Shani sengaja menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Gracia. Menurutnya rencananya kali ini sukses walaupun sedikit chaos di awal dimana terjadi perang dingin antara Gracia dan Zee.
Ia sendiri tidak menyangka jika Gracia dan si kembar telah bertemu sebelum hari ini tiba. Dan pantas saja Zee sangat kesal dengan Gracia yang saat itu membuat Angel menangis. Bahkan jika tidak diberi pengertian, mungkin Zee masih saja menolak kehadiran papinya.
Shani juga merasa lega karena kedua orang tuanya nampak senang setelah bertemu kembali dengan Gracia.
"Kamu banyak berubah, ya." Keenan menatap penampilan Gracia yang menurutnya sangat jauh dari Gracia yang ia lihat lima tahun yang lalu.
"I-iya o-m." Jawab Gracia gugup saat ditatap begitu intens oleh kedua orang Shani. Setelah acara makan-makan selesai, mereka kini berbincang di ruang keluarga.
"Kenapa manggil om, nak? Panggil papa aja sama mama. Kami ini masih orang tua kamu." Jelas Veranda dengan lembut membuat Gracia merasa tak enak hati karena masih dianggap bagian dari keluarga Shani setelah perpisahan mereka.
"Iya, ma." Manut Gracia.
Percakapan pun dilanjutkan dengan seputar keseharian dan pekerjaan. Tidak ada diantara mereka yang menyinggung masalah lima tahun yang lalu. Mereka merasa hal itu sudah tidak perlu dibahas karena bagaimana pun juga itu adalah masa lalu. Semua orang bersalah dan memiliki dosa. Baik Shani dan Gracia sama-sama menganggap itu adalah sebuah pelajaran.
Tinggal bagaimana mereka berusaha agar masalah itu tidak terulang kembali. Karena keduanya sama-sama ingin memulai sebuah lembaran baru tanpa adanya bayang-bayang masa lalu.
****
Suasana di meja makan kali ini sangat hangat. Ditambah dengan pemandangan manis dari ayah dan anak yang sedari tadi menyita perhatian Shani. Angel begitu nyaman duduk di pangkuan papinya yang sama sekali tidak terganggu walaupun saat ini mereka sedang menyantap makan malam.
Shani sudah menyuruh Angel untuk tidak mengganggu papinya makan, namun anak itu tetap kekeuh dan ingin berdekatan dengan sang papi.
"Nggak papa, ci. Lagian Angel nggak mau makan kalo nggak disuapin sama aku." Ujar Gracia yang begitu memanjakan gadis kecilnya.
"Tapi kasian kamunya, Ge. Padahal ini makanan kesukaan kamu semua. Jadinya nggak leluasa deh kamu makan sepuas-puasnya."
"Aku nggak masalah, yang penting Angel makan banyak aku udah seneng kok."
Gracia mengusap rambut Angel lalu mengecup puncak kepala sang anak. Kemudian melirik jagoannya yang sedari tadi kelihatan tidak menikmati makanannya.
Masih ngambek kayaknya.
"Papi aaaakk!" Angel mengambil sepotong ayam lalu menyodorkannya pada Gracia.
"Enak, kan? Masakan maminya Angel gitu loh!"
"Iya, masakan mamimu memang enak, dek."
Mendapat pujian seperti itu membuat Shani senang sekaligus gemas.
"Nanti kalo udah makan, jangan lupa sikat gigi. Kakak sama dedek ganti baju juga terus bobok."
"Angel mau bobok sama papi!! Sama mami juga di kamar Angel!"
Shani dan Gracia saling menatap karena mereka belum membahas apakah malam ini Gracia akan menetap atau tidak.
"Ci?"
"Nginap aja, nggak papa. Lagian Angel belum pernah tidur bareng sama kamu. Masa iya kamu nolak?"
Gracia pun melirik Angel yang sedang memasang tatapan memelas membuatnya kemudian mengangguk setuju karena tak sampai hati membuat sang anak sedih.