Part 8

107 13 11
                                    

Happy Reading
...

Raden sedari tadi terus mondar-mandir di depan kamar dirinya dengan Lea. Pasalnya hari sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, dan Lea masih belum keluar dari kamar. Raden ragu-ragu untuk sekadar mengetuk pintu, tetapi Raden juga sebentar lagi akan berangkat kerja. Tidak mungkin ia berangkat kerja tanpa pamit kepada Lea.

Di tengah keragu-raguan Raden yang tarik ulur untuk mengetuk pintu, Lea keluar dari kamar. Lea juga sudah memakai seragam kerjanya.

"Lea."

"Sarapan dulu, yuk," ajak Raden.

"Aku sarapan di kantin sekolah aja." Lea menolak dengan cepat.

"Aku berangkat," sambung Lea.

Raden diam mematung, tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. Lea bahkan tidak salim seperti biasanya. Lea jelas terlihat berusaha menghindari Raden.

"Hati-hati di jalan." Hanya itu yang bisa Raden katakan untuk saat ini.
...

Akibat permasalahannya dengan Lea, Raden jadi kurang fokus dalam bekerja. Beberapa kali ia melewatkan informasi penting yang disampaikan karyawannya saat rapat.

Keluar dari ruang rapat, Sakti menjegal tangan Raden. Sakti menyadari ada yang tidak berasa pada diri Raden hari ini.

"Lo lagi sakit, apa gimana?" tanya Sakti.

"Nggak. Gue baik-baik aja kok," kilah Raden.

"Bohong. Di ruang rapat aja tadi lo kebanyakan ngelamun. Lo ada masalah sama Lea?"

"Iya, Lea ngambek sama gue."

"Kok bisa?"

"Adalah, kita salah paham sedikit. Gue bingung gimana cara ngebujuk Lea. Selama kita menikah, belum pernah Lea sekesal ini sama gue Sak. Biasa paling gue diomelin doang, kali ini beda," curhat Raden.

"Bujuk pakai cara romantis lah," saran Sakti.

"Gue nggak begitu paham sama yang begini-begini, Sak. Contohnya gimana?"

Sakti sampai tepuk jidat. Bisa-bisanya, Raden sudah menikah tiga tahun masih perlu diajari cara membujuk istrinya dengan cara yang romantis.

"Sabar banget gue punya sahabat kaku kayak gini," keluh Sakti.

"Contohnya ya banyak, lo kasih hadiah kek, ajak makan malam romantis, atau paling nggak ajak jalan-jalan."

"Kalau gue kasi hadiah. Bukannya baikan, yang ada Lea tambah kesel kayaknya sama gue."

"Ya gimana nggak kesel, lo taunya tiap ngasi hadiah sama Lea cuma tas doang. Hadiah itu bisa beragam Raden, contohnya ngasi bunga, atau coklat. Walaupun sederhana, perempuan biasanya lebih suka sama hal-hal romantis kayak gitu."

"Gitu ya. Terus menurut lo, gue harus gimana?"

"Ya terserah lo sih, mau ngebujuknya gimana. Kalau saran gue, beliin bunga sama ajak dinner romantis."

"Hmmmm, kira-kira bakal berhasil nggak ya?" Raden masih terlihat ragu.

"Berhasil nggak berhasil itu urusan belakangan kali, Raden. Yang penting itu, lo usaha dulu."

"Yaudah deh, nanti gue coba. Thank you ya sarannya." Sakti menganggukan kepalanya sebagai respon.
...

Selasai jadwal di sekolah, Lea tidak langsung pulang ke rumah. Lea ingin menemui Mamanya secara langsung.

Lea menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih untuk sampai di rumah Mamanya.

Setelah sampai di depan rumah Mamanya, Lea langsung menghubungi Mamanya. Dia meminta Mamanya untuk keluar sebentar.

Hingga SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang