Happy Reading
...Lea menghampiri Raden yang sedang minum kopi di ruang tengah, dengan TV yang dihidupkan.
Tetapi kalau dilihat-lihat, Raden sepertinya tidak menyaksikan tayangan di TV, Raden terlihat jelas sedang melamun.
Raden bahkan tidak menyadari pergerakan Lea yang berjalan semakin dekat dengan dirinya.
"Malam ini, Mas boleh tidur di kamar," ucap Lea.
Raden terkejut, tau-tau Lea sudah duduk di sebelahnya, "Kamu udah lama di sini?" tanya Raden memastikan.
"Tadinya kalau yang datang itu bukan aku, tapi penculik. Penculiknya nggak perlu trik tertentu, Mas pasti langsung ketangkap," cibir Lea.
"Eh tadi di awal kamu bilang apa?" Raden sepertinya masih cukup syok, dengan kedatangan Lea yang tiba-tiba.
"Nggak ada pengulangan, Mas!" Lea berdecak kesal.
"Apa ini artinya aku sudah dimaafkan?" tanya Raden hati-hati.
Lea tidak langsung memberikan tanggapan. Lea menatap Raden cukup intens, membuat Raden jadi salah tingkah.
Lea meletakkan kedua tangannya di bahu Raden. Lea belum melepaskan pandangannya dari Raden.
"Maafin, Lea." Setelahnya Lea memeluk Raden, ia memejamkan matanya meresapi aroma yang menguar dari tubuh Raden, aroma yang selalu jadi candu untuk Lea.
"Kenapa harus minta maaf?" bisik Raden.
"Aku cuma pengen minta maaf aja, Mas," jawab Lea.
Raden dan Lea berpelukan cukup lama, keduanya terlarut dalam perasaan dan pikiran masing-masing.
"Mas udah makan?" tanya Lea, sebelum melepaskan pelukannya dari Raden.
"Belum," jawab Raden jujur.
"Terus kenapa minum kopi?"
"Kenapa ya?" Raden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mungkin karena kamu, Lea," sambung Raden lagi.
"Aku harap Mas jangan pernah lagi menanggapi chat Mama ya. Biar urusan Mama, jadi urusanku saja Mas."
"Baiklah." Raden tidak memberikan bantahan apapun, Raden dalam kesadaran penuh, tidak mau lagi menambah permasalahan baru dengan Lea.
"Mas mandi dulu, biar aku masak untuk makan malam kita sebentar." Raden menganggukan kepalanya, tanda mengerti.
...Lea hanya memasak satu menu saja, ayam goreng lengkap dengan sambalnya.
Lea senang melihat Raden makan dengan lahap. Raden selalu tahu caranya mengharagi apapun yang dimasak oleh Lea.
"Kamu keliatannya laper banget, Mas?" tanya Lea.
"Sepertinya tadi aku melewatkan makan siangku, Lea."
Lea langsung berhenti menggerakkan sendoknya. Lea langsung menatap Raden.
"Apapun yang terjadi diantara kita, kamu nggak boleh sampai melewatkan waktu makanmu, Mas."
"Aku hanya terlalu sibuk tadi, Lea. Ada banyak kerjaan di Kantor," kilah Raden.
"Bohong!" sentak Lea.
"Kamu itu, nggak akan bisa membohongi aku Mas," sambung Lea.
"Lea." Raden ikut meletakkan sendoknya. Raden lalu membalas tatapan Lea.
"Lain kali kalau kamu kesal, lebih baik kamu marah-marah, atau pukul saja aku, Lea. Aku tidak bisa didiamkan seperti hari ini." Raden mengungkapkan isi hatinya dengan jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Senja
RomancePermasalahan rumah tangga Azalea dan Raden sejauh ini hanya seputar komunikasi. Kurangnya komunikasi, dan suaminya yang terlalu pendiam. Akankah mereka bisa bertahan hingga akhir? Yuk ikuti kisahnya