Yoongi terkapar, ia tertidur sembarangan setelah mengonsimsi minuman keras dalam jumlah yang banyak. Sangat banyak, sehingga Yoongi terkulai tak berdaya di sofa apartemen miliknya. Itulah alasan suara Yoongi menjadi parau dan membuat Jungkook khawatir karena pembicaraan mereka melalui sambungan telepon.
Ya! Yoongi memang tidak pergi kemanapun. Setelah bertemu dengan Yoon Hwa di pemakaman dan mendengar penjelasan tentang Kim Seokjin yang masih hidup, tentu membuat jalan pikirannya menjadi kacau. Dan ia memilih kembali ke apartemen untuk menenangkan diri
Kenyataannya Yoongi memang tidak pernah berubah. Ia masih dengan dunia gelapnya setiap kali menghadapi masalah yang membuatnya frustasi dengan parasaan sakit yang hampir meledak.
Sangat sakit, namun semua itu harus ia tahan. Yoongi berhasil memfilter dirinya habis habisan di hadapan seorang adik yang sudah menganggapnya bak seorang malaikat yang selalu siap melindungi apapun yang terjadi.
Numum, hari ini malaikat itu lengah. Ia kalah dengan rasa prustasinya. Sehingga memenuhi keinginan sang adik yang memang trauma dengan suasana rumah. Ia sendiri yang memberikan izin untuk mendatangi dua manusia itu. Manusia yang dapat dikatakan seperti binatang yang sangat buas dan akan memakan habis adiknya. Yoongi tidak sadar bahwa dia sudah melakukan kesalahan besar.
Setelah tertidur hampir dua puluh empat jam. Yoongi berusaha untuk bangun. Samar samar ia mengingat semalam Jungkook yang menelfonnya namun yang berbicara adalah Jimin. Sehingga Yoongi meminta nomor Jimin kepada Namjoon. Dan langsung menghubungi kembali setelah mendapatkan nomornya.
"Park Jimin! Apa yang sedang kalian lalukakan dimana adikku?"
"Maaf merepotkanmu, tolong jaga Jungkook dengan baik, jangan lupa aku juga sudah menganggap mu sebagai adikku, aku serius dengan ucapanku."
"Pergilah, hati hati. Hyung akan menyusul kalian nanti. tunggu hyung kita akan makan siang bersama. Aku tutup."
Yoongi kembali membaringkan tubuhnya di sofa. Alih alih mengumpulkan energi untuk membersihkan diri dan membereskan botol botol bekas ia minum. Supaya tetap bersih dan Jungkook tidak mengetahui kelakuannya.
***
Jimin sedang membantu Jungkook memasangkan alat pelindung lutut untuk bermain roller skate di lantai dasar sebuah gedung. Sebenarnya ada banyak permainan lain yang lebih aman dan menyenangkan namun Jungkook lebih memilih bermain sepatu roda. Karena Jungkook menyukainya."Tidak apa apa hyung, aku tidak akan jatuh, aku bisa melakukannya." Jungkook menolak alat pelindung yang dipasangkan Jimin karena ia merasa sudah menguasainya.
"Tidak boleh, ini hanya untuk berjaga jaga, Yoongi hyung akan memelintir kepalaku jika terjadi sesuatu, jadi pakai saja." Jawab jimin.
"Hyung tidak mau ikut bermain dengan ku, akan aku pegangi jadi hyung tidak akan terjatuh, pakai saja alat pelindungnya yang banyak jadi kalaupun jatuh tidak akan terluka." Ucap Jungkook yang di sertai tawa ringan.
"Kau mengejek hyung? Anak nakal! Pergilah bermain hyung akan melihatmu dari sini. Ingat jangan kebut kebutan. Hati hati."
"Oookeeh." Jungkook langsung meluncur. Berbaur bersama pemain sepatu roda lainnya.
Jimin duduk memerhatikan kelincahan Jungkook bermain sepatu roda. Jungkook terlihat sangat bahagia, sesekali ia membuat atraksi dengan lompatan lompatan kecil sambil melihat ke arah Jimin dan Jimin hanya meresponnya dengan senyuman.
Sebenarnya jimin bukan tidak bisa bermain sepatu roda, ia tidak tertarik. Tidak ada permainan yang menyenangkan baginya. Jimin memang masih muda, namun jalan fikirannya sudah sangat dewasa. Dia tidak suka bermain main. Jika itu tidak termasuk dalam strategi dan rencana yang sudah ia susun dengan rapi jimin tidak mau membuang buang energi untuk melakukannya. Jimin yang selalu tenang namun menghayutkan. Tentu dengan daya tariknya, dia bisa menenggelamkan orang lain kedasar, jauh lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK LUKA
DiversosDarah lebih kental dari air. Pribahasa itu tidak akan pernah diakui oleh anak anak yang mendapatkan luka dari ayahnya sendiri. seorang ayah yang egois yang berambisi tinggi hingga mengalahkan hati nurani. seberapa sakit luka itu? hanya mereka yang t...