"Dari mana saja kamu?!"
Pertanyaan dari Mebuki dengan nada tinggi membuat Sakura yang awalnya mengendap-ngendap untuk menuju kamarnya langsung terlonjak kaget. Gadis itu perlahan menoleh ke arah Mebuki yang berdiri di ujung bawah tangga sambil menatap Sakura tajam.
"Emmmm... maaf bunda." Sakura menundukkan kepala sembari meremat tautan tangannya yang sedikit bergetar ketakutan.
"Bunda ngga perlu maaf dari kamu! bunda cuma mau tau kemana kamu pergi?!"
Mendengar suara Mebuki yang makin menggelegar membuat manik emerald Sakura berkaca-kaca "S-saki t-tadi beli mie instan di minimarket depan, bunda." jawab lirih Sakura yang berusaha membendung air matanya.
Gadis itu makin gemetar ketakutan di salah satu anak tangga ketika Mebuki mulai menaiki tangga dan berjalan menuju Sakura.
"Mie instan? kamu anaknya bandel ya! udah berapa kali bunda bilang, jangan makan mie!" tegas Mebuki dengan kata akhir yang ditekan.
"B-bundaaaa maaff, h-habis Saki pengen bangett." tutur Sakura yang terbata-bata karena isak tangis mulai keluar dari bibirnya.
"Jangan nangis!"
Suara isak tangis Sakura makin kencang hingga Mebuki mencengkram pundak Sakura "Dek, liat bunda." titah Mebuki.
Sakura menggeleng kuat.
"Liat wajah bunda atau jadwal les kamu bunda tambah?" ancaman Mebuki membuat Sakura perlahan mendongakan kepalanya, menatap Mebuki dengan wajah yang berlinang air mata.
Mebuki menghela nafas pelan guna menetralkan emosinya "Bunda tadi nyuruh kamu apa?" tanya Mebuki dengan nada sedikit lunak.
"Belajar." jawab Sakura lirih.
"Terus yang kamu lakuin?"
"Saki belajar bundaaa, cuman.. Saki laper terus pengen makan mie instan karena di rumah ngga ada, akhirnya Saki beli di minimarket depan." klarifikasi Sakura.
"Bukannya tadi bunda nawarin cemilan ke kamu? terus apa? kamunya nolak kan?" tangan Mebuki makin mencengkram pundak Sakura.
Dahi Sakura perlahan berkerut dengan bibir cemberut "Habis bunda camilannya kalau ngga salad ya buah potong." cibir Sakura dengan sedikit isakan.
Mebuki menghela nafas "Ini semua demi kebaikanmu dek." ucap Mebuki halus.
"Terus belajar setiap hari sampai mata Saki sakit juga demi kebaikan Saki, bun?"
Mebuki tertegun beberapa saat ketika mendengar pertanyaan dari anak semata wayangnya.
"Bundaa, Saki pengen masuk fakultas seni bukan kedokteran." lirih Sakura dengan sedikit keberanian. Gadis itu berusaha mengutarakan unek-uneknya yang bagai benang kusut di kepala.
"Saki! kita ngga lagi ngomongin ini." intrupsi dari Mebuki.
"Ngga bisa ya, cukup bunda aja yang dokter di rumah ini?" bebal Sakura yang menghiraukan instrupsi Mebuki.
Wajah Mebuki dari yang awalnya tenang seketika berubah marah "Haruno Sakura! sudah berapa kali bunda bilang kalau—"
"Kalau aku jadi dokter kehidupanku bakal terjamin, aku bakal jadi sosok mulia karena menolong orang lain, aku bakal jadi kebanggaan di keluarga besar, itu kan yang mau bunda omong tadi?"
Mebuki hanya terdiam menatap Sakura dengan rahang yang mengeras.
"Saki pamit ke kamar bun, mau belajar." Sakura melepaskan cengkraman Mebuki di pundaknya lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBERANG RASA ll Sasusaku
Novela Juvenil❝𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘶𝘨𝘢𝘭-𝘶𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘮𝘰𝘥𝘦𝘭 𝘱𝘳𝘦𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘜𝘤𝘩𝘪𝘩𝘢 𝘚𝘢𝘴𝘶𝘬𝘦 ❞