Suasana makan malam menjadi lebih hangat dari biasanya sebab suara pekikan dan tawa seorang balita menuhi setiap penjuru rumah.
Tapi sejak Sekala bangun dari tidur siangnya bocah laki-laki itu tidak sedikitpun lepas dari gendongan ayahnya setelah mengetahui kalau ayahnya sudah pulang, menempel seperti perangko. Bahkan saat Kenaka hendak ke kamar mandipun anaknya akan menangis ingin ikut.
Maklum Sudah berminggu-minggu ini Sekala tidak bertemu sang ayah, ia takut kalau sedikit saja tidak menempel ayahnya akan kembali pergi. Kenaka mendengus, terpaksa membawanya ke kamar mandi.
"Kak Elea mana Tante?" celetuk Sienna yang menyadari bahwa seorang perempuan yang lebih tua beberapa tahun darinya tidak tertangkap netranya sejak pertama Sienna datang ke rumah ini.
"Kakak sekarang stay di Singapore ikut suaminya."
"Hah Kak Elea udah nikah?"
Bunda terkekeh. "Udah sekitar satu tahun yang lalu ya Yah?" suaminya membenarkan sambil merangkul istrinya buat Sienna tersenyum kecil. Sejak dulu mereka tidak berubah, masih sangat romantis. Bahkan Kenaka bilang mereka berdua masih sangat menggebu-gebu.
"Kamu sih gak ada, coba kalo ada si kakak pasti seneng banget waktu itu." Sienna tanpa sadar meringis merasa bersalah, padahal kalau bukan karena Elea dia tidak akan pernah mengenal keluarga ini.
"Kakang juga mau mutasi ke sana katanya, gak tau kalo sekarang ya Kang?"
Sienna melebarkan matanya kaget, jantungnya berdetak dengan tidak nyaman mengetahui hal itu. Kalau Sienna tidak sampai kesini akankah laki-laki itu pergi tanpa mempertimbangkan Sekala?
Hatinya mencelos, merutuki dan menyesal dengan ucapannya yang lalu untuk tidak pernah kembali bahkan untuk Sekala.
Tulang punggungnya menggigil ketakutan, setiap tindakan Kenaka tidak pernah main-main.
"Bunda..." keluh Kenaka karena rencananya dibocorkan dengan sangat mudah.
Bundanya hanya menyeringai. "Kenapa?" dan Kenaka menjawab dengan gerutuan tidak jelas lalu melirik Sienna yang kembali terdiam dengan pandangan kosong.
"Ih manjanya... yuk bobo sama Nenda dan Kakek." ucapnya melihat sang cucu yang tidak mau lepas dari ayahnya sejak kedatangnya.
Sekala menggeleng keras dan berbalik memeluk leher Kenaka, menjatuhkan kepalanya di bahu sang ayah dengan manja. "Bobo tama Papa aja." jawabnya.
"Sama Onty Cia aja, ada mainan loh terus kita nonton lagi cocomelon."
Lagi-lagi Sekala menggeleng, hey tolong anaknya ini hanya ingin bersama ayahnya. "Kaya liat Kakang waktu kecil ya Yah, persis banget sama kamu juga manja banget." gumam Bunda dihadiahi kekehan dari sang suami, setuju karena mengingat Kenaka kecil seperti itu.
"Iya tapi Kakang lebih cerewet waktu kecil, kalau Sekala lebih pendiem."
Bunda mengangguk setuju. "Kalau pendiem dan antengnya mirip ibunya."
Kenaka terkekeh saat bibir anaknya menciumi seluruh wajahnya. "Dirga sayang suka banget ya sama Papa?"
"Iyah Papa. Emm tama ayang Papa juda, Mama juda."
"Gitu?"
"Iyah."
"Papa juga sayang Dirga." gumamnya lalu memeluk erat sambil menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri buat balita itu tertawa senang.
Sienna mengerjapkan matanya, kembali menoleh melihat interaksi keduanya. Bibirnya mau tidak mau membentuk senyuman dengan hati yang menghangat.
Kenaka menghela napas sambil mengecupi kepala anaknya yang kini sudah terlelap di tempat tidur, selain sudah kelelahan waktu juga sudah menunjukkan cukup malam. Sienna hanya berdiri di ujung kasur sambil memperhatikan. Tidak tahu harus bagaimana sebab keduanya belum kembali saling bicara setelah apa yang terjadi beberapa minggu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA KINI NANTI ✔️
Fanfiction(COMPLETED) //meets adult kenaka and sienna from kena series. Semesta kadang lucu buat para penghuninya kewalahan Sebab permainan dalam hidup mereka tak disangka-sangka Kala itu banyak perasaan-peraasan asing yang menerpa Hingga kini pun banyak per...