𓍢ִ໋ 🧶°ᰔᩚ [11] anak baik

9 0 0
                                    

Sai melirik arlojinya dan mengernyitkan dahi ke arah bangunan les Shilda. Sai datang lebih awal dan sudah menunggu hampir lima belas menit sampai mereka sudah mematikan lampu dan menutup pintunya membuat Sai turun dari motor dan bertanya ke arah satpam yang tengah mengunci pintu dari luar.

"Permisi pak," kata Sai membuat pria tua itu berbalik. "Ini udah pada keluar semua ya pak?"

"Loh iya udah semua. Paling beberapa ini nunggu jemputan, aden nyari siapa?"

Sai melihat ada dua cewek lainnya yang tengah sibuk menelpon menunggu jemputan lalu menoleh ke arah satpam tersebut sambil menyebutkan nama Shilda. Namun, salah satu dari cewek itu yang menjawab.

"Loh Shilda hari ini absen, tentor juga nanyain dia kemana tapi gak ada yang tau, lo pacarnya kan?"

Kalimat-kalimat seterusnya hanya menggaung di pikiran Sai karena dia kemudian langsung beranjak mencari Shilda setelah berterimakasih pada orang-orang itu. Sai menghidupkan mesin motornya lantas bergerak ke arah halte bus yang memang tidak ada orang. Sai berdecak pelan, menaiki motornya lagi dan berjalan mengitari sekeliling tempat les Shilda. Sampai dia berhenti di dekat pohon setelah melihat siluet anak berseragam sekolah itu. Duduk dengan kaki mengayun entah melakukan apa.

Sai membuka helmnya, menyugar rambutnya ke belakang karena kepalanya terasa berat. Belum beranjak dari motornya karena tengah menahan diri dari gemetaran setelah bingung, khawatir berlebihan memikirkan kemana ceweknya itu pergi sementara dia melepas tanpa beban setelah memastikan Shilda masuk ke ruang les beberapa jam yang lalu. Mendapati cewek itu absen, jelas Sai tahu ada yang tidak beres dari anak itu. Sai menggigit pipi dalamnya, lalu turun dari motor setelah memastikan dia tidak akan meluap di depan ceweknya.

Sai tertegun melihat Shilda yang duduk bergeming.

"Hey," panggil Sai sampai cewek itu mengangkat kepalanya. Sai menahan kepalan di sisi tubuh. "Ayo pulang."

Namun Shilda mengalihkan tatapannya membuat Sai menahan ucapannya di ujung lidah. Dia kemudian berjongkok untuk bisa melihat wajah Shilda yang menunduk. Sai dengan sabar menunggu sampai cewek itu mau mengangkat kepalanya, dan tertegun melihat matanya yang berkaca-kaca.

Sai mengerjap pelan, dan refleks mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Shilda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sai mengerjap pelan, dan refleks mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Shilda. "Hey, sayang? Kenapa, hm?"

Namun pertanyaannya justru memicu tangisan Shilda.

Sai dengan tanggap langsung menggapai tubuh Shilda yang gemetar hebat, membawanya ke dalam pelukan, mengelus punggungnya mulai merasakan seragamnya basah dengan air mata Shilda, Sai beberapa kali mengecup surainya dengan tangan yang mengelus punggungnya naik turun ketika Shilda mulai merasa sesak akibat menangis.

"Saii.." Shildanya merengek.

Sai mengecup telinganya sebagai jawaban. "Iyaaa sayang, kenapa hm? sini cerita sama aku, kenapa nangis, Shilda?"

Sai & ShildaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang