Part 5

127 16 12
                                    

Happy Reading
...

Lea datang membawa dua cangkir teh hangat, yang akan menemani minggu malamnya dengan Raden.

"Capek banget aku hari ini, Mas,"  curhat Lea

"Karena Dimas?"

"Iya Mas. Udah tawuran, tawurannya hari minggu lagi. Kan nyusahin banget! Hari minggu itu harusnya jadi hari yang menyenangkan. Dia malah buat masalah. Pengen aku tonjok sebenarnya itu anak, Mas," jawab Lea, penuh emosi.

Raden terkekeh melihat emosi istrinya yang menggebu-gebu, alih-alih terlihat menyeramkan, Lea justru terlihat menggemaskan.

"Mas! Kok malah cengar-cengir. Nggak kasian apa kamu Mas ngeliat istrimu ini?" Lea mengerucutkan bibirnya.

"Kamu kalau lagi marah-marah gini, gemes banget." Raden menjawil hidung Lea, gemas.

"Tau ah!"

"Sini." Raden memberikan isyarat supaya Lea mendekat.

"Mau ngapain?"

"Sini, biar Mas peluk." Raden menarik tangan Lea lembut untuk mendekat, setelahnya Raden mendekap tubuh mungil Lea.

"Masih capek?" tanya Raden, sambil mengusap-usap rambut Lea.

"Nggak lagi," jawab Lea semangat.

"Bohong, emangnya pelukan Mas itu obat?"

"Iya Mas, Mas itu obat untuk Lea."

"Pahit dong berarti ya?" goda Raden.

"Kalau obat yang ini beda, ada manis-manisanya, Mas." Lea mengedipkan matanya.

"Dih," respon Raden.

Lea melepaskan dirinya dari depakan Raden, ide cemerlang tiba-tiba muncul di benaknya.

"Mas aku belum mau tidur deh. Ayo nonton," ajak Lea.

"Boleh," jawab Raden cepat, dilanjut dengan menyesap teh buatan Lea.

"Film horor ya, Mas?"

"Nggak! Mas lagi males ya denger kamu teriak-teriak." Raden langsung menolak.

"Lea janji bakal kalem, nggak teriak-teriak. Boleh ya, Mas?" Lea menggoyang-goyangkan lengan Raden.

"Terakhir kita nonton horor, kamu juga bilang gitu. Yang lain aja."

"Bilang aja, Mas emang males nemenin Lea nonton." Drama seorang Lea baru saja dimulai.

"Bukan gitu..." Raden menggantung ucapannya.

"Yaudah deh, itu aja." Sedikit drama dari Lea, langsung bisa membuat Raden tidak berkutik.

"Makasih, Mas." Lea dengan gerakan cepat mengecup pipi Raden.

Setelahnya, Lea mempersiapkan cemilan dan film yang akan mereka tonton. Tentu saja karena ini sudah malam, Lea dan Raden menonton di rumah.

Sebelum mulai menonton, Lea mematikan lampu supaya terasa seperti sedang menonton di Bioskop. Lalu Lea, mengambil posisi sedekat mungkin dengan Raden.

Satu menit, dua menit masih aman. Belum ada tanda-tanda kehebohan Lea.

Memasuki menit ke sepuluh, Lea mulai mengeratkan pegangannya di lengan Raden.

Selanjutnya yang terjadi adalah. "Aaaaaaaa! Mas serem banget!" Lea langsung membenamkan wajahnya di ceruk leher Raden.

"Tuh kan." Raden menghela nafas.

Meskipun sudah teriak-teriak, Lea tetap nekat melanjutkan menonton film-nya.

Hingga SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang