15

9.7K 622 41
                                    

Lilith mendengus kesal saat sudah pukul dua belas siang, Jevas masih belum bangun juga. Bahkan posisi lelaki itu tetaplah sama.

"Jevas ayo bangun dong, gue udah pegel banget." Pinta Lilith dengan sedikit memohon, persetan dengan ego, yang ia pikiran saat ini adalah bagaimana bisa lepas dari seorang Jevas.

Tidak sekali, dua kali, Lilith mencoba menyingkirkan tubuh Jevas darinya tetapi hasilnya sama sekali tidak ada.

"Gak mau," Ucap Jevas dengan suara serak-serak basah khas orang baru tidur, "Gue masih pengen kayak gini."

Lilith memutar bola matanya malas, "Vas?"

"Hmm," Jevas hanya membalasnya dengan deheman saja.

"Lo tau gak, satu kalimat yang menurut gue lucu banget?"

Seketika Jevas mendongak, merasa tertarik dengan perbincangan mereka kali ini, "Gak tahu? emangnya apa?"

"Jilat ludah sendiri." Setelah berkata demikian, terlihat, Lilith yang sedang tertawa puas.

Sedangkan Jevas? Lelaki itu sedang menggrutu sambil memonyongkan bibirnya, ia tahu maksud dari perkataan Lilith barusan adalah untuk menyindirnya.

Karena dulu lelaki itu sangat jijik dengan Lilith, tetapi sekarang malah kebalikanya, Jevas malas selalau ingin berdekatan dengan Lilith.

Tetapi Jevas masih tutup mata dengan itu.

Sambil memegangi perutnya yang keram karena tertawa se-lepas itu, Lilith berkata, "Puas banget gue astaga."

"Udah ah Jevas, singkirin tangan Lo! gue mau kekamar mandi." Sangking puasnya Lilith tertawa, sampai-sampai air matanya pun itu menetes, karena terbahak-bahak berlebihan.

"Ngapain?" Polos Jevas.

Lilith tentu melototkan matanya horor kearah Jevas, "Serius lo tanya kayak gitu?"

Jevas mengangguk singkat. Ternyata tidak semua orang tahu fungsi dari kamar mandi ya? memang Jevas tidak salah sih, tapi Jevas juga tidak benar.

"Buang air kecil."

"Gak boleh!" Ujar Jevas dengan kekehnya. Bahkan diwajah lelaki itu tak ada raut apapun, alias datar. Lilith juga tak tahu bagaimana jalan pikiran Jevas.

Menatap Jevas dengan pandangan tak terima, "Gila ya Lo Jevas! ini udah gue tahan dari tadi, gue udah gak kuat."

"Tetep gak boleh. Kencing disini aja." Jevas lagi dan lagi semakin mengeratkan pelukannya.

"Yakali,"

"Emang kenapa, gak ada yang nglarang kan?"

Menepuk jidatnya kesal, entah bagaimana lagi Lilith harus berbicara dengan lelaki keras kepala seperti Jevas, "Gue gak jadi buang air kecil, gue mau mandi aja."

Kalimat itu terlontar bebas dari mulut Lilith, ia tak tahu lagi harus beralasan apa untuk menjauhi Jevas.

"IKUTTT." Ucap Jevas dengan semangat.

Lalu lelaki itu dengan sengaja melepaskan tanganya, dan membiarkan Lilith terbirit-birit masuk kekamar mandi.

Tak lupa tawa kemenangan Jevas yang juga menggema, puas sekali lelaki itu menjaili istrinya. Jika tahu bisa seasyik ini, kenapa tidak dari dulu saja ia melakukannya.

*******

Sudah satu jam Lilith sibuk mengobrak-abrik semua isi kamarnya ini, setelah mandi tadi, perempuan itu dibingungkan dengan ponsel pribadinya yang hilang.

Matanya menyelisik kesegala sudut-sudut ruangan, namun, keberadaan ponselnya tak juga ditemukan.

"Pasti ini kelakuan Jevas." Geram Lilith, "Kenapa sih itu orang "

Lilith sangat geram akhir-akhir ini karena Jevas selalu mengganggunya, tidak bisakah lelaki itu membiarkan Lilith hidup tenang?

Dimana keberadaan Jevas? sejak Lilith keluar dari kamar, lelaki itu sama sekali tidak nampak batang hidungnya.

"Pasti dia yang bawa hp gue, siapa lagi emangnya?"

"Padahal gue mau ngabarin dan minta maaf sama Atlas." Ucap Perempuan itu sendu, Lilith merasa bersalah atas perlakuan Jevas pada Atlas.

Lilith kemudian berjalan menuju pintu, mencoba membuka pintu tersebut, Lilith mendesah kecewa saat ternyata pintunya terkunci.

"Jevas Anjing." Kesalnya.

Sedangkan disatu sisi, seorang lelaki berjas sedang melihat seseorang melakukan sesuatu dengan lamat-lamat.

"Gimana, sudah bisa?"

Seseorang yang merasa diajak berbicara itu sebenarnya sedikit jengkel, karena tidak sekali-dua kali orang itu menanyakan hal yang sama.

"Belum Pak Jevas, Sebentar lagi." Walaupun sedikit dongkol, ia harus tetap bersikap ramah tamah, karena ia tahu yang  dihadapi sekarang adalah seorang Jevas Levithen.

"Anda sebenarnya bisa tidak, Pak? sudah dari tadi loh saya disini, benerin itu aja gak selesai-selesai." Ucap Jevas dengan ngeggas, sungguh lelaki itu sangking tidak sabarnya.

Kita sebut aja Pak Aji, lelaki itu mengelus dada sabar, Kebetulan handphone itu sudah selesai ia benahi, keberuntungan masih berada berpihaknya.

"Sudah selesai , Pak." Ucap Pak Aji, sambil menyodorkan handphone kepada Jevas.

Mata Jevas yang semula berapi-rapi kini berubah berbinar, "Sudah benar-benar selesai?"

Pak Aji dengan sabar tersenyum tipis, "Sudah," Ucap lelaki itu.

Jevas menerima itu dengan tergesa, kemudian merogoh saku untuk mengambil uang, lalu memberikannya kepada Pak Aji.

"Ini buat anda."

Mata Pak Aji terbelalak, "Pak, Maaf, ini kebanyakan." Pak Aji berkata demikian karena uang yang diberikan oleh Jevas bahkan sepuluh kali lipat lebih banyak dari yang seharusnya.

"No problem, kembalianya buat anda saja." Ucap Jevas lalu melangkahkan pergi dari sana.

Saat sedang berjalan ia mengamati handphone itu dengan lamat-lamat lalu tersenyum.

"Sekarang Lo gak bisa kemana-mana dari gue, Nyonya Lilith." Lalu menyeringai.

Ya, Jevas tadi diam-diam mengambil ponsel Lilith kemudian membawanya ketukang service untuk membuka kunci ponsel tersebut tanpa me-reset semuanya.

"Dan Lo Atlas, awas aja kalau sampai gue tahu lo macam-macam sama istri gue."

********

Haii
Satu kata buat part ini?

See u, next,

Husband Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang