Walau sudah tamat, tetap jangan lupa di vote.
Happy Reading
"Dek, kamu gak mau bangun?" Kaizo menyibakkan selimut bergambar donat lobak merah dengan warna ungu muda itu. Lalu membuka gorden agar penerangan masuk dan membuat si empu terganggu.
"Gak. Gue mau tidur sampe kiamat," kata Fang. Dia terlalu malas untuk bangun.
Kaizo bergidik ngeri mendengar perkataan itu. Berati sama saja dengan tidak bangun-bangun lagi?
"Dek, bangun. Abang mau berangkat ini," lanjut kaizo lagi. Dia memang benar-benar harus berangkat sekarang. Pamannya sudah menunggu di luar sana.
Ya, ini sudah seminggu lebih dan persidangan Kaizo sudah selesai kemarin. Dia lulus dengan nilai yang bagus, sesuai dengan yang ada di benak pamannya, walau dibantu beberapa bodyguard-nya. Dan ini yang membuat Kaizo sangat berat untuk berangkat, ada saja tingkah Fang yang membuat khawatir. Contohnya, seperti sekarang ini.
Gelar Kaizo yang sudah Sarjana membuat dia semakin keren jika dipandang oleh para gadis di kompleks perumahan ini. Bahkan, para janda pun kepincut dengan Kaizo. Walau Kaizo tidak sekolah sekalipun, tetap saja banyak suka padanya karena paras tampannya.
"Udah di bilang, gue gak mau bangun! Gue mau tidur sampe kiamat!" Fang berucap dengan ketus. Dia sudah tak memiliki rasa kantuk lagi.
"Jangan gitu ngomongnya, Dek. Nanti di kabulin, mau mati muda emang?" tanya Kaizo. Fang mendelik pada Kaizo dan menggeleng brutal. Dia belum nikah jadi tidak mau mati dulu, kecuali jika Tuhan sudah berkata jika takdirnya mati.
"Waktu Abang tinggal sepuluh menit lagi, gak mau puas-puasin meluk Abang," sambung Kaizo. Dia merentangkan tangannya agar Fang masuk ke dalam rengkuhannya. Ini terakhir kali mereka bisa berpelukan, selebihnya, harus menunggu selama lima tahun ke depan.
Jika pun Kaizo libur bekerja, itu tidak memungkinkan dia untuk segera pulang ke Indonesia hanya untuk menemui Fang. Liburnya hanya bisa maksimal dua hari. Fang hanya memperhatikan Kaizo yang merentangkan tangan untuknya. Dia diam tetapi kakinya bergerak untuk turun dari ranjang.
Berlari dan menerjang tubuh kokoh itu, memeluknya erat sembari terisak kuat. "Sstt ..., Abang janji, Dek. Abang akan percepat semuanya dan kembali lagi ke sini. Setelah Abang sukses di sana, Abang janji bakalan bawa kamu ke sana," ucap Kaizo. Dia harus menenangkan adik bayinya ini.
Kaizo sudah rapih dan wangi, namun terpaksa harus berantakan lagi karena menggendong Fang di depan. Dia berjalan menuruni tangga dan melihat sang paman sedang duduk di sofa sembari memakan cemilan.
"Om," panggil Kaizo.
Pamannya menoleh dan tersenyum tipis melihat kedua saudara itu. "Oh, jadi ini Fang, ya? Sudah besar ternyata."
Fang menolehkan kepalanya dari dalam gendongan Kaizo, dia bisa melihat bahwa sang paman bertubuh kekar dan besar. Kulitnya terlihat pucat dengan garis-garis biru pucat.
"Yoi, Om. Pang udah besar sekarang. Makanya agak beda kayak yang dulu." Kaizo mendekat pada pamannya dan duduk di samping sang paman.
"Udah besar kok digendong," cibir sang paman—Tarung Bintang.
Mendengar itu, Fang langsung turun dari pangkuan Kaizo. Jiwa bar-barnya meronta ingin keluar, cuma ditelan mentah-mentah karena sedikit menciut saat melihat wajah menyeramkan pamannya.
"Dah, lah, Om. Gak usah di takutin kenapa, sih? Nanti Kai berat ninggalin, Adek," lerai Kaizo. Tarung hanya cengengesan tak jelas.
"Fang, masih ingat sama Om gak?" Tarung bertanya tanpa melihat Fang, namun tangan selalu sibuk memasukkan makanan ke dalam mulut.
"Nggak," jawab Fang seadanya.
"Wajar, sih. Soalnya pas Om datang ke sini, kamu-nya belum lahir," lanjutnya lagi. Fang menatap datar dan berdecak kesal. Tidak Kaizo, tidak Tarung, sama saja, sama-sama membuat dirinya cepat tua.
