Jimin terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak sama sekali. Bahkan mungkin ia tidak tertidur sedikitpun karena gelisah. Ia hanya berbaring ditempat tidur menemani Jungkook semalaman.
Jimin merasa lega karena hari ini adalah hari libur, sehingga ia tidak perlu kerepotan mengurus Jungkook bersekolah. Meskipun ia masih takpercaya harus mengasuh anak itu sekarang. Mulai dari memberi makan, menjaganya, menemani bermain dan pasti akan ada banyak hal lagi.
"Oh, hidupku yang malang." Jimin menggerutu sambil menggarukkan kepalanya yang sangat gatal karena banyak sekali beban pikiran. Belum lagi ia harus segera bangun untuk menyiapkan sarapan karena mungkin Jungkook juga akan terbangun sebentar lagi.
Jimin berjalan sempoyongan. keluar dari kamar dan menutup pintunya pelan pelan agar tidak menimbulkan bunyi dentuman, supaya Jungkook tidak terganggu. Ia terus berjalan menuju dapur sambil terus mengusap usap wajahnya tanpan.
Sesampainya di dapur Jimin membuka pintu lemari gantung dan menjinjit berusaha meraih kotak kemasan sereal gandum untuk diseduh menggunakan susu hangat.
"Taehyung sialan kenapa kau menaruhnya jauh sekali." Jimin mengumpat Taehyung. Ia masih tidak kesampaian meskipun sudah menjinjit.
Namun ternyata orang yang Jimin umpat sudah berada dibelakang dan membantunya untuk mengambilkan kotak tersebut.
"Ow,owwow, siapa?" Jimin terkejut.
Taehyung menyerahkan kotak itu kepada Jimin dan Jimin mengambilnya dengan sedikit merampas.
"Kau, kau sudah pulang?" Respon Jimin tak terima di tatap penuh tanya oleh Taehyung.
"Jimin apa yang terjadi setelah aku pingsan?".
"Minggirlah, kau menghalangi ku." Jawab Jimin.
"Apa yang terjadi setelah aku pingsan." Taehyung mengulangi pertanyaannya lebih intens. Sambil mencengkram bahu kiri Jimin
"Apa yang terjadi setelah kau pingsan? Kau sungguh ingin tau? dunia kiamat dan kau berada di neraka sekarang." Sarkas Jimin sambil menggeser Taehyung karena ia ingin melanjutkan pekerjaannya.
"Hyung, aku serius, dimana dia, apakah paman membawanya?" Taehyung terlihat benar benar khawatir.
"Kau pikir aku bercanda?" Karena kesal jimin tidak mau menjawab apapun yang ditanyak Taehyung dengan benar.
"Tata syapa aku didak menyanyanyimu, tapan aku pennah menatatan aku membencimu." Nyinyiran Jimin mengulangi ucapan yang ia dengar dari Taehyung semalam.
Tentu saja Taehyung tidak mengerti, bahkan ia tidak mengingatnya sama sekali.
"Jimin, ada apa dengan mu? Kenapa kau seperti perempuan, jawab saja pertanyaanku." Taehyung mulai merasa geram.
"Cccuuihh." Jimin meludahi wastafel cuci piring.
"Kenapa? Apa sekarang kau menyesalinya? Teruslah berbuat semau mu kemudian menyesalinya, berapa kali aku melarangmu tentang rekaman vidio itu. Sehingga paman mengenali dia dan mengincarnya. Dan apa yang sudah kau lakukan pada dia semalam taehyungah? Dia masih di bawah umur. Bahkan sangat jauh dibawah kita. Kau selalu mendahulukan amarahmu. Menyingkirlah dari hadapan ku, aku sangat lelah, aku bahkan tidak bisa tidur karena harus memikirkanmu, ntah sampai kapan kau akan berubah." Jimin meninggalkan Taehyung berbalik membawa nampan berisi sarapan untuk Jungkook.
Taehyung menghela nafas, ucapan Jimin begitu menusuk tersa begitu sakit. namun, tidak sebesar rasa khawatirnya saat ini. Ia tergesa gesa mengikuti Jimin ingin menayakan apa yang sudah terjadi, bila perlu dia akan menghajar jimin jika jimin tidak memberikan dia jawaban yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK LUKA
RandomDarah lebih kental dari air. Pribahasa itu tidak akan pernah diakui oleh anak anak yang mendapatkan luka dari ayahnya sendiri. seorang ayah yang egois yang berambisi tinggi hingga mengalahkan hati nurani. seberapa sakit luka itu? hanya mereka yang t...