"Saki! coba kamu liat bulannya, cantik banget kek kamu." celoteh Utakata sembari menunjuk ke arah bulan purnama yang membentang bagai lukisan malam di atas mereka.
Gadis bersurai merah muda itu menghela nafas berat kemudian berdehem untuk menjawab celotehan absurd sahabat masa kecilnya- Utakata.
Manik Utakata melirik ke arah Sakura yang masih fokus menjalankan sepeda listriknya "Saki, Sa Sa Ki Ki." panggil Utakata berulang kali sambil menggoyangkan tubuh Sakura pelan.
"Apasih! jatuh baru tau rasa!" bentak Sakura.
Mendengar suara Sakura yang meninggi, membuat Utakata melengkungkan bibirnya ke bawah "Sikit sikit marah sikit sikit marah, padahal kan aku cuma manggil." rajuk Utakata dengan nada sedih seperti anak kecil.
Sakura menghela nafas pelan "Uta..." panggil Sakura.
"Iya cantik?"
Manik emerald Sakura melirik sekilas ke arah spion- melihat Utakata yang masih terus tersenyum sumringah dengan rambut yang berantakan karena terkena angin malam.
"Kamu kenapa balik kesini?"
"Kenapa emang? ngga boleh aku balik ke kampung halaman sendiri? atau kamu ngga suka kalau aku balik?" tanya Utakata secara membabi buta.
Mendengar pertanyaan itu, Sakura reflek mengerem sepeda listrik yang dikendarainya, membuat tubuh Utakata maju ke depan hingga menabrak punggung kecil Sakura.
Rasa tidak enak hati perlahan muncul di diri gadis itu. Sakura merasa pertanyaannya terlalu blak blakan dan bisa saja menyakiti hati mungil Utakata.
"B-bukan gitu... cuman.. kata kamu kan kalau kamu bakal balik pas kita sama-sama udah dewasa." jelas Sakura dengan tubuh menghadap ke belakang.
Utakata mengerjabkan matanya perlahan "Oh, plan itu ngga jadi soalnya aku pikir sekolah di Kirigakure dan di Konoha ya sama aja."
Tanpa sadar, Sakura mengeratkan genggaman stir sepeda listriknya. Sesimpel itukah alasan Utakata sampai harus mengorbankan hubungan persahabatan hingga percintaan mereka berdua?
Sakura mengira ia tidak akan pernah bertemu dengan teman masa kecil sekaligus cinta pertamanya, meskipun bertemu Sakura mengira ia sudah cukup dewasa hingga tidak ada waktu untuk mengurusi masalah percintaan.
Namun kenyataanya? 0. Tidak ada yang sesuai prediksi Sakura.
"Ha..ha..ha.. gitu ya." timpal Sakura disertai tawa canggung.
Utakata turun dari jok sempit sepeda listrik Sakura "Saki." panggil Utakata yang sudah berdiri menjulang di samping gadis bersurai merah muda itu.
Sakura mendongak ke atas, melihat wajah Utakata yang bercahaya karena tertimpa sinar rembulan serta terang lampu jalan.
Bibir Sakura terbuka sedikit untuk membalas panggilan Utakata namun, entah mengapa suara Sakura seperti tertahan di ujung tenggorokan. Perasaan yang dipendam gadis itu sedari ia melihat Utakata untuk pertama kalinya di sekolah semakin berkecamuk.
"Saki." panggil Utakata lagi.
Lagi-lagi Sakura hanya melihat ke arah Utakata dengan bibir sedikit terbuka, tanpa mampu menjawab panggilan laki-laki tersebut.
"Pipi kamu merah." monolog Utakata lirih sambil menangkup kedua pipi Sakura.
Sontak kedua manik emerald Sakura membulat sempurna saat merasakan jari besar bersuhu dingin mengusap pipinya yang terasa hangat.
Tarikan kasar di sweater yang dikenakan Utakata, membuat laki-laki itu mundur beberapa langkah dari Sakura.
"Lo ngapain disini sama Sakura?!" bentak Sasuke dengan nada keras. Laki-laki itu masih terus menarik bagian atas sweater yang dikenakan oleh Utakata hingga membuat laki-laki itu merasa tercekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBERANG RASA ll Sasusaku
Jugendliteratur❝𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘶𝘨𝘢𝘭-𝘶𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘮𝘰𝘥𝘦𝘭 𝘱𝘳𝘦𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘜𝘤𝘩𝘪𝘩𝘢 𝘚𝘢𝘴𝘶𝘬𝘦 ❞