Ruangannya gelap, namun cahaya dari ponsel menyapu wajahnya, memperjelas ekspresi penentangan yang teramat besar. Seseorang berada di belakangnya, namun tak ingin mengganggu kegiatannya membaca komentar-komentar publik.
Sangat bertolak belakang dari apa yang ia pikirkan, dukungan positif memenuhi kolom komentar hingga membuat pria itu geram. Ia meremas ponselnya sebelum membantingnya "Sialan! Kenapa malah seperti ini?!"
Orang lain yang melihat reaksinya tertawa meledek dan melipat tangannya "Aku sudah bilang sejak awal, sangat sulit untuk membuatnya terlihat buruk di mata publik. Media sekarang sedang dibuat gila oleh Bright, hingga tindakan apapun yang dia lakukan akan terlihat benar di mata publik"
Jelas, ia semakin terhanyut dalam kekacauan batin yang tak kunjung selesai
"Dia bilang sudah akan keluar dari dunia hiburan. Tapi kenapa dia melanjutkan kontraknya?!" Teriakannya menggema, melampiaskan kemarahannya di hadapan orang yang salah "Benar-benar tidak bisa ditebak"
Dia, memutar gelas di genggamannya, seakan memperhitungkan sesuatu dari sana "Jadi, kamu mau menunggunya sampai masa kontraknya berakhir lagi?"
Orang itu berbalik, menghampirinya dan duduk di atas meja "Apakah aku orang yang seperti itu?"
"Tidak. Masih banyak cara untuk membuatnya mundur secara paksa, bukan?"
"Ya"
Mendengar hal itu, ia pun beranjak, menepuk-nepuk bahu pihak lain dan berkata
"Tegasmu hanya terus berpura-pura baik di hadapannya. Yakinkan dia bahwa segala rahasianya aman di tanganmu"
..×..
"Kira-kira siapa orang yang memotret kita hari itu?" Tanya Win pada Bright yang semula sibuk membaca naskahnya
"Aku tidak tau"
"Noeul sudah memberiku semua data orang yang hadir, tapi tidak satupun dari mereka yang berprofesi sebagai penulis artikel, jurnalis atau semacamnya"
Setelah mendengar Win yang begitu menganggap serius hal ini, Bright segera melepaskan pandangannya dari naskah sebelum menatap Win dan bertanya
"Kenapa kamu begitu memikirkannya?"
"Kita harus menyelidikinya, apa maksud dari tindakannya itu"
Untuk beberapa saat, Bright mencoba berfikir kemungkinan yang menjadi alasan orang itu, namun saat ia merasa pertanyaan ini cukup berat, ia mengakhirinya dengan mengangkat bahu "Sepertinya kita harus mengakhiri pembahasan ini"
"Kenapa tidak ada yang peduli?" Win mengusap wajahnya
Bright meletakkan naskah ke atas meja dengan hati-hati. Ekspresinya menjadi jauh lebih serius. Setelah mempertimbangkan pembahasan ini cukup lama, ia rasa dirinya harus membicarakannya hari ini
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Apa?"
"Aku tidak salah kan, saat berfikir kamu bekerja dengan Zee Zelano?"
Win menahan nafasnya setelah mendengar pertanyaannya, mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati. Pertanyaannya cukup sederhana, namun memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi, mengingat hal ini berkaitan dengan Zayden
"Kenapa kamu tiba-tiba berfikir seperti itu?" Tanya Win, mengulur-ngulur waktu untuk menjawab
"Kalian sangat jelas saat di basement. Dia menarik tanganmu begitu saja seakan kalian memang telah lama kenal, dan kamu menurut begitu saja dengan sangat santai"
Win menggaruk telinganya dan berucap dengan nada rendah "Sepertinya tidak ada lagi alasan untuk menyangkal"
"Aku cukup terkejut, dia adalah ayah dari Zayden"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic X-SEGERA TERBIT
Fiksi Penggemar"Tidak ada 'mantan' yang tinggal bersama seperti itu!" "Ada, buktinya kami berdua" Bright mengabaikan bagaimana temannya-Jeff bereaksi begitu berlebihan. Ekspresi santainya tetap terjaga Jadi, mari buktikan seberapa benar rasa percaya diri Bright ya...