09

10.1K 697 60
                                    

Melempar selembaran dokumen itu dengan kasar kewajah salah satu dari banyak orang disana.

"GAK BERGUNA KALIAN SEMUA!!" Teriak laki-laki berjas hitam dengan wajah yang merah padam.

Jevas. Lelaki itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja sekarang. Amarah memuncak dalam dirinya. Dengan kuku jari yang mengepal.

Dengan pelan menatap satu persatu orang yang ada disana, lalu berucap, "Persetan dengan apapun, istri gue lebih penting dari segalanya."

Beberapa orang disana tentu terkejut dengan kalimat 'istri' yang terlontar dari mulut Jevas, karena sebaian dari mereka tidak tahu bahwa lelaki dengan porsi lebih dari sempurna itu sudah mempunyai pendamping hidup. Sebaian juga terkejut dengan lontaran itu karena yang mereka tahu Jevas sangat membenci istrinya dan tidak pernah sudi menganggapnya.

Setelah itu Jevas dengan geram melangkahkan kaki meninggalkan mereka. Sebelum melangkah kaki terlebih dahulu seorang pria bisa kita sebut sekertaris nya dengan tekad penuh, berucap, "Tapi pak hari ini ada jadwal meeting bersama perusahaan terbesar yang telah berkerja sama dengan kita."

Tk. Suara sepatu yang semula terdengar kini menjadi hening.

Menolehkan kepalanya dengan kasar, menghadap sumber suara, Jevas berkata, "Saya tidak peduli. Dan kamu perlu tahu, sebesar apapun perusahaan itu, mereka tidak akan berani berbuat bermacam-macam."

Setelah berkata demian, Jevas dengan tergesa meninggalkan mereka tanpa meninggalkan 'hadiah' yang berarti.

"Shit." Gumam Jevas. Sedikit berlari untuk kembali kerumah sakit. Umpatan tak berhenti Jevas lontarkan dalam hati.

"Gara gara mereka semua gue malah harus tinggalin Lilith sendirian dirumah sakit."

Ya! Kemarin tekad Jevas sudah bulat untuk menemani istrinya itu sampai benar benar pulih dirumah sakit, intinya Lilith harus selalu dalam pantauanya.

Tetapi sekretaris dan beberapa orang bawahanya mengganggunya tak henti, mengatakan hal hal tidak penting seperti 'Pak nanti ada meeting besar.' 'Pak perusahaan sedang ada masalah' 'Pak perusahaan butuh bapak' dan sebaginya.

Alhasil dengan berat hati Jevas meninggalkan Lilith dirumah sakit sendirian, walaupun tetap dijaga banyak pengawal sih tetapi tetap saja hal itu membuat Jevas khawatir.

What! Khawatir?

Seakan tersadar dengan perasaanya, Jevas menggelengkan kepalanya sarkas. Meyakinkan dirinya bahwa itu bukan perasaan semacam itu.

Tetapi yang Jevas dapatkan setelah berada di perusahaan adalah zonk. Ternyata bawahanya menerornya hanya karena urusan yang tak penting.

"Karena nanti jam 11 siang ada meeting dengan perusahaan besar, Pak!" yah seperti itulah alesan paling tidak berfaedah yang pernah Jevas dengar.

Sekarang ini, Jevas mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Mclaren itu membelah jalanan kota dengan sangat lihainya.

Entak mengapa Jevas sangat tidak sabar ingin bertemu Lilith dan mengganggunya. Membayangkan wajah jutek yang kesal itu membuat Jevas dengan tidak sadar menyunggingkan senyum tipis.

Setibanya di parkiran rumah sakit, Jevas langsung menuju salah satu kamar VIP yang berada dirumah sakit itu.

Tetap memfokuskan matanya kesalah satu pintu dan mengabaikan beberapa orang berpakaian formal yang berjejer rapi disana.

Mendorong pintu ruangan itu, lalu Jevas sedikit membelalakan matanya terkejut. Mengapa ruangan ini sangat bersih sekali? seperti tidak ada penghuni didalamnya.

Menyelusuri dengan sedikit panik, tetapi nihil orang yang dia cari tak ditemukan.

Membalikan badan dan berjalan keluar ruangan dengan wajah sangar, "Kemana Lilith?"

"Nyonya Lilith tadi sudah diperbolehkan pulang dan dibawa oleh orang suruhan bapak." Bukan, bukan bawahanya yang menjawab tetapi suster yang entah sejak kapan berada disana.

Terkejut? tentu.

Melirik bawahanya sekilas, yang terlihat menganggukan kepalnya. Sial.

"Saya tidak pernah menyuruh orang untuk membawa istri saya barang sedetikpun." Tekan Jevas.

Mengeraskan rahangnya, mendekati bawahanya dengan gusar, "Kalian sudah lalai beberapa kali untuk akhir-akhir ini. Sepertinya kalian haru berada di pelatihan sekali lagi."

Setelah mengatakan demikan terlihat wajah pucat pasi dari mereka yang terpampang sangat jelas. Bahkan untuk menelan ludah terasa sangat sulit bagi mereka.

Pelatihan memang tahap yang harus dilalui untuk orang-orang yang ingin menyalonkan diri sebagai pengawal seorang tersohor, Jevas Levithen. Pelatihan memang Jevas buat untuk mengasah mereka yang bersedia menjadi kaki tanganya. Tentu sangat sulit dan mengerikan jika mereka harus mengulang sekali lagi.

"Kronologinya?" Tanya Jevas penuh penekanan kepada mereka semua.

Salah satu menjawab dengan terbata, "Orang itu mengatakan bahwa dia adalah bawahan Tuan. Dan berbica kalau Tuan tugaskan untuk menjemput Nyonya karena Tuan sedang sibuk urusan perusahaan."

"Fuck!" Seakan sadar dengan apa yang sebenarnya terjadi Jevas mengumpat kasar, sedetik kemudian berlari dengan tergesa dan menggumakkan satu nama.

"Atlas."

*******

Jangan lupa Vote and comment yaw!
tembusin 300 Vote.

Husband Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang