Taehyung dan Jimin sangat terkejut begitu sampai di pintu kelas 1.2. Tujuannya datang untuk pendataan siswa baru, yang merupakan tanggung jawabnya sebagai ketua osis yang sedang menjabat malah teralihkan karena ada siswa yang terlibat baku hantam.
Jimin dan Taehyung melihat jelas bagaimana Jungkook meninju kemudian menendang wajah Gangsan dengan sangat cepat. Sehingga tanpa perlawanan membuat tubuh Gangsan berhamburan menghantam meja dan kursi di kelas tersebut.
"Dasar pecundang" ucap jungkook dengan wajah marahnya. Mata Jungkook tak teralihkan dari tatapan tajam Gangsan yang sedang menunjuk ke arahnya.
Jungkook berusaha keras mengendalikan amarahnya. Agar tidak menimbulkan masalah yang akhirnya juga akan berakibat fatal untuk dirinya sendiri.
Selama ini Jungkook sudah hidup dengan banyak tekanan. Ditambah lagi usianya yang terhitung sangat muda. Cenderung membuatnya menjadi sosok yang labil.
Jungkook tidak sepenuhnya bersabar atas apa yang dia alami. Hal hal yang tidak ia mengerti kenapa terjadi. Membuat dia sering mengamuk hingga melukai dirinya sendiri.
Selama di luar negeri Yoongi sering kewalahan mengatasi emosi Jungkook yang kadang kadang meledak begitu saja. Terutam jika mengingat kembali perlakuan yang ia terima dari sang ayah
Berbagai cara Yoongi usahakan. Sehingga psikiater menganjurkan jungkook untuk belajar taekwondo, dan ternyata itu adalah solusi yang tepat.
Jungkook ikut kelas Taekwondo secara private. Tak jarang sang pelatih menjadi bahan amukan Jungkook yang menjadi brutal ketika sedang berlatih.
Untungnya pelatih jungkook adalah orang yang baik dan sangat sabar karena sudah mengerti dengan kondisi psikologis jungkook.
Itulah alasan mengapa Jungkook dengan mudah menghajar Gangsan atau siapa pun yang coba coba mencari masalah dengannya.
"Kamu anak baru itu kan?" Jimin bertanya
"Sudahlah kalian berdua ikut kami" Taehyung memberi perintah.
Mereka berempat pun meninggalkan kelas tersebut, menuju ruang osis yang di arahkan Taehyung dan Jimin.
***
"Aku dengar ada yang bertengkar" suara Namjoon sambil membuka pintu ruangan. Ia datang bersama Hoseok ingin mengecek apa yang terjadi
Sebagai mantan ketua OSIS, Namjoon di percaya untuk mengurus sebagian bidang kesiswaan. Bahkan OSISpun berada di bawah binaannya.
Apabila ada masalah seperti perkelahian antar siswa maka Namjoon dan Hoseok bertugas meluruskan masalah apa yang mereka ributkan. Jika tidak bisa tertangani baru kemudian mereka serakan ke guru BK.
"Aadek" Namjoon terkejut tak percaya. Bagai mana mungkin ini adalah hari pertamanya.
"Baiklah ceritakan apa yang terjadi? Kenapa sampai berkelahi?" Tanya hoseok pelan pelan.
Hanya Gangsan yang bercerita panjang lebar membenarkan dirinya. Memojokkan Jungkook, seolah olah dia adalah korban.
"Kau sungguh sungguh dengan apa yang kau ucapkan Gangsan? Disetiap kelas terpasang CCTV haruskah kami memeriksanya terlebih dahulu" Namjoon berkata dengan penuh penekanan, karena ia telah terlebih dahulu melihat kejadian yang sebenarnya melalu cuplikan remakaman CCTV yang di kirim Jimin. Jimin memang hebat Ia bergerak sangat cepat.
"Kenapa Hyung? Apa karena dia adik mu, Hingga Namjoon hyung tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan?" Gangsan mengelak.