✰Kaifang✯
Mereka bertiga sekarang berada di latar depan mansion besar ini. Setelah sedari tadi berbincang mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak penting bagi Fang, sampai-sampai dia hendak tertidur lagi.
"Abang pergi, ya, Sayang. Kamu harus tetap semangat dan bahagia, jaga kesehatan dan jangan lakukan hal bodoh apapun ketika Abang belum pulang," nasehat Kaizo. Tatapannya sangat serius kali ini.
"Apaan sih, Bang? Kek gak pulang aja sampe bilang kek gitu," sungut Fang. Kaizo terkekeh pelan dan mengusap lembut rambut adiknya. Dia melamun sejenak, entah apa yang ada di pikiran Kaizo saat ini.
Tin! Tin!
Suara klakson mobil menyadarkan Kaizo dari lamunannya. Kaizo meluruh dan menyamakan tingginya dengan Fang. Dia tersenyum lembut dengan manik yang tak bisa Fang baca.
"Dek, kalo Abang gak pulang-pulang. Kamu jangan sedih, ya?"
Fang mendengus kesal. "Kalo lo gak pulang-pulang, entar gue yang nyusul lo ke Jepang!"
"Ya, udah, gak papa. Sering-sering jenguk Abang kalo ke sana nanti, ya."
"Kai, ayo cepat! Nanti ketinggalan pesawat!" teriak Tarung dari dalam mobil.
Kaizo dengan cepat menyahut, "iya, om Koreng! Sabar napa, sih?!"
"Dek, Abang pergi, ya?" tanyanya lagi dengan bergumam. Fang mengangguk dengan hati yang berat. Kaizo perlahan menjauh dan masuk ke dalam mobil, dia melambai pada adiknya dengan senyum yang tersirat akan kesedihan. Hatinya tak tenang saat melihat wajah Fang yang muram.
Fang membalas lambaian Kaizo dengan perasaan yang sama berat.
"Udah, sih, gak usah terlalu ber-dramatis keadaan banget. Kek gak gak bakal jumpa lagi. Kangen, telpon. Beres, kan?" celetuk sosok lain. Dia adalah Sai, sesuai yang di amanatkan Tarung, dia yang akan menjaga Fang untuk ke depannya.
Fang mendengus dan masuk ke dalam dengan menghentak-hentakkan kakinya, kesal. Sai terkekeh pelan melihat sifat menggemaskan dari seorang tsundere seperti Fang. Pemarah tapi imut. Dasar botol yakult!
✯Kaifang✯
"Ada apa, Kai? Kenapa kau gelisah sekali?" tanya Tarung saat menyadari keponakannya tak bisa diam. Ada saja pergerakannya yang membuat Tarung gemas setengah mati ingin menendangnya keluar dari mobil.
"Gak sanggup ninggalin Fang, Om," jujur Kaizo.
Tarung menghela nafas. "Kai, seorang abang sekaligus orang tua kedua untuk adiknya, memang sangat berat meninggalkannya. Tapi ingatlah, ini semua kau lakukan juga semata-mata untuk adikmu. Kau sendiri yang bilang, kan, walau Fang sudah menikah sekali nanti, kau akan tetap tetap memberinya nafkah materi?"
Fyi, Kaiso pernah berucap seperti itu dengan lantangnya. Dia berkata bahwa dia akan selalu menafkahi Fang walaupun Fang sudah menikah. Dia juga ingin kalau Fang sudah menikah nanti, akan tetap satu rumah dengannya. Entahlah, rasanya sulit sekali melepas adik imutnya walau di tangan orang tepat sekalipun. Walaupun terdengar aneh, namun itulah bentuk kasih sayang Kaizo terhadap Fang.
"Om, benar. Lagian cuma lima tahun, habis itu aku langsung pulang terus bawa Fang pindah ke Jepang."
Tarung tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya melihat keseriusan Kaizo. Coba saja dia tidak menunda-nunda skripsinya, pasti tinggal menunggu satu tahun lagi.
TBC.
Kaizo sudah pergi! Waktu lima tahun sangat lama.
Kaizo berpesan pada Readers
"Jangan nungguin gue, dan jangan berekspetasi terlalu tinggi ke gue, ya. Hahaha! Ingat! Jangan ngambil Fang dari gue. Awas aja kalo macam-macam."
See you next time All. Jangan lupa vote dan komennya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐀𝐈𝐅𝐀𝐍𝐆 || END✔️
FanfictionFang itu pendiam, hanya saja pada orang yang baru dikenal. Aslinya, dia itu pemarah, blak-blakan, bar-bar, dan pendendam orangnya. Manja hanya disaat-saat tertentu pada Kaizo. Sedangkan Kaizo, dia kebalikannya. Dia itu childs benget, semena-mena, s...
