02

17.7K 1K 42
                                    

Lilith duduk ditepi ranjang dengan buku yang setia berada ditangannya. Rambut hitam legamnya terurai indah, raut wajahnya sangat fokus, seakan tidak ada yang lebih penting dari pada bukunya itu.

Dark feminine. Kata itulah yang sangat cocok menggambarkan sosok Lilith triastaskara.

Lilith melirik sekilas kearah pintu saat mendapati seorang seperti telah mendobraknya kasar. Barang sedetik, itupun hanya tatapan datar tak berminat yang terlihat, setelah itu ia kembali fokus terhadap bukunya.

Jevas merasakan aura pekat disini, ia merasa ada perbedaan yang menonjol. Saat tersadar akan sesuatu, ia mengerutkan kening heran.

Kenapa Lilith mengabaikannya? Biasanya setelah ia pulang dari luar, Lilith tak pernah absen menunggunya bahkan hingga  sampai larut sekalipun. Setelah Jevas pulang, Lilith akan menggelanjutinya manja hanya untuk mendapatkan perhatian. Jika Jevas tetap mengabaikannya, Lilith akan menggunakan segala cara agar keinginan nya terwujud, bahkan untuk sujud dikaki Jevas pun sering ia lakukan.

"Bitch," geramnya. Meremas rambutnya dengan keras, karena efek alkohol yang membuat kepala pening.

Tak mau terlalu larut dengan asumsinya. Jevas melenggangkan kakinya menuju kamar mandi, dalam hati ia berfikir bahwa Lilith sedang berusaha menarik perhatiannya.

Jevas membutuhkan waktu beberapa menit untuk menyelesaikan ritualnya. Setelah itu ia melenggangkan kakinya keluar, tak lupa dengan balutan handuk yang hanya menutupi separuh tubuhnya saja.

Melirik kearah ranjang. Kosong? Apa Lilith lupa dengan kebiasaannya yaitu menyiapkan pakaian untuk Jevas.

"Ingin bermain dengan ku, huh?" Gumamnya saat melihat posisi Lilith tetap sama.

Sedetik kemudian, senyum miring terbit dari wajah lelaki brengsek itu. Melangkahkan kakinya, bukan! Bukan untuk mengganti pakaian. Melainkan untuk mengambil satu putung rokok yang tergeletak sembarangan, menyalakannya. Kemudian kembali berjalan, menghampiri Lilith.

Duduk ditepi ranjang tepat disamping Lilith. Mengangkat tangannya lalu meletakan tepat dipinggang ramping perempuan dengan aroma yang memabukkan itu.

Lilith tentu terlonjak karena hal itu. Ia menoleh untuk menatap Jevas tajam. Satu kata yang Lilith simpulkan untuk menggambarkan sosok Jevas adalah sempurna.

Rambut basah yang menyugar kebelakang, tubuh atletis yang terpampang nyata didepanya. Serta tak mungkin terlupa wajah dengan pahatan sempurna itu. Wow ia terlihat sexy saat air sisanya mandi masih terlihat dibeberapa bagian dalam tubuhnya.

Lilith sempat terpesona. Hanya sedikit. Untung saja Lilith bukan type perempuan yang mudah jatuh cinta bahkan baper hanya karena melihat rupa seorang laki-laki.

Menggerakkan badannya supaya cengkraman dipinggangnya terlepas.

"Lepas!" Desis Lilith penuh penekanan.

Bukanya melepaskan cengkramannya dari pinggang Lilith. Jevas malah santai menikmati rokok dengan satu tangan yang lainnya, seolah tak terganggu sedikitpun.

Menghembuskan nafas pasrah. Mencoba mengabaikan Jevas kembali. Percuma saja menghadapi orang gila, bukanya menjadi lega malah Lilith sendiri nantinya yang ketularan gila.

Jevas semakin mengembangkan senyumnya saat merasa kelakuan Lilith kali ini untuk mendapatkan perhatiannya sangat totalitas.

"Hei baby. Do u miss me?" Ucap Jevas dengan suara serak nan berat. Bahkan wajah laki-laki itu mendekat hingga kulit mereka bersentuhan. Yang dirasakan Jevas sekarang adalah seperti dimabukkan dengan aroma wangi yang terasa berbeda dari Lilith biasanya.

Hening. Tidak ada balasan. Seketika sorot mata Jevas langsung menggelap. Sialan! Ia benci diabaikan.

Dengan kasar ia menarik pinggang Lilith hingga menubruk badannya bersamaan dengan cengkraman dipinggang Lilith yang semakin kuat. Walaupun demikian, padanganya tetap lurus kedepan, tak lupa dengan sensasi rokok yang ia nikmati.

"Bajingan." Cerca Lilith tepat ditelinga Jevas. Mau adu dominan bang?

"Ya sayang?" Balas Jevas setelah mengatakan itu terdengar kekehan menyeramkan.

Lilith kembali menggeram kesal saat buku yang berada ditangannya kini terlempar asal. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si brengsek Jevas.

"Ambilin baju!!" Kalimat itu bahkan terdengar seperti sebuah perintah.

"Lo cacat?" Balas Lilith. Maksud tersirat dari kalimatnya adalah untuk mengingatkam Jevas jika tangan dan kakinya masih utuh, jadi ia masih bisa mengambil baju sendiri tanpa bantuannya.

Bukanya marah atas ucapan Lilith, Jevas malah kembali menerbitkan senyum miringnya.

"Ambilin gue baju atau —————"

Lilith menanti kalimat Jevas selanjutnya dengan senyum meremehkan.

"Atau mau kita adu tanpa baju?"

_____________

Spam comment dong!

Husband Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang