"Woy siap-siap lari!" teriak Sai ketika sudah giliran Sasuke untuk memukul bola. Sasuke berdiri di belakang garis yang sudah ditentukan lalu mengambil tongkat baseball yang tergeletak di tanah dalam jangkauannya.
Tak berselang lama, bola melambung tinggi ke arah Sasuke. Pemuda itu dengan cepat mengayunkan tongkat baseball yang dipegangnya dengan gerakan atletis seolah terbiasa.
TANG! (suara pukulan bola yang mengenai tongkat besi)
Seluruh pasang mata mengikuti arah bola yang dipukul oleh Sasuke. Tanpa menunggu waktu lama Sasuke beserta anggota team yang masih tinggal di base segera berlari untuk menuju home base.
"HEH BOLANYA MANA?!" teriak Lee yang pada pertandingan ini menjadi team lawan. Laki-laki itu menyipitkan mata ketika bola yang dipukul oleh Sasuke menghilang di dalam cahaya matahari.
"Nar ati-ati nar." teriak Neji sambil berlari ke arah base yang tersisa.
Sasuke masih terus berlari kencang menuju satu base ke base yang lain. Laki-laki itu dengan gesit menghindari lemparan bola yang dilemparkan oleh team lawan. Dengan percaya diri Sasuke terus berlari kencang untuk menyelesaikan putaran.
Namun keberuntungan juga ada batasnya.
"Sasuke mati!" teriak Kiba ketika ia sudah memegang bola dan menyentuh base ketiga sebelum Sasuke sampai kesana.
Sasuke berhenti dengan nafas tersengal-sengal akibat berlari kencang, ditambah kaki yang selama pertandingan ia abaikan mulai terasa linu hingga menusuk tulang, membuat lari Sasuke melemah pada menit terakhir. Laki-laki itu berdecak kesal lalu berjalan menuju kursi panjang yang terletak di pinggir lapangan.
"Sas, kenapa kamu?"
Sasuke yang duduk di kursi pinggir lapangan perlahan mendongak ke arah sumber suara "Gapapa coach." jawab Sasuke sekenanya.
Kakashi berdiri di hadapan Sasuke sembari berkacak pinggang. Pria paruh baya itu masih memperhatikan sikap Sasuke yang menundukan kepala "Kamu sakit?" tanya Kakashi kembali.
Sasuke menggeleng pelan "engga coach."
"Permainanmu hari ini kacau, saya kasih kesempatan untuk perbaiki sampai pekan depan sebelum formasi inti kejuaraan saya ganti." tegas Kakashi.
"iya coach."
Kakashi menghela nafas pelan lalu menepuk pundak Sasuke dengan lembut "Kalau ada masalah jangan ragu untuk berbicara ke saya maupun teman-teman kamu."
Sasuke hanya mengangguk dan mengiyakan. Ketika dirasa sudah mendapatkan jawaban dari Sasuke Kakashi memilih untuk meninggalkan Sasuke dan berjalan menuju anak didiknya yang masih berlatih baseball.
Manik onxy Sasuke menatap lurus ke depan, ke arah teman-temannya yang bermain baseball. Laki-laki itu hanya terdiam dengan tatapan kosong seolah menerawang permainan teman-temannya.
One
Two
Three
Seven
Eight
Kepala Sasuke menoleh ke arah sumber suara, menemukan anggota cheerleader yang berlatih di ujung lapangan tak terpakai. Sasuke sedikit melebarkan mata ketika melihat orang yang ia kenal sedang dilempar-lemparkan ke udara seolah ia adalah boneka.
Laki-laki raven itu masih terus memperhatikan dengan serius anggota cheerleader yang berlatih formasi atau lebih tepatnya gadis bersurai merah muda yang sedang jungkir balik di udara.
"Hayolo! liat apa lo Sas?!" Sasuke berjingkat kaget ketika suara cempreng Lee memasuki telinga.
"Anjing." sumpah serapah Sasuke dengan tangan seolah ingin memukul Lee.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBERANG RASA ll Sasusaku
Teen Fiction❝𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘶𝘨𝘢𝘭-𝘶𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘮𝘰𝘥𝘦𝘭 𝘱𝘳𝘦𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘜𝘤𝘩𝘪𝘩𝘢 𝘚𝘢𝘴𝘶𝘬𝘦 ❞