Michelle melirik sebuah amplop yang diberikan oleh Gracia. Ia tidak bodoh, bahkan tanpa membaca isi dari amplop itu Michelle sudah tahu. Kembali ia menatap Gracia yang juga menatapnya dengan datar.
Awalnya ia senang saat Gracia mengajaknya pergi berdua. Bersantai di sebuah kafe dan menikmati secangkir kopi, rasanya sudah seperti kencan pertama mereka. Namun semuanya sirna setelah Gracia menyodorkan amplop itu.
"Aku mau resign."
Tiga kata yang berhasil membuat Michelle menghembuskan nafas kecewa.
"Why? Aku pikir kamu akan bertahan beberapa tahun lagi." Gumam Michelle lalu kembali menyeruput kopinya.
"Awalnya, tapi aku udah nggak bisa. Ada yang lebih penting dari kerjaan."
"Sorry to say, tapi kontrak proyek kita masih beberapa bulan lagi dengan Keenation Group. Dan kamu delegasi kantor yang wakilin aku. Kamu nggak bisa resign gitu aja sementara proyek masih berjalan. Tunggu aja sampe kontraknya selesai."
Gracia teringat. Bahkan saat ini ia merasa malu setelah mendengar ucapan Michelle. Seharusnya ia mengajukan surat pengunduran diri setelah proyek selesai.
"Sorry, aku lupa." Dengan berat hati Gracia menarik amplopnya kembali.
"It's ok, manusiawi. Btw kalo boleh tau, hal penting apa yang bikin kamu sampe mau meninggalkan kantor?"
"Anak-anakku, dan maminya. Aku nggak bisa ninggalin mereka terlalu lama."
Gracia dan Michelle mungkin selalu profesional dalam bekerja, namun mereka juga cukup dekat dan tahu masalah masing-masing karena tidak ada hal ditutupi oleh keduanya.
"Jadi benar cewek yang dulu marah-marahin aku itu istri kamu? Tapi kok Tante Shania bilang kamu masih single?"
"Kamu tau kan, dalam sebuah pernikahan itu pasti ada masalahnya. Dan aku sama istriku sedang dalam masalah beberapa tahun terakhir. Tapi sekarang udah nggak papa. Aku sama dia udah baikan."
Michelle mengangguk paham. Ia tersenyum kecut namun sebisa mungkin tidak terlalu menampakkannya pada Gracia.
"Chelle.. aku harap kamu ngerti. Aku cinta banget sama dia. Dengan kamu datang ke rumah tadi, hubungan aku sama dia nyaris renggang karna mama suka sama kamu."
"Oh, sorry Cio. Aku benar-benar nggak ada maksud. Dan aku juga berterima kasih karna kamu udah nyadarin aku. Awalnya emang aku pikir aku ada kesempatan, tapi waktu kamu bilang kamu udah baikan sama dia dan cinta sama dia, aku berpikir dua kali buat deketin kamu. Yes i like you, tapi aku nggak akan pernah ngerebut suami orang."
Gracia bernafas lega. Ia pikir akan sulit membujuk Michelle, namun syukurnya wanita itu mudah untuk diatasi. Tinggal bagaimana caranya ia membujuk Shania untuk berhenti menjodohkannya dengan Michelle sekaligus menerima Shani kembali.
****
Gracia telah tiba di rumah Shani. Buru-buru ia masuk karena ingin bertemu dengan para kesayangannya yang pasti sudah menunggunya untuk pulang.
"Ci..aku pulang! Kakak, dedek ini papi!!" Teriak Gracia hingga mengejutkan semua orang yang rupanya tengah berkumpul di ruang tamu.
"Papii!!" Angel berlari mendekati sang papi dan langsung memeluk kakinya disusul oleh Zee.
"Ge.." Shani tersenyum ke arah Gracia dan memintanya untuk bergabung di sampingnya.
"Loh..ada ci Des juga ternyata!" Gracia menggendong si kembar lalu duduk di samping Shani membuat Desy berdecak kagum melihat bagaimana Gracia memperlakukan anak-anaknya.