun perlahan melunak. Apakah Noufal benar-benar khilaf? apa lelaki itu benar-benar merasa berdosa atas apa yang sudah dia lakukan?

"Riani ... maafkan aku," ucap Noufal lirih. Air mata berderai-derai di pipinya.

Riani meneguk ludah. Dia selalu luluh setiap kali melihat Noufal seperti itu.

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi, selain kamu. Kalau kamu pergi ... aku tidak punya alasan lagi untuk

bertahan hidup di dunia ini. Kamu tahu sendiri bagaimana hidupku, Riani... jadi aku mohon ... maafkan aku," ucap Noufal lagi.

Riani terdiam.

"Ini adalah kesempatan terakhir untuk kamu," tukas Riani.

Noufal mengangguk, tersenyum, lalu menarik Riani ke dalam pelukannya.

"Aku berjanji... aku berjanji, Sayang. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Noufal berbisik ke telinga Riani dengan suara lirih.

Tapi yang tidak diketahui oleh Riani adalah ...

Lelaki itu tersenyum ketika mengatakannya. Noufal mengulum senyum. Tatapan matanya pun berubah drastis. Dia hanya berpura-pura. Noufal sangat manipulatif dan memainkan perannya dengan baik.

Riani kemudian mendorong tubuh Noufal menjauh darinya. Saat itu juga Noufal kembali menunjukkan wajah sedih dan tatapan sayu.

"Kamu nggak akan pergi, kan?" tanya Noufal memelas.

Pesona Ayah Tiriku (Oh My Daddy) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang