12 - Apa Yang Kamu Lakukan?

1.6K 4 0
                                    

Dason melangkah masuk. Hari ini penampilannya terlihat sangat rapi dan maskulin dalam balutan jas dan celana warna hitam. Dason memakai dalaman kemeja warna biru muda dan seperti biasa ... bagian dadanya sedikit terekspos. Dason melangkah ragu, tapi Liliana kembali berkata.

"Ayo masuk. Kenapa kamu terlihat ragu?"

Dason hendak protes, tapi dia benar-bena tidak punya waktu lagi. Dia melangkah mengikuti Liliana menuju sofa. Pandangan mata Dason sontak tertuju pada bagian bokong Liliana yang tampak membulat sempurna dibalik kain satin yang sangat jatuh ke kulitnya itu. Sejenak Dason meneguk ludah, tapi kemudian dia cepat-cepat menyingkirkan pikiran itu.

Liliana duduk dengan manis, Dason pun juga duduk di hadapannya.

"Oh iya sebentar ... saya berganti pakaian dulu," ucap Liliana kemudian, bergerak hendak bangun dari duduknya.

"Tidak perlu!" sanggah Dason.

Liliana mengernyit.

"Saya tidak punya waktu lagi. Satu jam lagi saya harus segera terbang ke Surabaya. Jadi lakukan saja wawancaranya dengan cepat," pinta Dason.

Liliana kembali duduk dan mengangguk kecil.

"Jadi begitu ..., baiklah kalau itu yang kamu mau."

Liliana menjangkau sebuah berkas di atas meja, lalu menyilangkan kakinya. Ketika itu dia lakukan, belahan jubah tidur itu langsung menampilkan pahanya yang mulus. Dason melirik sesaat, lalu mengalihkan pandangannya kembali.

"Wait ... sebentar." Liliana tiba-tiba bangun lagi dari duduknya.

Dia beranjak ke meja lain di dekat televisi. Liliana menuangkan anggur ke dalam gelas. Tak lupa dia langsung memasukkan bubuk ajaib yang sudah dia dapatkan itu ke minuman Dason. Liliana melirik ke belakang sebentar, memastikan bahwa Dason tidak melihatnya. Liliana mengaduk minuman itu memakai jari telunjuk, baru kemudian menyuguhkannya ke depan Dason.Dason menatap gelas minuman itu dan kembali membuang pandangan.

"Baiklah, kalau begitu saya akan memulainya," ujar Liliana.

Sesi wawancara itu pun di mulai. Liliana memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan umum seputar latar belakang Dason sebagai seorang pengusaha handal yang terkenal. Dason pun menjawab semua pertanyaan itu dengan cepat dan lugas. Liliana membuat Dason banyak berbicara. Pada akhirnya Dason menjangkau gelas minuman di depannya dan meneguknya pelan.

Liliana tersenyum. Dia melihat daftar pertanyaan yang tersisa, tapi Liliana tidak lagi membacakan pertanyaan yang tertulis di sana.

"Jadi seperti apa kriteria wanita yang anda sukai?" tanya Liliana. Sebuah pertanyaan yang tidak ada di dalam daftar.

Dason sedikit mengernyitkan dahi, tapi dia tidak mempermasalahkannya. Dia hanya ingin semua cepat selesai. Karena Dason harus pergi. Dia memiliki janji untuk menekan sebuah kontrak dengan nilai yang teramat besar dengan salah satu crazy rich di kota Surabaya.

"Kriteria wanita yang saya sukai?"

Dason bersuara lirih. Dia meneguk minuman itu sekali lagi. Liliana mengangguk.

"Iya."

Dason terdiam. Dia malah menatap Liliana yang duduk di depannya. Liliana menyibakkan rambutnya ke sisi sebelah kanan. Leher bagian kirinya kini terlihat jelas. Entah kenapa Dason terpaku menatap lekukan leher itu.

"Saya ...." Dason menjawab lirih, tapi tak ada kata lanjutan yang mengikuti jawabannya.

"Kenapa?" tanya Liliana. Nada suaranya melembut. Liliana mencondongkan tubuhnya ke depan. Membuat belahan dadanya terlihat jelas.

Dason meneguk ludah. Kenapa tiba-tiba udara terasa panas? Dason meraih gelas minumannya lagi dan kali ini meminumnya hingga habis.

"Saya suka wanita yang sederhana," jawab Dason kemudian.

"Ah, jadi begitu." Liliana kembali pura-pura sibuk mencatat jawaban yang diberikan oleh Dason.

"Apa masih banyak pertanyaan yang tersisa?" tanya Dason.

Liliana melihat daftarnya. Semua pertanyaan penting sejatinya sudah dijawab oleh Dason, tapi kemudian Liliana berdusta.

"Lumayan," jawab Liliana.

Sesi wawancara itu berlanjut. Tapi Dason mulai merasa aneh. Kepalanya pusing. Dia juga merasa semakin kepanasan. Ada aliran perasaan aneh yang menyelimutinya dan semua itu membuat Dason gelisah. Tatapan mata lelaki itu juga sedikit berubah.

"Bisa dipercepat?" pinta Dason.

Liliana tersenyum dengan mata nakal. "Apanya yang dipercepat?"

Dason melotot saat Liliana tiba-tiba membuka kakinya yang tadi menyilang. Liliana mengangkat kedua

kaki itu ke atas lengan sofa di sisi kiri dan kanannya. Dia mengangkang. Membuat celana dalam warna hitamnya terlihat jelas.

Dason meneguk ludah. "Apa yang kamu lakukan?"

Pesona Ayah Tiriku (Oh My Daddy) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang