Bagian 2

4K 452 35
                                    

Belum sempat Shani mengatakan apa-apa, tiba-tiba hp nya berbunyi dan panggilan itu berasal dari Desy. Shani yakin jika itu adalah pertanda bahwa ia harus segera kembali ke kantor.

"Kak, dedek. Kita pulang sekarang. Mami harus kerja. Kakak sama dedek main di rumah bareng ce pio, ya?"

Ada perasaan bersalah dalam diri Shani setiap kali ia memotong percakapan mereka. Belum lagi hampir setiap hari ia harus meninggalkan si kembar bersama Fiony–pengasuh si kembar untuk pergi bekerja. Rasanya Shani merasa gagal menjalankan perannya sebagai seorang ibu.

Namun sebisa mungkin disetiap weekend Shani menghabiskan waktu bersama anak-anak dan meliburkan Fiony agar ia tidak terkesan mencampakkan si kembar.

"Kakak mau ke rumah nenek aja! Kakak bosen di rumah!" Zee berceletuk namun raut wajahnya nampak kesal karena lagi-lagi sang mami tidak memberikan jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Angel juga mau!"

Dengan pasrah Shani mengikuti keinginan anak-anaknya sebelum nanti mereka tantrum karena bosan. Atau mungkin akan terus mempertanyakan perihal keberadaan sang papi.

"Oke, kita ke rumah nenek. Tapi janji dulu sama mami jangan nakal di sana. Kemarin mami denger dedek mecahin vas bunga antik nenek. Terus kakak campurin kopi kakek pake pasta gigi. Nggak boleh gitu pokoknya! Mami nggak suka denger anak-anak mami pada bandel!"

Kelakuan dua bersaudara itu memang kelewat batas. Mungkin karena faktor keingintahuan mereka yang tinggi hingga dengan berani Angel mencoba menggosok vas bunga Veranda berharap keluar sesuatu seperti di film Aladdin. Kebetulan vas bunga itu mirip seperti lampu ajaib. Tetapi bukannya keluar sesuatu, vas itu justru terjatuh.

Atau Zee yang ingin mendinginkan kopi Keenan yang panas dengan pasta gigi yang menurutnya dingin saat masuk ke dalam mulut, berharap kakeknya tidak kepanasan lagi saat menyeruput kopi.

Shani yang mendengar cerita Veranda dibuat frustasi. Kedatangan si kembar di rumah Keenan justru menjadi ajang eksperimen bagi mereka.

"Iya, mami." Balas mereka kompak dengan pelan. Senakal-nakalnya Zee, ia tidak akan berani melawan maminya. Dan bagaimana pun cerobohnya Angel, ia tidak akan mengulangi kesalahannya jika maminya sudah memberi peringatan.

****

"Ci Shani nggak dateng, ci?" Gracia mengamati Desy yang sedang menggigit jari menanti kedatangan Shani yang tak kunjung tiba. Sebenarnya ia menelpon Shani bukan karena sebuah pekerjaan, melainkan karena kecerobohannya yang kumat.

"Au, ah! Gue juga nggak tau! Yang jelas, gue butuh Shani sekarang juga buat bantu cariin flashdisk yang isinya data-data pribadi gue!" Desy frustasi. Padahal beberapa jam yang lalu benda kecil itu masih ada di dalam tasnya. Namun saat di cek kembali benda itu lenyap seketika.

"Lagian lo ngapain di sini bocah?! Hari ini nggak ada agenda ketemuan yak! Atau jangan-jangan lo mau modus ke Shani lagi? Lo yang ninggalin dia yak! Eh, tapi gara-gara dia juga sih lo pergi. Tau lah! Pusing gue sama hubungan kalian!" Desy kembali sibuk mengobrak-abrik isi tasnya dan juga laci meja kerjanya.

"Dih, mana ada! Orang aku kesini cuma ambil dokumen kemarin yang tinggal. Kan, ci Des yang nyuruh aku kesini buat ambil. Gimana, sih?!" Giliran Gracia yang kesal.

"Iya, yak? Sorry gue lupa!"

"Lagian ci Shani kemana? Kok jam segini nggak ngantor?"

"Lagi ngurusin bocil kematian! Heran gue sama mereka, kelakuannya persis banget sama lo, Shani dapet hikmahnya doang!"

Gracia terdiam, Desy pun sama. Wanita itu menyadari jika ada yang salah dalam kata-katanya tadi. Dan seketika ia panik lalu menatap Gracia yang sedang menatapnya penuh selidik.

Way Back Home (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang