PATAH ARANG

206 39 28
                                    

Pernah tidak kita merasa dunia ini tidak adil?

Semesta enggan memberi restu pada jiwa yang nestapa

Seakan-akan tidak mau berbaik hati pada kita

Kenaka selalu merasa seperti itu dalam hidupnya sampai sekarang diusianya yang sudah menginjak 30 tahun.

Tapi ada hal yang mungkin patut Kenaka syukuri sebab kedua orang tuanya lah yang selalu menemani keterpurukannya dari patah hati hingga sampai menata hati.

Kenaka jadi ingat kejadian beberapa tahun silam, mungkin sekarang sudah 2 tahun yang lalu saat dirinya pulang ke rumah sambil menangis tergugu mengingat saat itu seseorang yang sudah ia anggap belahan jiwanya kembali pergi meninggalkannya.

Menyakiti hatinya secara habis-habisan.

Membuat ruang kosong hampa di hatinya yang biasanya penuh.

Kedua orang tuanya tidak banya bicara, ibunya yang pertama kali mendekapnya dengan erat sebab wanita paruh baya itu yang paling tahu bagaimana rasanya ditinggalkan tanpa seucap kata. Kenaka jadi seperti bayi yang masih rapuh, membiarkan kesedihan merongrong jiwanya tanpa ampun di dekapan bunda.

"Sienna ninggalin Kakang lagi." ujarnya dengan tersedu-sedu.

"Kakang gak tau salah Kakang dimana sampai-sampai Sienna harus ninggalin Kakang lagi." bunda langsung memejamkan matanya, semakin mendekap putranya. Sedikit banyaknya kilasan masa lalu kembali hinggap di benaknya, ya dulu seorang Jasmine pernah merasakan bagaimana pahitnya ditinggalkan.

"Harusnya Sienna bilang kalau Kakang punya salah Bunda." tangisnya semakin pilu di dekapan bunda, membiarkan air matanya membasahi baju ibunya.

Kemudian setelah semua keresahan hatinya diungkapkan sang bunda tiba-tiba berseru marah dan jengkel pada suaminya yang sedang mengelus bahu Kenaka. "Semua gara-gara kamu, tahu?!"

Ayah saat itu hanya mengernyit heran, "Kenapa aku sayang?"

"Karma kamu harus ditanggung anakmu yang gak salah apa-apa!" Ayah langsung menggersah mendengar ucapan istrinya. "Lihat anakmu sekarang! begini gambaran aku dulu waktu kamu ninggalin aku." lanjutnya dengan suaranya yang meninggi, mengungkit lagi masa lalu.

"Turunkan nada suaramu Jasmine Nathania!" peringat ayah sambil menyipitkan mata dengan suara rendah, tidak senang kala istrinya meninggikan suaranya. "Aku sudah minta maaf sama kamu bahkan sampai detik ini."

Bibirnya langsung mengatup, sedikit takut saat suaminya menyerukan namanya secara lengkap. Sudah jelas suaminya sedang marah.

Seperti itulah, padahal harusnya Kenaka yang diperhatikan tapi ayah dan bunda yang malah bertengkar.

Mungkin mereka dejavu dengan kondisi seperti ini.

Hah sudahlah...

Setelah berbulan-bulan meratapi kesedihannya yang tiada habisnya Kenaka sampai-sampai harus merasakan mual-mual dan muntah jika mengingatnya, tapi ia sadar hidup masih terus berjalan. Maka dari itu, Kenaka mulai mau menata hidupnya dengan baik, tanpa tanggung-tanggung semua yang berhubungan dengan Sienna ia bakar habis tak bersisa menjadi abu.

Mungkin secuil hatinya berteriak menyesal membakar segala sisa-sisa kenangan mereka, hanya saja kebencian yang telah ia pupuk berhasil menguatkan tekadnya. Menggelora seperti api yang disiram minyak tanah.

Okay, tidak buruk juga kecuali sesekali ia memimpikan Sienna.

Kenaka juga menepati janjinya pada diri sendiri untuk tidak mencari dimana keberadaan Sienna, biar saja Kenaka tidak peduli.

Biar saja semesta yang mengatur jalannya.

Kemudian beberapa pertanyaan terlintas dipikirannya.

Bagaimana jika Kenaka bertemu Sienna tanpa sengaja di sebuah jalan? 

KALA KINI NANTI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang