Bab 5

1K 160 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca lebih cepat, boleh ke Karyakarsa ya. Bab 16 dan 17 sudah diupdate.

 Bab 16 dan 17 sudah diupdate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

Sepanjang minggu itu, aku menantikan kencan yang dijanjikan oleh Emily. Gadis itu menolak untuk memberitahu apapun tentang teman kencanku itu dan hanya meyakinkanku bahwa gadis itu adalah tipe yang kucari. Karena aku sudah sangat bosan di rumah, memikirkan bahwa aku bisa melakukan sesuatu – misalnya berkencan dengan seorang gadis – itu membuatku sangat bersemangat. Aku sangat menantikan hari itu.

Maka Jumat malam itu aku tiba beberapa menit lebih cepat dari waktu yang dijanjikan dan membuang waktuku dengan mengirim pesan pada adik tiriku itu bahwa aku sudah tiba di tempat yang dijanjikan. Setelahnya aku masuk ke dalam restoran dan berjalan menuju sudut ruangan seperti yang diinstruksikan oleh Emily dan memang ada satu orang yang sedang menunggu di meja tersebut. Tapi gadis itu tidak lain tidak bukan adalah saudara tiriku sendiri, Emily.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku heran. "Bukankah meja ini..."

"Menurutmu apa yang sedang kulakukan?" potong Emily sambil menatapku.

Aku mengerjap, terkejut ketika menyadari bahwa Emily mengenakan kaos putih teddy bear. Apa-apaan ini?

"Oh ayolah, Emily, apakah ini semacam lelucon konyol?" tanyaku marah.

"Tidak. Ayo, duduk dulu," ajaknya sambil menunjuk kursi untukku.

Aku menurut walau masih kesal. Tapi bahkan dalam kekesalanku sekalipun, aku harus mengakui bahwa Emily tampak cantik malam ini. Ya Tuhan, apakah dia sengaja berdandan untukku?

Singkirkan pikiran kotormu itu, Andrew!

"Jadi jelaskan padaku mengapa kau membuang-buang waktuku?!" tuntutku kemudian.

"Aku memang sempat berusaha mencari gadis yang bisa kau kencani ketika aku menyadari bahwa akulah tipe yang sepertinya kau cari dan kau juga tipe pria yang kucari, semua ciri-cirinya ada padamu, semua ciri-ciri yang kau inginkan juga ada padaku, jadi mengapa bukan kita saja yang berkencan?"

"Demi Tuhan, coba dengarkan kata-katamu sendiri. Kita ini saudara tiri, Emily!"

"Oh ya? Aku bahkan baru mengenalmu dua tahun yang lalu, kita bahkan tidak benar-benar seperti saudara tiri, hanya dua orang asing yang terkadang bertemu dan sesekali tinggal seatap."

Ya, itu memang benar. Tapi bukan berarti itu bisa meniadakan fakta bahwa orangtua kami telah menikah.

"Jadi kau berbohong pada ibumu bahwa kau akan menginap di rumah temanmu di sini? Apakah teman itu hanya bualan belaka?"

Emily menggeleng. "Tidak, temanku benar-benar tinggal di sini. Orangtuanya sudah bercerai dan ayahnya tinggal di sini, dia datang mengunjungi ayahnya setiap akhir pekan, dan aku memutuskan ikut dengannya kali ini."

Aku mengangguk. Setidaknya, Emily tidak mengarang kebohongan pada orangtua kami, hanya menyembunyikan keseluruhan detail bahwa dia akan menginap di sini demi untuk kencan konyol ini.

Ini benar-benar aneh, maksudku situasi yang kami hadapi. Aku tidak mungkin bersedia berkencan dengan adik tiriku sendiri. Apa sih yang dipikirkan oleh Emily? Tidak peduli seberapa menariknya gadis itu, aku tidak akan melanggar batas tersebut. Benar-benar konyol!

Tapi dia cantik, bukan, Andrew?

Oh, sial!

"Jadi, kau bersedia, bukan?"

"Tidak!" jawabku lagi tegas.

"Kenapa? Hanya sekali ini saja, kenapa kau tidak mau mencoba mengencaniku? Tidak ada siapapun di sini. Tunjukkan padaku bagaimana rasanya berkencan dengan seorang atlet baik dan cerdas sepertimu, please?"

Aku baru saja akan membuka mulut dan menolak tegas permintaan tersebut. It was a stupid idea! Dan aku tidak percaya kalau Emily menyia-nyiakan akhir mingguku. Tapi aku menutup mulutku lagi. Jika aku menolaknya dengan keras, bukankah gadis itu akan merasa sangat malu, bagaimana reaksinya nanti? Aku berusaha menyusun kembali kata-kata penolakan yang lembut, sambil berusaha untuk menghindari tatapan Emily. Ekspresi di kedua bola mata cantik itu bisa saja membuatku luluh nantinya.

"Dengar, Emily, aku..."

"Aku tidak mau mendengar penolakan! Andrew, bisakah kita hanya berpura-pura ini adalah semacam kencan buta? Bisakah untuk sekali saja, kita berpura-pura bahwa kita berdua adalah orang asing yang tidak saling mengenal? Hanya sekali ini saja dan aku berjanji tidak akan memberitahu siapapun. Please? There is no harm, we are just pretending."

Aku tahu kalau aku mulai luluh di bawah nada memohon gadis itu. Aku mengulang lagi perkataannya. Ya, what would be the harm, right? Tidak begitu sulit untuk berpura-pura menjadi dua orang asing karena kami memang pada dasarnya adalah dua orang asing yang harus menjadi saudara tiri karena pernikahan kedua orangtua kami dan pada dasarnya, kami juga memang tidak begitu saling mengenal. Lagipula, bukankah ini juga sesuatu yang baik? Untuk menunjukkan pada adik tiriku itu bagaimana seorang pria harus memperlakukannya? Dia sepertinya tidak begitu berpengalaman tapi setelah tahu bagaimana seorang pria seharusnya memperlakukannya, dia pasti akan menjadi lebih baik dalam memilih pasangan kencannya kelak dan insiden seperti malam itu akan bisa dihindari olehnya.

"Andrew, please?"

Tapi aku masih berdebat dengan diriku sendiri. Aku tidak mungkin benar-benar akan berkencan dengan Emily, bukan? Seperti apapun alasanku, tidak bisa menepis fakta bahwa dia adalah adik tiriku. Walaupun Emily cantik dan hati kecilku mulai tergoda, tapi aku masih berpikir bahwa ini adalah hal yang tidak semestinya terjadi. Bagaimana aku harus bersikap di rumah jika aku setuju untuk berkencan dengannya kali ini? Bagaimana jika kencan ini berantakan? Bagaimana aku harus bersikap? Dan bagaimana aku harus bersikap seandainya kencan ini berakhir menyenangkan? Itu pasti akan terasa sangat canggung. Seperti apapun hasilnya, kami berdua pasti akan merasa canggung saat di rumah nanti.

Aku menatap Emily lagi dan melihat eskpresi memohon di wajahnya dan memaki pelan ketika aku merasakan keteguhanku terus memudar.

Kau tidak bisa berkencan dengannya, Andrew. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali masalah. Kau boleh bebas mengencani wanita mana saja tapi tidak dengan Emily. Kau mengerti? Tidak peduli semenarik apapun dirinya, tidak peduli jika dia adalah tipe gadis yang kau suka, hubungan kalian berdua tidaklah mungkin! Kehidupan tenangmu akan berakhir di saat kau memutuskan untuk berhubungan lebih dari sekadar saudara!

Tapi kami bukanlah saudara sesungguhnya.

Dear God!

Aku melonggarkan suaraku dan bertanya. "Jadi... jadi kencan seperti apa yang kau maksud? Kencan sebenarnya atau kita hanya berpura-pura sedang berkencan?" Aku tidak percaya aku bahkan menanyakan hal ini padanya.

Emily tampak berpikir sejenak sebelum kemudian menjawab dengan senyum. "Hanya berpura-pura sedang berkencan, oke?"

Scandalous Love with StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang