16

13.2K 784 51
                                    

Lilith hanya diam dengan tampang cemberutnya, air wajah wanita itu sangat tenang tetapi tidak dengan pikiranya yang penuh dengan makian frontal untuk tuan muda Jevas.

Tak lama kemudian pintu terketuk, Lilith menoleh, kemudian berkata, "Masuk!"

Lilith memutar bola matanya sedetik kemudian, saat mendapati beberapa orang pelayan datang dengan nampan penuh berisi banyak makanan.

"Waktunya makan malam nyonya Lilith." Salah satu dari mereka berkata, terlihat pakaiannya yang sedikiti mencolok dari yang lain, mungkin kepala pelayan?

"Gak Mau!" Kekeh Lilith.

Ketua Pelayan itu maju satu langkah dari yang lain, dengan lembut berkata kepada Nyonya-nya, "Ini perintah dari Tuan Jevas, Katanya ada mau tidak mau harus makan, karena dari tadi pagi belum makan."

Pelayan itu berucap dengan nada sedikit kikuk, karena ia tak bisa dielak juga takut dengan Lilith tetapi ia harus tetap menjalankan perintahnya karena ia lebih takut dengan maharaja Jevas.

"Saya mau makan kalau handphone saya dikembalikan oleh Tuan kalian."

Para pelayan itu menahan nafasnya, Ini akan menjadi sangat sulit, karena kedua tuanya sama-sama sangat keras kepala.

"Ta-tapi anda belum makan dari tadi pagi, Nyonya." Ketua Pelayan itu mencoba membujuk Lilith lalu setelah itu menundukan kepalanya sebagai bentuk maaf atas kelancanganya.

"..."

Tetap saja. Lilith akan selalu berdiri tegak dengan keras kepalanya.

Sedangkan dilain sisi, seseorang yang melihat itu dari monitornya tertawa sangat nyaring, Melihat ada sekitar tujuh orang dengan wajah yang panik sedang membujuk satu orang.

"Lucu banget," Setelah berkata demikian Jevas kembali ketawa. "Kayak anak kecil yang mogok makan."

Masih setia dengan mata yang memantau monitor tak lupa giginya yang mungkin sudah kering karena sejak tadi lelaki tak berhenti nyengir.

"Coba aja kalau bisa! gue aja harus sujud dulu jika mau nurunin egonya."

Jevas tahu, para pelayan itu tidak akan berhasil, tetapi apa salahnya mencoba? Batin Jevas.

Tak lama kemudian lelaki itu mengambil handphone-nya yang tergeletak bebas dimeja. Kemudian mengetikan satu nomor disana, lalu menelfonya.

"Hallo?"

"Ha-halo." Gagu orang itu, Kepala pelayan, terlihat dari monitor bahwa orang itu saat ini sangat gemetaran, bahkan situasi disana menjadi hening.

"Gimana?" Basa-basi Jevas bertanya, seolah tak tahu apa yang sedang terjadi disebrang sana.

"Masih belum bisa, Tu-an." Ucap Kepala Pelayan itu dengan terbata. Takut? tentu, karena jika ia tak berhasil nasib mereka yang dipertaruhkan.

Tak lama kemudian tebakan Jevas benar, ponselnya berpindah tangan, suara itu berganti dengan suara halus seseorang yang sedang menahan kesal.

Jevas mencoba menahan tawanya, melihat Lilith yang teriak, "MANA HANDPHONE GUE!"

"Balikin handphone gue!"

Jevas mengelak, "Siapa juga yang bawa hp, Lo."

"Gausah bohong, Jevas. Siapa juga yang seberani itu kecuali Lo."

"Jangan nuduh sembarangan. Buat apa juga gue ngambil handphone lo. Kalau mau-pun gue bisa beli yang lebih mahal." Sombang Jevas mencoba menyakinkan Lilith bahwa bukan dia yang membawanya.

Lilith mendecih, "Lo kan sekarang udah jatuh miskin, jangan ngayal ketinggian." Balas Lilith tak kalah pedasnya.

Keunikan Lilith salah satunya adalah selalu berharap Jevas jatuh miskin dan akan percaya hal itu. Walaupun Lilith tahu jika itu sangatlah tidak mungkin.

Jevas hanya tersenyum untuk menanggapi, "Tinggal beli yang baru apa susahnya sih?"

Lilith menolaknya mentah-mentah, "Gak mau! gue mau hp gue yang lama pokoknya titik."

Jevas mendengus kesal, "Nanti gue cariin, Lilith. Sekarang Lo cepet makan sana!"

"Gausah sok sokan nyariin! orang elo kok yang bawa." Kekeh Lilith, ia sangat yakin bahwa handphonenya itu disimpan oleh Jevas.

"Bukan gue, gue gak tau apa-apa tentang hp Lo." Ucap Jevas mencoba menyakinkan, sekali lagi, "Kenapa sih kekeh banget, orang cuman handphone doang."

Dalam hati Lilith berkata, "Soalnya buat ngehubungin Atlas. Gue gak hafal nomornya,"

"Suka-suka gue lah!" Sangat kotras dengan batinya, Lilith berkata demikian karena ia tahu jika ia satu kali saja keceplosan menyebutkan nama Atlas maka jangan harap ada kebebasan dihidupnya.

"Nanti gue cariin! sekarang lo cepet makan atau gue kunci lo disitu selamanya?"

Mendengar itu Lilith melototkan matanya, memang Jevas itu sangat identik dengan ancaman jika apa yang ia kehendaki sulit untuk didapatkan,

"Fuck you Jevas Levithen."

Setelah mengatakan itu Lilith langsung mematikan telefon dan memberikan ponsel yang ia saut itu kepada pelayan.

Lilith menyuruh mereka pergi dan tak lupa menutup pintu kamarnya, Ia mau tak mau harus memakan makanan itu demi keberhasilan rencana yang dibuatnya. Tinggal menunggu saja!

Sedangkan dilain sisi Jevas tersenyum kemenangan, "Bisa gila gue!" Ucapnya saat ia merasa perasaanya sangat berbeda dari biasanya.

Tak lama kemudian benda pipih lain yang sejak tadi berada dimejanya berbunyi. Menampilkan satu notifikasi yang membuat amarahnya kembali membuncak.

Ya! benar. Itu handphone Lilith dan notif itu tak lain dan tak bukan berasal dari Atlas.

(Atlas Caspian)
—Sayang?
—Aku boleh gak kesana?
jemput kamu?
aku udah siapin semuanya.
—Kamu gak diapa-apain kan sama iblis itu?
—Aku gabisa diem aja disini.

Gigi Jevas bergemlutuk, ia tak bisa diam saja seperti ini. Ia tak suka ada orang lain yang boleh dekat-dekat dengan Lilith selain dirinya, karena dia adalah suaminya!

"Bajingan."

*******

Haii
Satu kata untuk part ini?
1-100 untuk cerita ini

Follow, Vote and comment ya sayang💋

See U, Next,








Husband Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang