BERSUA

247 47 25
                                    

Sienna yang sejak tadi bersenandung kecil sambil merapihkan pesanan yang sudah ia kemas langsung termenung, menekan perasaan yang tiba-tiba kecewa mengetahui sudah satu minggu berlalu dirinya bertemu dengan Kenaka di sebuah hotel untuk memberi tahu rahasia besarnya tapi sampai detik ini pria itu tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya bahkan untuk memberinya sebuah pesan.

Ya, selain memberitahu alamat rumahnya yang sekarang Sienna juga berkata kalau nomornya masih sama dengan yang dulu.

Tidak, ini bukan untuk dirinya, maksud Sienna semua untuk Sekala.

Apa Kenaka tidak menginginkan Sekala?

Sedih merambat sampai hatinya saat anak yang mulai berceloteh itu mendekat bergelayut manja. Padahal sudah beberapa hari ini Sienna mengatakan bahwa Sekala akan bertemu dengan ayahnya.

Entah anaknya sudah paham atau belum dengan ucapannya hanya saja anaknya itu kini selalu tiba-tiba berseru 'Papa? Mama Papa?'

Sienna menghela nafasnya kasar mencoba menghilangkan rasa kecewa yang terus menggulung seperti ombak.

Sudahlah memangnya kenapa? sejak awal mereka hanya berdua, tidak ada Kenaka tidak akan mempengaruhi mereka kan? Sienna meyakinkan hal itu sejak tadi dalam hatinya.

Bibirnya tersenyum saat anaknya kembali melesat berlarian, meskipun Sekala selalu bermain dirumah hanya bersamanya, anak itu tidak pernah rewel meminta untuk sekedar pergi keluar rumah kalau bukan ia atau nenek dan kakeknya yang membawanya pergi. 

Sekala aktif dan selalu asyik dengan mainannya sehingga Sienna bersyukur untuk itu.



Dan yang Sienna mungkin tidak tahu bagaimana Kenaka, laki-laki itu masih belum percaya dengan apa yang dikatakan Sienna minggu lalu sampai akhirnya perempuan itu mengirim banyak foto Sekala, dari mulai anaknya itu lahir sampai usianya saat ini.

Kenaka menunduk untuk kembali menangis di hotel malam itu, merasa bodoh juga terharu mengetahui fakta bahwa anak itu miliknya dengan jelas wajahnya adalah cetakan nyata wajahnya. Sangat mirip dengan Kenaka kecil.

Kenaka harus menekan perasaan yang menggelora untuk bertemu dengan anaknya, panggilan yang mendesak dari perusahaan membuatnya harus urung bertemu.

Minggu siang Kenaka memeluk ibunya tahu-tahu meminta maaf sambil menangis buat sang bunda sedikit khawatir.

"Kakang kenapa, ada yang sakit?" tanya bunda dan ayahnya yang duduk diujung sofa menatapnya bingung.

Sudah sangat lama sekali tidak melihat anak laki-lakinya menangis seperti ini.

Kenaka menggeleng pelan sambil mencium punggung tangan ibunya.

"Kakang minta maaf Bun."

Meskipun tidak mengerti ibunya hanya mengangguk. "Iya Bunda maafin tapi kenapa harus sampai senangis ini emang Kakang ngelakuin kesalahan apa?"

Kenaka menghela nafasnya tidak berani menatap ayahnya, apa yang mau ia ceritakan tertahan di tenggorokannya. "Selama ini Kakang punya anak, usianya sekarang satu setengah tahun."

Pelan namun bisa membuat kedua orang tuanya terkesiap, bunda yang masih tidak percaya sampai menatapnya horror.

Sedetik kemudian bunda menjerit kaget saat suaminya berdiri dan langsung mencengkram kerah kemeja Kenaka sambil menyeret tubuh anaknya dengan marah supaya berdiri.

"Ayah!"

"Perempuan mana yang sudah kamu hamili?!" Bentaknya marah.

Kenaka meringis pelan tahu bahwa kabar ini tidak menyenangkan ayahnya, Kenaka hanya diam menunduk menelan kemarahan ayahnya. Sedang ibunya sudah berdiri mencoba menarik tangan suaminya.

KALA KINI NANTI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang