Black Star adalah sebuah bar mewah di kota seoul. Merupakan tempat ternyaman untuk orang kaya menikmati waktu senggang mereka. Bar tersebut telah beroperasi sekitar enam tahun dan Jangsik sebagai pemilik utamanya.
Semuahal mengenai bar tersebut hanyalah alibi untuk menutupi bisnis kotor yang terjadi didalamnya. Tempat para kolega dari Jangsik melakukan pertemuan penting untuk relasi dan negosiasi mereka.
Jimin dan Taehyung termasuk anggota paling muda yang tergabung dalam organisasi kriminal tersebut. Jangsik telah merekrut mereka sejak berusia sepuluh tahun. Melatih mereka dengan ketat. Hingga menjadikan mereka begitu lihai sebagai dua ekor burung pengantar.
Semakin bertambahnya usia kepintaran mereka pun semakin melipat ganda. Semua yang mereka tangani selalu terselesaikan dengan mudah bahkan tidak terditeksi sama sekali. Membuat Jangsik semakin bangga kepada keponakan sekaligus anak asuhnya tersebut.
Namun akhir akhir ini ada satu hal yang membuatnya sedikit kecewa tentang permohonannya yang tak kunjung mereka penuhi. Bahkan ia mulai mencium rencana tidak sedap Taehyung yang terus mengulur waktu seolah ingin mengingkari Janjinya.
Sama halnya dengan sekarang. Taehyung tanpa memberi kabar membiarkan Jimin sendirian melakukan tugas mereka. Jangsik mengetahui hal tersebut karena hanya Jimin yang datang menghadapnya dan introgasipun terlaksanakan.
Di dalam ruang yang cukup tenang bernuansa gelap dengan lampu temaram. Tempat mewah Jangsik menggabiskan malam. Disanalah mereka saling duduk berhadapan.
"Dimana kim taehyung Park jimin?
Suara rendah dan aura mencekam sang paman sama sekali tidak menggoyahkan ketenangan Jimin. Ia tetap terlihat sangat tanpan dan berkarisma, meskipun dengan raut kelam dan ekpresi wajah yang teramat datar.
"Bersama anak itu paman. Aku telah membawanya kembali."
Aura mencekam itu kian menguar beriringan dengan seringai kepuasan. Semua itu terlihat pada wajah tak indah karena disebabkan oleh senyum sarkastik yang penuh nafsu dan keserakahan.
"Aku berharap kau benar benar dipihak ku jimin."
"Seperti yang paman harapkan."
Terlihat sedikit pincingan tajam. Setiap reaksi tubuh yang Jimin berikan benar benar sesatu yang tidak dapat di artikan.
"Kapan?"
Pertanyaan itu Jangsik utarakan sambil menuangkan wine di gelas Jimin. Sebagai tanda bahwa ia sangat mengapresiasikan pencapaian Jimin.
"Minumlah nak, kau terlihat tertekan." Masih dengan seringai dan senyum sarkastik yang tak luntur sedikitpun di wajahnya yang buruk rupa.
"Secepatnya paman, aku akan membuat Taehyung melakukannya."
Jimin masih nggan menjawab pasti. Ia meraih gelas wine dan menyesapnya sedikit. Muda belia yang begitu elegan sangat pandai melampaui jalan fikiran orang dewasa.
"Kapan?" Intens. Penuh penekanan.
Jimin menarik nafas panjang kemuadian menghembuskannya secara perlahan. Berusaha setenang mungkin membuang semua tekanan dan ketegangan. Karena ia tidak suka jika ada yang bisa membaca keadaan dan jalan fikirannya.
"Jika paman izinkan, akan aku lakukan ketika ujian akhir tahun ajaran selesai, tepatnya saat libur panjang. itu sudah tidak lama lagi. Tujuan ku hanya agar aktifitas sekolahnya tidak terganggu, dengan demikian, media dan orang luar lainnya tidak mengetahui atas hilangnya pewaris termuda mereka. Tapi jika tidak paman ijinkan, Maka akan aku segerakan."
Jangsik menautkan jari jemarinya, sambil bersandar penuh pada sandaran single sofa yang sedang ia duduki. Mencoba mencerna dengan baik apa yang baru saja Jimin sampaikan. Cukup masuk akal. Dan sang tuan jang keparat itu sangat menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK LUKA
RandomDarah lebih kental dari air. Pribahasa itu tidak akan pernah diakui oleh anak anak yang mendapatkan luka dari ayahnya sendiri. seorang ayah yang egois yang berambisi tinggi hingga mengalahkan hati nurani. seberapa sakit luka itu? hanya mereka yang t...