𓍢ִ໋🎮° ᰔᩚ [9] main

14 1 0
                                    

Pagi-pagi sekali Shilda sudah berkutat dengan alat dapur di rumah Sai dibantu oleh bibi. Shilda berinisiatif memasakkan cowok itu telur dadar sarden. Dia mandi lebih dulu daripada Sai, sengaja meminjam kaos cowok itu yang lain dengan celana panjang yang beruntungnya tinggal cuma satu, karena Sai tidak begitu mengoleksi celana panjang, gerah katanya.

Jadi dia tidak kaget ketika Sai datang-datang mencoel rambutnya dengan tangan basah dan tidak memakai atasan. Lebih tepatnya, Shilda berusaha tidak melihat kemana-mana, atau Sai akan jail menggodanya.

"Di lap dulu kamu tuh, basah kan lantainya," omel Shilda ketika bibi sudah beranjak dari dapur. "Lap dulu pakai handuk sana," suruh Shilda.

Sai menyengir dengan meletakkan tangannya di pinggang Shilda. Sengaja menunjukkan handuk yang ada di bahunya kepada cewek itu. "Lap in, yang."

Shilda mendengus geli. "Aku masakin dadar sarden ya? Suka kan?" tangannya sibuk mengelap rambut Sai yang basah, sampai mengenai mukanya, membuat Sai menjulurkan tangan dan menyeka air itu dari wajah Shilda. "Baru liat tutornya di instagram, gampang ternyata."

"Jadi, aku yang cobain pertama dong nih?"

"Heem, it's a new menu. And you're my first customer."

"Waw. Glad to know that, princess chef, " Sai terkekeh geli.

"Bentar, aku ambil baju," kata Sai membuat Shilda menaikkan alis dengan tatapan memicing. "Tumben?"

Sai terkekeh mendengar pertanyaan itu. "Takut matamu jelajatan, sayang."

Shilda mendengus lalu membalikkan badan untuk cuci tangan. Dia mulai merapikan alat masak dan kembali meletakkannya di tempat setelah dia lap kering.

"Ngapain?"

Shilda memegang dadanya lalu berbalik dengan wajah masih terlihat kaget. Dia menghela napas pelan saat tau itu hanya Taigar, saudara laki-laki Sai. Shilda mencoba memasang wajah ramah, menanggapi raut tidak suka dari saudara pacarnya itu.

"Oh— hey? lo udah sarapan? Gue baru aja selesai masak, mau gabung sekalian?" tawar Shilda yang berharap ditolak. Karena jujur, beberapa kali orang ini sempat membuat dia tidak nyaman di sekolah. Beruntungnya, cowok itu hanya berlalu pergi membuat Shilda menarik senyum. "Good."

Shilda tersenyum melihat Sai turun dengan baju kaos berwarna denim, setidaknya lebih memanjakan mata Shilda dibandingkan warna hitam atau putih terus. Dia berlagak layaknya seorang istri, menuangkan nasi ke piring lalu menanyakan "tambah lagi nasinya?" dan menuangkan air ke gelas lalu disajikan di depan cowok itu. Barulah Shilda menarik kursi di seberang Sai, dan melotot kecil ketika mendapat tendangan di bawah sana.

"Makan jangan sambil rese ya," ingat Shilda.

"Siap salah," kata Sai memicu semburan tawa Shilda.

Dia menopang dagu menunggu reaksi Sai. Sementara cowok itu sengaja mengalihkan dengan minum, sengaja membiarkan ceweknya itu menunggu. Lantas dia menaikkan alis pura-pura tidak tau.

"Kenapa kamu? diet?" Shilda menggeleng. "Makan lah."

Shilda berdecak kecil, berhasil terpancing. "Enak nggakk?"

Sai terkekeh, dia menjulurkan tangan untuk mencubit pipi Shilda yang gemas. "Enak sayang, makasih ya nda."

"Dih," Shilda memalingkan wajah ke samping membuat Sai tertawa terhibur dengan ekspresinya.

Sai & ShildaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang