Special Chapter

3.9K 381 25
                                    

"Zee, kamu nggak boleh berantem lagi sama Deo! Aku nggak papa, kamu nggak perlu belain aku!"

"Tapi aku nggak suka, Maeng! Kemarin Deo udah kurang ajar!"

"Pokoknya kamu nggak boleh berantem! Kalo kamu masih nekat berantem dan belain aku terus, aku nggak mau ngomong sama kamu lagi!"

Zee menatap kepergian Maeng, alias Marsha yang merupakan teman sebangkunya di kelas. Ia mengejarnya lalu menarik tangan gadis itu hingga tubuhnya berbalik.

Cup!

Bola mata Marsha melebar saat merasakan sesuatu menempel di pipinya. Seketika ia bersemu merah apalagi Zee masih setia menempel padanya.

"Aku suka kamu, Maeng. Aku nggak mungkin biarin orang lain termasuk Deo gangguin kamu." Lirih Zee setelah ia melepaskan ciumannya.

"Zee, k-kamu..." Marsha memegang pipinya yang tadi dicium oleh Zee. Pipinya semakin panas begitu pula dengan tubuhnya yang mulai bergetar.

"Maeng.." Zee mendekati Marsha yang terlihat ketakutan. Sepertinya tindakannya itu membuat Marsha tidak nyaman.

"Jangan deket-deket aku lagi!" Setelah mengatakan itu, Marsha berlari menjauh dari Zee. Untung saja mereka berada di belakang sekolah yang notabenenya tempat yang sunyi. Jadi, tidak ada siapa pun yang melihat aksi Zee itu.

"Arrghh! Kenapa, Maeng?! Apa aku salah suka sama kamu?!"

Gracia mengangguk paham setelah mendengar cerita Zee.

"Jadi gitu, Pi. Kakak harus gimana biar Maeng nggak marah lagi?" Zee, bocah yang baru menginjak kelas delapan itu nampak sangat galau melebihi papinya yang hari ini harus tidur di luar akibat menghilangkan Tupperware milik Shani.

Tidak ada tempat lain untuknya selain mengungsi di kamar si sulung. Dan berakhirlah mereka saling curhat dan beradu nasib.

"Lagian kamu sih, kak. Ngapain coba main cium anak orang? Si Marsha itu pasti nggak nyamanlah!"

"Tapi kan, kakak ngikutin saran papi. Kalo cewek lagi marah, cium aja! Pasti mereka bakal luluh, kok!" Ujar Zee mengikuti gaya bicara papinya.

"Ehe, gimana ya? Nggak semua cewek marah harus dicium kayak gitu juga, kak. Kita harus liat momen. Kalo emang momennya pas, baru deh lakuin kayak gitu. Lagian cewek yang papi maksud itu mami, bukan Marsha. Soalnya kalo mami lebih suka dicium kalo lagi ngambek." Balas Gracia.

"Masa? Tapi kok mami masih marah tuh, sama papi. Harusnya kan, papi tinggal cium mami aja biar nggak ngambek."

"Hmm.. untuk kali ini papi nggak bisa. Soalnya mami beneran marah besar! Bayangin aja papi hampir diusir dari rumah."

Zee terkekeh geli melihat ekspresi papinya. Namun dalam sekejap wajahnya kembali murung.

"Udah, nggak usah galau kak. Besok beliin Marsha coklat, atau nggak bunga. Terus minta maaf, deh."

"Nanti kakak coba. Ya udah, kakak bobok duluan ya, Pi? Have a good night!" Zee menarik selimutnya dan membelakangi sang papi. Sementara Gracia menatap sendu punggung si sulung.

Anak bujang gue udah gede! Udah bisa galau karna cewek! Masih nggak nyangka!

****

Gracia membuang muka saat Angel terus merayunya untuk memberikan izin pergi ke pesta ulang tahun sang sahabat malam ini.

"Papi mau izinin cici pergi asalkan yang anter jemput itu papi!" Tegas Gracia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Way Back Home (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang