Bab 4

1.1K 177 1
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca lebih cepat, boleh ke Karyakarsa ya. Bab 14-15 sudah update. Tapi mengandug adegan 21+ ya.

 Tapi mengandug adegan 21+ ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Luv,

Carmen

___________________________________________________________________________

Selama seminggu berikutnya, aku selalu sarapan bersama Emily dan berbincang-bincang dengan gadis itu dan menyadari bahwa aku sangat menikmatinya. Di antara semua wanita yang pernah kukenal, aku cukup kaget ketika menyadari bahwa aku paling menikmati mengobrol bersama adik tiriku itu. Dia bukan saja cerdas dan lucu, tapi juga ekspresif dan sangat menghibur. Aku terutama menikmati tawanya dan bahkan terkadang berpikir bahwa seandainya saja kalau dia bukan adik tiriku...

Tentu saja, aku memblok pikiran seperti itu agar tidak berkelana semakin jauh. Tidak peduli seberapa menariknya Emily, dia bukanlah wanita yang bisa kukencani sampai kapanpun. Tentu saja aku juga tidak berminat. Aku yakin di luar sana, masih ada banyak wanita yang melebihi adik tiriku itu, hanya saja aku belum menemukannya.

"Kau keberatan bila aku ikut denganmu ke pusat gym?" tanyanya pagi itu.

Pertanyaan gadis itu menarikku kembali dari pikiranku sendiri dan aku mengangguk. "Ya, ya, tentu saja boleh."

"Tapi aku boleh minta tolong nantinya?"

"Ya, apa itu?" tanyaku.

"Jika ada pria yang terus mencoba berbicara padaku dan tidak bisa membaca petunjuk bahwa aku tidak tertarik, kau akan menolongku untuk mengusirnya, oke?"

Aku menyeringai saat mendengarnya. "Baik, tidak ada masalah."

Dan senyum lebar gadis itu tampak bercahaya di mataku.

"Kau benar-benar baik, Andrew. Aku akan memberimu kejutan menyenangkan nantinya."

"Oh ya? Apa itu?"

"Rahasia," jawabnya misterius.

***

Pagi berikutnya, saat aku turun untuk sarapan, aku sudah melupakan kata-kata Emily dan janjinya. Seperti biasa, aku mendapati Emily sudah duduk di meja dan menikmati sarapan. Dia sudah mandi dan mengenakan celana jins pendek serta kaus oblong biru muda, tampak begitu muda dan menarik dan saat melewatinya, aku samar mencium aroma sabun dan parfum lembutnya.

"Selamat pagi," sapanya ceria.

Dan aku membalas. "Pagi, Emily."

Setelah menyiapkan sarapanku sendiri, aku duduk di meja di tempa biasa dan percakapan kami juga bergulir dengan alami, tidak ada lagi kecanggungan, tawa kami juga mudah keluar dan menular.

"Oh ya, kau tidak ada acara, bukan, Jumat malam ini?" tanya Emily padaku.

"Ya, aku bebas," jawabku.

"Baiklah, aku sudah diam-diam mencari tahu siapa yang mungkin bersedia untuk berkencan denganmu dan tebak... aku sudah mengatur kencan buta untukmu Jumat malam ini."

"Benarkah? Dengan siapa?" tanyaku penasaran.

"Kalau aku menyebutkannya, kau juga tidak mengenalnya," ucap gadis itu. "Pokoknya, kurasa dia akan cocok denganmu. Dia cerdas, cantik juga menarik dan seorang pemandu sorak seperti yang kau inginkan, bagaimana, kau ingin menemuinya?"

"Boleh juga, kenapa tidak?"

"Baiklah, dia akan menunggumu di Surfside Bar, jam 7, Jumat malam ini. Dia akan mengenakan kaos putih teddy bear," jelas gadis itu sambil memberiku secarik kertas. "Itu alamat barnya, ada di pinggir kota, kira-kira satu jam lebih berkendara dari sini."

"Terima kasih, Emily, aku benar-benar tidak menyangka kalau kau akan menuruti permintaanku. This is awesome."

Aku mencondongkan badan untuk mencium pipinya sekilas, sebagai tanda ucapan terima kasih, tapi saat aroma gadis itu menusuk indera penciumanku, aku merasakan perutku bergolak dan itu bukan sesuatu yang normal yang seharusnya dirasakan seorang pria pada seorang gadis yang dianggapnya sebagai adik kecil.

Scandalous Love with StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang