Side Story 8: Berdamai

199 20 3
                                    

Xue Yang berjalan dengan Song Lan yang ada di punggungnya. Tidak ada ekspresi perhatian atau kekhawatiran yang terpancar dari wajahnya saat dia membawa tubuh Song Lan yang pingsan.

Bagi Xue Yang, membantu Song Lan hanya sebatas tugas yang harus dilakukan, sekaligus dia ingin mencari perhatian Xiao XingChen.

Ketika dia menggendong Song Lan, Xue Yang tidak berbicara padanya atau menyentuhnya dengan lembut. Bahkan saat Song Lan mulai mendapatkan sedikit kesadaran kembali, Xue Yang masih tetap diam, tanpa menunjukkan empati atau kepedulian sedikit pun. 

Saat mereka tiba di rumah peti mati, keduanya disambut dengan A-Qing yang bermata lembab dan duduk lemas di dalam peti mati tanpa kehadiran Xiao XingChen.

Xue Yang menatap sekitar, mencari Xiao XingChen. Namun, pria cantik itu tidak ditemukan dimanapun.

Xue Yang meletakkan tubuh Song Lan di dalam peti mati tanpa berkata sepatah kata pun. Dia kemudian meninggalkannya begitu saja, tanpa memperdulikan apakah Song Lan baik-baik saja atau tidak. Pria berjari sembilan itu menghampiri A-Qing yang sedari tadi hanya memperhatikan, "Dimana, XingChen?"

Tanpa kata A-Qing menunjuk dapur, Xue Yang mengangguk dan bergegas menuju dapur. Namun, baru beberapa langkah A-Qing berucap, "Aku sudah memberitahu Daozhang, tolong bujuk dia untuk tidak mengusirku. Aku mohon Xue Yang gege, bujuk Daozhang." 

A-Qing memasang wajah sedih dengan air mata mengalir deras dari matanya. Tubuh A-Qing gemetar dengan setiap isakan, kadang-kadang dia meremas-remas tangannya.

Xue Yang menghela nafas, melihat A-Qing seperti ini, mengingatkannya pada saat dia masih kecil. Xue Yang menepuk-nepuk kepala A-Qing cukup kasar, "Terima saja perbuatanmu."

Xue Yang melenggang pergi menuju dapur. 

Di dalam dapur, Xiao XingChen duduk di kursi. Xiao XingChen merasa terluka dan kecewa, apalagi saat ini dirinya sedang hamil yang suka mengalami perubahan suasana hati.

Suara tangis Xiao XingChen pecah dengan lirihnya memenuhi ruangan itu sendiri. Perban putih mulai memerah dan mengucurkan cairan merah. Pria itu menangis darah, rasa sakit di matanya tidak sesakit hatinya karena sudah dibohongi. 

Xue Yang memasuki dapur dengan langkah cepat. Dia panik melihat kekasihnya menangis mengeluarkan darah, tanpa ragu Xue Yang menghampiri Xiao XingChen kemudian merangkul kekasihnya erat. 

Xiao XingChen membalas pelukan Xue Yang, "A-Yang, A-Qing."

Xue Yang mengelus rambut Xiao XingChen, "Ada apa dengan A-Qing? Tadi aku melihatnya menangis di luar." ucap Xue Yang lembut.

"A-Qing berbohong, dia tidak buta sama sekali." ucap Xiao XingChen sedikit terisak.

Xue Yang mengusap darah di wajah Xiao XingChen, "Benarkah? Bukankah itu bagus?"

Suara tangisan Xiao XingChen mulai mereda, digantikan oleh napas yang tenang dan pelan, "Hal itu memang bagus, tapi kenapa harus berbohong."

Xue Yang tetap berada di samping Xiao XingChen, memeluk pria cantik itu dengan penuh kasih sayang. Sentuhan lembut Xue Yang memberikan kekuatan dan dukungan yang Xiao XingChen butuhkan di saat-saat sulit.

Xue Yang tersenyum tipis, "Daozhang, apa kamu akan memaafkan A-Qing."

Xiao XingChen mengangguk, "Aku akan memaafkan A-Qing, tapi membutuhkan waktu."

Xue Yang mencium bibir Xiao XingChen lembut, "Baguslah. Ah XingChen ada yang ingin aku tunjukan."

Xiao XingChen memasang wajah penasaran, "Apa?"

Xue Yang mengeluarkan perban, "Akan aku tunjukan. Tapi sebelum itu, kita balut ulang perbanmu." Xue Yang melepaskan perban yang sudah kotor dengan darah kemudian menggantinya dengan yang baru, setelah selesai Xue Yang mengangkat tubuh Xiao XingChen ala pengantin. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang