KAMUFLASE

242 49 8
                                    

TRIGGER WARNING!!! // mention blood and suicide.



10 TAHUN KEMUDIAN

Entah sudah cahaya yang keberapa ketika lentera lilin itu ia tiup sampai padam disetiap malam  dari tahun ke tahunnya. 

Kembali bertemu disetiap jalan persimpangan dalam langkah hidupnya dengan perasaan yang masih sama meskipun jiwanya kadang sekarat jika mengingat.

Kenaka menatap langit-langit kamar apartementnya yang gelap. Kini ia seorang pria dewasa yang sudah berumur 27 tahun, banyak hal dalam hidupnya yang berubah meskipun beberapa hal akan tetap menjadi Kenaka seperti biasanya.

Bibirnya menipis kala membayangkan ibu dan ayahnya sudah memiliki guratan di wajah menandakan mereka tak lagi muda seperti dulu, yang ia yakini ibunya masihlah cantik luar biasa dan ayahnya yang semakin bertambah usia semakin berwibawa. Kemudian kekehan kecil keluar dari bibirnya teringat adiknya yang kini sudah menjadi seorang gadis, lalu kakaknya yang masih sering merecoki hari-harinya meskipun kini Kenaka sudah tidak lagi tinggal dengan mereka.

Kenaka menepuk dadanya pelan, sudah 3 tahun kiranya ia memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartement. Ia teringat bagaimana sang ibu menangis tersedu tidak menginginkan Kenaka jauh darinya tapi kemudian ayahnya meyakinkan kalau anak laki-laki mereka akan baik-baik saja. Lagipula mereka masih berada di dalam kota yang sama, Kenaka bisa kapan saja pulang jika ia mau. Dan tentunya menjadi syarat kalau setiap minggu Kenaka akan menjadi milik keluarganya, mereka akan pergi ke gereja bersama untuk ibadah kemudian makan bersama dan menghabiskan waktu seharian.

Dari semua kesenangan yang ia lalui akan ada satu hal yang selalu membuat hatinya bersedih dengan pilu, bukan karena benci namun karena begitu besar perasaannya.

Dan itu akan selalu menyangkut Sienna.

Dulu ia pikir dirinya yang selalu merasa sakit, egonya selalu merasa tersakiti karena Sienna sehingga tidak jarang bagi Kenaka ingin menyerah akan harapannya pada wanita itu. Tapi mungkin Kenaka lupa bagaimana dengan Sienna selama ini, saat kenyataan-kenyaatan itu menampar wajahnya dengan keras Kenaka sadar kalau Sienna menjalani hari-harinya begitu sulit.

Tidak ada yang tahu bahwa seringkali Kenaka menangis sendirian hanya karena memikirkan Sienna yang rapuh. Banyak yang Kenaka upayakan agar ia bisa terus bersama Sienna menjalani hari-hari tapi barangkali apa yang diupayakannya belum cukup, mungkin juga jika Kenaka memaksakan kehendaknya Sienna akan kembali pergi dari hidupnya dan Kenaka tidak sanggup jika harus kembali ke masa dimana Sienna pergi dari hidupnya.

Oleh karena itu Kenaka berkamuflase, karena Sienna hanya menawarkan sebatas pertemanan ia mengambilnya tanpa ragu asal raganya tak kemana-mana dulu.

Disini, hanya bersama Kenaka tanpa paksaan.

"Halo."

"Ya halo." Jawab Kenaka sambil melirik jam dinding, waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. "Kok kamu belum tidur?"

"Aku gak bisa tidur hehe, excited mau ketemu kamu."

Kenaka tersenyum kecil. "Masih lama."

"No problem, seminggu buatku gak ada apa-apanya. Lagipula kita ldr jadi gak masalah."

"I know." Jawab Kenaka lirih.

"Are you sad?"

"Hmm?"

"Suara kamu nggak kaya biasanya, kamu lagi sedih ya? kerjaan lagi?"

Kenaka mengeratkan ponselnya sambil memejamkan matanya, menyadari bahwa jiwanya kembali sekarat. Harus berapa lama ia menyakiti dirinya sendiri dan orang lain?

KALA KINI NANTI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang