Riani terbangun dengan sekujur badan yang terasa remuk. Semua persendiannya terasa rapuh. Semalam Noufal menyetubuhinya berulang-ulang kali. Riani lelah, tapi dia tidak bisa menolak. Lelaki itu bahkan meminum obat kuat sehingga durasi permainan pun menjadi lebih lama. Sebenarnya Riani sama sekali tidak bergairah untuk bercinta. Terlalu banyak beban dalam kepala yang berisik. Mengusiknya. Riani tak menikmati permainan Noufal sama sekali. Sekalipun lelaki itu menggenjotnya tanpa ampun. Menyesap kemaluannya dengan brutal. Noufal menjilati selangkangannya seperti hewan buas yang kelaparan. Noufal bermain dengan sekuat tenaganya hingga sekujur tubuhnya basah bermandikan peluh. Riani bahkan harus mengganti seprei setelah permainan itu. Bagian dada Riani masih terasa nyeri karena Noufal meremasnya terlalu kuat dan juga menggigitnya. Namun semua itu tak memberikan rasa nikmat sedikitpun untuk Riani.
Satu-satunya yang tersisa hanyalah rasa lelah.
Jarum jam menunjukkan pukul 10.00 pagi dan Noufal sudah pergi bekerja. Tatapan Riani kemudian tertuju pada pakaian Noufal yang berserakan di lantai. Handuk, sisir dan berbagai barang-barang lain juga berserakan. Dia bahkan belum menjadi seorang istri, tapi Riani sudah harus mengerjakan hal-hal yang menurutnya melelahkan.
Riani duduk tertegun di tepi ranjang. Dia sendiri masih belum mendapatkan panggilan untuk berbagai lamaran yang sudah dikirim. Alhasil sehari-hari Riani hanya terkurung di kamar apartement Noufal. Membersihkan tempat itu, menyiapkan makanan, mencuci pakaian kotor. Kegiatan yang sangat tidak menyenangkan.
"Rasanya tetap tinggal di sini pun bukanlah pilihan yang tepat," bisik Riani kemudian.
Riani menyapu wajahnya dengan telapak tangan. Dia harus bangun dan mulai membereskan kamar, tapi ketika menurunkan kaki ke lantai, dia meringis.
"Aww..."
Riani menginjak sesuatu yang terasa tajam di telapak kakinya. Segera ia periksa. Riani berjongkok, memungut benda itu dan memerhatikannya dengan seksama.
"Anting siapa ini?"
Riani memerhatikan anting perunggu itu. Seingatnya dia tidak pernah memiliki anting seperti itu. Lantas kenapa anting itu bisa ada di sana? Riani menggenggam anting itu dengan perasaan curiga yang mulai tumbuh di hatinya. Dia harus mempertanyakannya kepada Noufal nanti.
Riani beralih meraih handphone-nya. Ada sebuah notifikasi tagihan dari salah satu marketplace online yang membuat keningnya berkerut.
"Apa Noufal membeli sesuatu lagi dan belum membayarnya?"
Segera ia periksa. Rupanya benar, Noufal membeli alat Vape baru dengan harga yang cukup mahal
melalui akun Riani. Dia memakai shopee paylater, tapi tidak membayarnya. Riani kesal. Dia harus membayarnya untuk menghindari biaya denda keterlambatan. Ketika login di akun M-banking-nya ... Riani terkesiap.
Saldo di rekeningnya hanya tersisa 50.000 saja.
Glek.
Riani menatap tak percaya. Dia keluar dan log in kembali karena mengira ada kesalahan, tapi nominal uang itu tetaplah sama. Hanya lima puluh ribu rupiah. Padahal seingat Riani, dia masih mempunyai tabungan sekitar tiga jutaan.
"Astaga!"
Riani membuka laci dengan gusar. Mencari kartu ATM-nya dengan gusar. Dia mengobrak abrik isi laci itu, menimbulkan suara berisik. Riani menarik laci itu hingga keluar sepenuhnya, lalu menumpahkan isinya ke lantai dan lanjut mencari.
Riani menatap panik.
Tidak ada.
Kartu ATM miliknya tidak ada di sana.
Seketika tubuhnya terasa panas. Aliran darah terasa dengan cepat naik ke ubun-ubunnya. Riani meraih jaketnya dan bergegas keluar. Dia ingin menemui Noufal. Meminta penjelasan. Riani tidak bisa menahan diri untuk menanti lelaki itu hingga pulang bekerja. Riani ingin menyusul Noufal ke kantornya.