"Baiklah kalo begitu-" ucapan Namjoon terpotong karena terdengar ketukan suara pintu.
"Boleh kami masuk?" Serra bertanya penuh ragu di balik pintu yang sedikit terbuka.
"Silahkan!" Hoseok mempersilahkan.
Diawali oleh Serra kemudian Eunbiul dan Hyoobin, mereka berjalan pelan pelan sambil menunduk hingga sampai di belakang Jungkook.
Serra meminta izin untuk menjelaskan sedikit tentang kronologi perkelahian mereka berdua.
Tujuan Serra hanya untuk membela Jungkook. Karena Serra sangat tau watak Gangsan. Dia akan membalikkan fakta.
Lagian ini kesempatan mereka untuk mengadukan Gangsan dan teman temanya selalu merisak teman di kelas.
Serra menjelaskan panjang lebar. Apa saja yang keluar dari mulur Serra sama persis seperti yang Namjoon lihat di rekaman CCTV.
Kali ini Gangsan benar benar tidak bisa berkutik, dan Jungkook terbebas dari segala tuduhan Gangsan.
Setelah kejadian itu, Jungkook Serra Eunbiul dan hyoobin menjadi teman akrab. Jungkook juga mulai akrab Dengan Taehyung dan Jimin juga Hoseok.
***
Yoongi baru sampai di rumah jam dua belas malam. Pekerjaan yang menumpuk membuatnya benar benar lelah. Namun selelah lelahnya Yoongi dia tetap menjenguk Jungkook terlebih dahulu di kamarnya.Yoongi tersenyum melihat Jungkook yang sudah damai di dalam tidurnya. Ia sentuh pipi itu dengan lembut berharap adiknya membuka mata sekedar melihat bahwa Ia sudah pulang dan menceritakan tentang hari ini apakah menyenangkan. Yoongi benar benar penasaran.
"Maafin hyung ya dek!, hyung terlalu sibuk hingga tidak punya waktu menemani kamu" lirih Yoongi sambil menyisir lembut rambut Jungkook dengan jemarinya.
"Ini semua juga untuk kamu, untuk kita agar terlepas dari kekangan papa. Hyung yakin kamu mengerti itu". Yoongi cepat cepat menghapus air matanya. Ia khawatir kalau tiba tiba saja Jungkook terbangun dan menemukan betapa lemah dirinya.
Yoongi membenarkan selimut jungkook. Perhatiannya beralih pada tas sekolah Jungkook yang diletakkan di dekat tempat tidur.
Yoongi tersenyum, diraihnya tas itu kemudian Ia membukanya. Yoongi ingin mengetahui apa saja yang dipelajari adiknya hari ini.
Buku demi buku Ia buka, Ia terkekeh karena tidak menemukan tulisan apapun. Hingga kepada buku yang terakhir, Yoongi menemukan sedikit goresan yang cukup membuat bulu di seluruh tubunya meremang.
- papa jahat, aku benci papa, hyung aku tidak akan pernag lupa.-
Yoongi menghela nafas panjang. Ungakapan tak langsung dari adiknya tersebut membuat otot otot di seluruh tubuhnya menjadi tegang. Kenangan buruk melintas begitu saja dalam ingatannya. Kejadian demi kejadian yang membuat dia dan Jungkook dikirim ke luar negeri delapan tahun yang lalu.
Tidak, lebih tepatnya mereka dibuang, diasingkan. Agar media tidak bisa lagi meliput berita miring tentang mereka. Karena sang ayah yang sangat takut terhadap skandal.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK LUKA
RandomDarah lebih kental dari air. Pribahasa itu tidak akan pernah diakui oleh anak anak yang mendapatkan luka dari ayahnya sendiri. seorang ayah yang egois yang berambisi tinggi hingga mengalahkan hati nurani. seberapa sakit luka itu? hanya mereka yang t...