19.ANAYA.

267 17 3
                                    


"Topengmu harus di buka, karna orang terlalu meremehkan dirimu."

🪐🪐🪐



....

"Sekarang di tubuh ini bukan Alaya, kenalkan. Saya Anaya, sahabat Alaya yang di kurung di tubuhnya." Alaya atau Anaya itu mengenalkan dirinya kepada Hugo.

Ucapan yang di keluarkan oleh Anaya mampu membuat semua terkejut begitupun Brimo yang baru masuk langsung terhenti di tempatnya kala mendengar ucapan Anaya.

Sedangkan Hugo hanya menunjukan mimik wajah yang kesakitan karna tembakan dari Anaya.

"Hm, terlalu jauh kalian melukai Alaya. Balasan apa yang setimpal dengan kalian, hm?" Anaya memandang bergantian antar wajah Hugo dan Stella.

"Anaya, jangan sakiti mama ala. Dia punya ala." Anaya yang mendengar suara itu hanya menghela nafas gusar.

"Lihatlah nona Stella, bahkan di saat anda seperti sekarang Alaya melarang saya untuk menyiksamu." Tutur Anaya dengan nada formal.

Stella yang mendengarnya tak mampu menjawab apa, ia harus mengontrol dirinya agar kepribadiannya tak muncul dan ikut beradu argumen dengan Anaya. Ia harus bisa mengontrol dirinya.

"Ada apa nona Stella? Anda tak berani menjawab saya? Apa karna kamu sedang menahan seseorang untuk keluar dari tubuhmu?" Skakmat. Bagaimana Anaya tau.

"Kamu?"

"Saya dan Alaya bukan manusia yang gampang di bodohi nona, Alaya memang fisiknya lemah. Tapi tidak dengan saya, anak anda. Anak anda kalau tidak bertegantungan dengan raga saya, mungkin sejak dulu anak anda telah pergi menyusul ayahnya." Ungkap Anaya masih dengan tatapan yang sama.

"Siapa kamu sebenarnya?" Gertak Stella.

"Anda tuli atau lupa? Saya Anaya bukan Alaya, bukan anak anda yang siap di jadikan boneka emosi anda. Saya hadir untuk membalaskan semua rasa sakit yang saya rasakan, tubuh ini memang sudah buruk rupa. Namun dendam di dalam diri saya lebih buruk." Jawab Anaya yang sudah berjongkok di hadapan Stella dan menatap tajam dengan mata yang tinggal satu.

"Tapi sayangnya sahabat saya melarang keras untuk menyakiti anda nona Stella." Lanjutnya.

"Dan kamu," Anaya menunjuk wajah Hugo menggunakan pistol di tangannya.

"hubungi para lelaki bajingan yang telah ikut andil memerkosa tubuh Alaya di dalam hutan bersamamu." Pintah Anaya.

Mendengar itu justru Brimo lebih terkejut lagi, "ada apa dengan keluarga ini, dan kenapa saat mendengarnya membuat saya sakit hati." Batin Brimo bertanya.

"Kalau saya tidak mau bagaimana?" Tantang Hugo.

Alaya tersenyum yang di mana senyumannya jelas mengerikan karna bibirnya yang di jahit itu.

"Hubungi atau kaki kiri anda hancur." Ujar Anaya dengan tenang.

"Kamu pik-ARGGGHH!"

Anaya menghancurkan kaki kiri Hugo dengan beberapa tembakan yang dirinya layangkan, ia terus menembak sampai akhirnya Hugo mau menghubungi orang yang di pintah Anaya.

DARAH TERAKHIR.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang