Pada akhirnya, Wonwoo tak mengetahui siapa dan apa sebenarnya Sana itu.
Alasan kenapa semua orang melupakannya, kenapa semua orang tak dapat melihatnya, kenapa ada dua sudut pandang yang terjadi di waktu yang sama, ia masih belum mengerti.
Setelah menenangkan Sana di rooftop, mereka pergi ke makam Almarhumah Ibunya Sana untuk memberikan do'a. Setelah itu, mereka berjalan bersama untuk pulang ke rumah masing-masing.
Rumah mereka juga satu arah, jadi yah bareng deh.
Di perjalanan pulang, Wonwoo menatap punggung ramping milik gadis yang kini berjalan di depannya. Punggung itu sebagian tertutup oleh rambut lurus panjangnya yang tertiup angin sore dengan lembut.
Mulut yang sudah sedikit terbuka untuk mengucapkan 'hey' itu kembali di telan oleh Wonwoo. Ia ingin bertanya, tapi di urungkannya.
Dalam keadaan Sana saat ini, sepertinya bukan waktu yang tepat untuk bertanya.
Gadis misterius— begitulah Wonwoo memberikan julukan pada gadis itu, sampai saat ini, itu masih berlaku.
.
.
Sabtu, 11 Febuari 2017
Sesuai dengan apa yang dikatakan Dahyun kemarin lalu, para petinggi kelas datang ke rumah Sana untuk takziyah, ketua, wakil ketua, dan antek-anteknya, serta wali kelas tersayang mereka, Bu Dewi sunbaenim.
"Sanaaa!!" Dahyun berlari kearah sahabatnya dan memeluknya erat.
Sana membalas pelukan itu, lalu tersenyum tipis.
"Sana..."
Melihat hal itu, teman kelas lainnya terenyuh, tergeraklah hati mereka untuk beranjak dan ikut memeluk Sana dengan hangat.
"Kamu kuat."
"Yang sabar ya.."
Wali kelas mereka— Bu Dewi pun tersenyum melihat pemandangan anak-anak muridnya yang nampak saling memberikan dukungan pada temannya itu.
"Makasih, ya." Ucap Sana pelan.
.
.
"Jadi, rencana kamu gimana ke depannya nak?" Tanya Bu Dewi, setelah sedari tadi mereka berbincang-bincang riang di ruang tamu rumah Sana.
Terdapat jeda sebelum Sana menjawab pertanyaan tersebut. Ia masih mencerna, apa maksud dari pertanyaan wali kelasnya itu?
Jika di hubungkan dengan apa yang terjadi dengan Sana, yakni dirinya yang sekarang yatim piatu, serta peran wali kelasnya yang tidak lain adalah seorang guru, sepertinya, Bu Dewi merujuk ke urusan sekolah Sana.
"Saya lanjut sekolah bu." Jawab Sana.
"Alhamdulillah kalau gitu." Respon Bu Dewi dengan wajah leganya setelah mendengar jawaban Sana.
"Teruss, yang ngurus ini itu siapa nak? Saudara? Atau paman?" Tanya Bu Dewi.
Selain urusan sekolah, wanita paruh baya itu mengkhawatirkan kehidupan anak muridnya juga, apalagi kedua orang tuanya sudah tiada. Sekolah yang ditempatinya memang Negeri, sehingga tidak ada iuran bulanan yang memberatkan, namun hidup tetap butuh biaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Mystery / ThrillerKetika semua orang tak dapat melihat Sana, hanya mata itu satu-satunya yang menatap padanya.