(Sebagian part tidak dipublish demi kepentingan penerbitan, termasuk chapter 35)
"Orang-orang sudah sibuk mempersiapkan acara pesta ulang tahunmu, tapi kamu sendiri masih bermalas-malasan di sini?" Zee berusaha menarik selimut yang membungkus tubuh Win
"Jangan menggangguku..."
"Apa yang membuatmu tiba-tiba malas seperti ini?"
Win semakin mempererat selimut yang menutupi seluruh tubuhnya itu "Aku tidak malas! Tapi Phi harus keluar agar aku bangun"
Zee menyipitkan matanya dengan curiga mendengar pernyataan itu. Dengan kegesitan dan tenaga yang ia miliki, ia berhasil menyibak selimut milik Win
Dan keduanya diam selama beberapa detik. Zee yang menatap Win dengan terkejut, dan Win yang menatapnya dengan mata dan hidung yang memerah
"Astaga... kamu kenapa lagi?"
"Ah, brengsek! Kenapa kamu menarik selimutku?" Win menutupi wajahnya lagi, meski telah ketahuan
Zee duduk di tempat tidur, menatap adiknya penuh selidik "Ini tentang mantanmu lagi?"
"Bukan"
"Lalu?"
"Aku hanya habis bermimpi kamu berubah menjadi lobak. Itu sangat menyedihkan" Ucap Win dengan serius, dan mengusap air matanya "Kasihan Zayden, penghasil uangnya menghilang"
Zee mendatarkan wajah. Candaannya tak lucu sama sekali. Karna tak ingin maledini sang adik, ia tetap melanjutkan "Apa lagi yang habis dilakukan mantanmu sampai kamu menangis seperti ini?"
"Astaga, tidak ada! Jangan menyalahkan Bright atas seluruh kesedihanku. Untuk kali ini, akulah yang bersalah. Keputusanku yang membuatku seperti ini. Jadi, keluarlah dari kamarku" Win mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Suaranya jelas, bahwa masih ada isak yang tersisa
Zee membuat ekspresi kagum yang tampak meledek "Luar biasa, kamu mulai membelanya sekarang?"
"Kemarin kemarin, kamu juga membelanya. Jadi, sekarang giliranku untuk membelanya juga"
"Baiklah, bela dia sebanyak yang kamu inginkan"
Win menggeleng, menolaknya "Aku hanya akan membelanya untuk kali ini saja"
"Sebenarnya, aku kemari untuk membahas hal lain. Tapi, melihatmu sibuk menangis membuatku berfikir lagi untuk membahasnya"
Win segera bangun dan duduk menghadap sang kakak. Menyeka air matanya sebersih mungkin "Aku baik-baik saja sekarang. Ada apa? Katakan"
Zee membuang pandangannya sejenak sebelum menatap Win lagi. Meski ada keraguan, namun rasa penasarannya tetap lebih besar "Kenapa Zayden bisa memanggil Nunew dengan panggilan 'Bubu'?"
"Eh?"
"Kamu yang mengajarinya?"
Win menggaruk tengkuknya kikuk dan beralasan "Itu... aku hanya iseng. Tapi Zayden malah mempertahankan panggilan itu"
"Dan kamu juga sering membawanya bertemu dengan Nunew?"
"Hey, darimana kamu mendapatkan semua informasi akurat ini?!" Win menutup mulutnya setelah tak sengaja memberikan informasi pada Zee mengenai kebenarannya
"Mereka sering bertemu?"
Win meringis "Phi, aku mohon jangan bunuh aku. Aku hanya ingin Zayden mengenal Ibunya, itu saja"
"Lalu, dia membiarkanmu datang ke tempatnya?"
Win menggigit bibir bawahnya dengan cemas. Ia sudah tak bisa membayangkan akan semarah apa Zee jika dirinya membuka lebih banyak. Akhirnya, Win menolak untuk melihat reaksinya "Iya. Bahkan, dia yang sering menghubungiku kapan aku bisa membawa Zayden lagi. Tolong jangan marah"
"Untuk apa aku marah?"
Wajah cemas Win seketika berubah menjadi wajah penuh harap "Eh? Tidak?"
"Sebaliknya. Terimakasih"
Win mengerjap bingung, sebelum akhirnya seutas senyuman muncul di wajahnya
Spoiler novel:
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic X-SEGERA TERBIT
أدب الهواة"Tidak ada 'mantan' yang tinggal bersama seperti itu!" "Ada, buktinya kami berdua" Bright mengabaikan bagaimana temannya-Jeff bereaksi begitu berlebihan. Ekspresi santainya tetap terjaga Jadi, mari buktikan seberapa benar rasa percaya diri Bright ya...