"Sekali-kali jangan sekali.
Kalau udah kepalang di jalan ya lanjut aja, jangan berhenti. Kan kesannya nanggung. Contohnya bolos.".
Seharusnya hari Sabtu berjalan dengan baik.
Tapi pagi-pagi sekali Shilda sudah datang ke sekolah dengan wajah tertekuk. Bahkan dandanannya seperti orang yang tidak niat datang ke sekolah, seperti bukan Shilda yang biasanya.
Setelah menutup pintu mobil, Shilda beralih ke bagian depan yang kacanya sudah sengaja dibuka, menampilkan wajah ayahnya yang sudah rapih dengan stelan kantor, duduk disamping kemudi supir.
"Terimakasih, Pak Guma," kata Shilda pelan yang dengan sengaja mengacuhkan ayahnya.
Pak Guma mengangguk siap. "Sama-sama, Non. Non Shilda semangat ya belajarnya hari ini. Itu bekalnya tadi udah disiapin Bibi ya Non."
"Okee."
"Kalau udah pulang langsung kabarin Ayah, nanti Pak Guma jemput kayak biasa. Pulang langsung pulang, nggak ada keluyuran." Shilda menekan bulat-bulat sesuatu yang akan keluar dari ujung lidah. "Dengar?"
"Dengar," lagi-lagi menjadi anak yang patuh. Diambilnya tangan sang ayah untuk disalam. "Shilda berangkat sekolah dulu."
Setelah menjauh dari mobil, Shilda berdiri di balik dinding gedung administrasi sekolah. Dia mengintip sedikit dan setelah memastikan mobil ayahnya menjauh, barulah Shilda mengendurkan ekspresi wajahnya yang semula tegang, sedikit menahan amarah yang masih tersisa semalam.
"Kamu ngeliatin apaa?"
Sumpah demi apapun, Shilda kaget. Tangannya refleks memegang dada, sedangkan yang satunya langsung mendarat sempurna di lengan Sai, yang diduga sebagai pelaku.
"Ishh! Bisa ngga jangan tiba-tiba muncul kayak gitu?? Kalau aku ada riwayat jantung gimana? Siapa yang repot??" Shilda mencubit lengan Sai yang langsung sok-sokan mengaduh, seolah yang paling terzalimi.
"Ya akuuu," balas Sai pelan yang lalu kemudian balik menantang Shilda, "ya lagian ngapain juga kamu sembunyi-sembunyi kayak gitu, sayang? mau ntar dikira maling sama satpam?"
"Siapaa yang mau maling gedung administrasi sekolah? Ngga ada! Orang kosong ngga ada isinya begini."
"Yee, sotoy lu! Gini-gini isinya ada aset negara ya."
"Apa? Apanya aset negara?" tantang Shilda.
Sai menarik senyum kecil, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Shilda yang otomatis bergerak mundur. "Di dalam sana ada data pribadi pacar guee, yang kalau dimaling bisa heboh senusantara tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sai & Shilda
Novela Juvenilsai & shilda | soulmate Mau tau potret 'boy in love' itu gimana nggak? Coba aja tanya sama Sai Jaruga, dia ahlinya. Mau satu dunia bilang preman sekolah seperti Sai tidak akan bisa bersama dengan kesayangan guru seperti Shilda, Sai tidak akan mundu...